KARACHI, KOMPAS —Di tengah meningkatnya ancaman keamanan maritim di kawasan Asia Selatan, Pakistan menggelar latihan angkatan laut bersama 46 negara selama lima hari mulai Jumat (8/2/2019). Indonesia merupakan salah satu peserta latihan, sementara India—salah satu negara utama di kawasan—tidak masuk dalam daftar peserta.
Latihan bersama itu dimulai dalam upacara di pangkalan utama Angkatan Laut Pakistan di Pelabuhan Karachi yang menghadap ke Laut Arab. Dalam upacara, bendera 46 negara peserta dikibarkan secara bersamaan, menandai dimulainya latihan bersama angkatan laut bertajuk ”Latihan Angkatan Laut Multinasional AMAN-19”.
Negara peserta latihan di antaranya Amerika Serikat, China, Rusia, Australia, Perancis, Inggris, Jerman, Italia, Iran, Korea Selatan, Arab Saudi, dan Turki. Latihan bersama itu merupakan perhelatan rutin dua tahunan yang keenam. ”Hari ini, ancaman keamanan maritim terus meningkat, muncul dari tantangan-tantangan asimetris kontemporer yang berdampak mendalam bagi lingkungan maritim,” kata Laksamana Zafar Mahmood Abbasi, Kepala Staf Angkatan Laut Pakistan.
”Ada kesadaran yang kuat, mengingat luasnya samudera dan kumpulan ancaman maritim, menjaga tata maritim dalam kepentingan global memerlukan upaya bersama, lebih sebagai sebuah kebutuhan dibanding pilihan,” lanjut Abbasi.
”Pakistan yakin betul pada keamanan maritim bersama dan telah mengambil sejumlah langkah-langkah inisiatif dalam hal ini. Patroli Keamanan Maritim Regional adalah salah satu inisiatif Angkatan Laut Pakistan untuk memenuhi tanggung jawab internasional di samping menjaga kepentingan nasional di Kawasan Samudera India,” jelas Abbasi.
Pakistan menganggap keamanan maritim tidak saja penting untuk dirinya sendiri, tetapi juga bagi semua negara lain yang kemakmuran dan kemajuannya terikat kuat dengan lautan.
Dari segi geografis, Pakistan memegang peran geostrategis yang penting. Bukan saja letaknya yang berbatasan dengan tiga kawasan penting, yakni kawasan Timur Tengah di sebelah barat, kawasan Asia Tengah dan China di utara, serta kawasan Asia Tenggara di sebelah timur, Pakistan juga berada di salah satu jalur utama maritim, Indo-Pasifik.
”Pakistan menganggap keamanan maritim tidak saja penting untuk dirinya sendiri, tetapi juga bagi semua negara lain yang kemakmuran dan kemajuannya terikat kuat dengan lautan,” kata Laksamana Madya Amjad Khan Niazi, Komandan Armada Pakistan. Ancaman-ancaman oleh aktor-aktor bukan negara di ranah maritim, kata Niazi, tidak bisa dihadapi hanya oleh satu negara.
”Kami benar-benar percaya pada diktum berabad-abad lampau bahwa ’Laut menyatukan, sementara daratan membelah’,” tambah Niazi.
Ia memaparkan berbagai ancaman dan tantangan bagi keamanan maritim, mulai dari terorisme, pembajakan, hingga perubahan iklim. Ancaman-ancaman oleh aktor-aktor bukan negara di ranah maritim, kata Niazi, tidak bisa dihadapi hanya satu negara.
”Semua ini membutuhkan upaya bersama untuk memastikan lautan tetap aman dan menjamin keselamatan bagi seluruh tujuan kita,” ujar Niazi. ”Inti keseluruhan upaya ini adalah untuk melaksanakan kemungkinan-kemungkinan menjaga laut tetap aman sehingga seluruh aktivitas maritim yang positif bisa berjalan tanpa kekhawatiran, ancaman, dan bahaya.”
Indonesia menjadi salah satu peserta yang rutin mengikuti latihan bersama itu. Atase Pertahanan Kedutaan Besar RI untuk Pakistan di Islamabad Kolonel Kav Dody Muhtar Taufik mewakili Indonesia dalam upacara pengibaran bendera.
Tidak seperti pada latihan tahun 2011 dan 2017 yang diikuti dengan pengiriman kapal, Dody mengatakan, pada latihan tahun ini Indonesia tidak mengirim kapal terkait persiapan pengamanan di Tanah Air untuk pemilihan umum.
Dua fase latihan
Latihan bersama Angkatan Laut dari 46 negara ini mengambil tema ”Bersama Mewujudkan Perdamaian”.
Latihan dilaksanakan dalam dua fase utama, yakni fase pelabuhan dan fase laut. Pada fase pelabuhan, aktivitas mencakup seminar, diskusi, dan unjuk kebolehan. Selama latihan berlangsung, juga digelar konferensi maritim internasional bertema ”Geopolitik global dalam transisi; Memikirkan ulang dinamika-dinamika maritim di kawasan Samudra Hindia”.
Sementara fase latihan laut diarahkan pada konsep latihan mengembangkan dan mempraktikkan respons, taktik, teknik, dan prosedur (RTTP) menghadapi ancaman nontradisional melalui perencanaan perang taktis. Kemudian dilanjutkan serangkaian latihan seperti operasi anti-pembajakan dan antikapal selam.