Tarik Modal Asing Jangka Panjang
JAKARTA, KOMPAS
Porsi investasi langsung mesti diperbesar untuk memitigasi risiko ketidakpastian global. Oleh karena itu, modal asing yang ditarik mesti berorientasi jangka panjang.
Meski demikian, investasi portofolio berkualitas juga bisa diandalkan. Investasi semacam itu, antara lain modal asing yang masuk ke pasar surat utang, bukan pasar modal. Sebab, investasi di pasar modal cenderung mudah meninggalkan pasar dengan cepat.
Dalam Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) 2018 yang dirilis Bank Indonesia, Jumat (8/2/2019), transaksi finansial berupa investasi langsung dan portofolio surplus 25,108 miliar dollar AS. Meski demikian, surplus itu belum bisa menutup defisit transaksi berjalan yang mencapai 31,06 miliar dollar AS. Akibatnya, NPI Indonesia 2018 defisit 7,131 miliar dollar AS.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan berpendapat, upaya meningkatkan investasi asing langsung atau penanaman modal asing (PMA) bisa dengan memberikan insentif yang lebih menarik dan variatif. Cara lain, melalui kebijakan daftar negatif investasi.
Adapun untuk menahan investasi portofolio lebih lama tinggal di pasar keuangan dan pasar modal Indonesia, Anton menyarankan, pemerintah bisa mempertimbangkan skema tobin tax untuk mendapat modal asing berkualitas. Tobin tax adalah pengenaan pajak untuk modal asing jangka pendek.
“Penerapan tobin tax harus hati-hati, jangan sampai investasi bagus yang sudah masuk justru keluar. Tobin tax ini tujuannya agar investasi portofolio yang masuk berkualitas,” kata Anton di Jakarta, Jumat (8/2/2019).
Bank Mandiri memproyeksikan, defisit transaksi berjalan masih akan terjadi pada tahun ini, dengan nilai yang lebih kecil dari 2018. Anton menyebutkan, perkiraan Bank Mandiri, defisit transaksi berjalan 2019 sebesar 2,6-2,8 persen produk domestik bruto (PDB). Berbagai kebijakan pemerintah yang mulai terealisasi pada akhir tahun lalu akan mulai berdampak pada tahun ini, terutama pada neraca perdagangan.
Tahun ini, defisit transaksi berjalan sebesar 2,98 persen PDB. Dilihat dari besarannya, defisit 2018 merupakan yang terdalam, setidaknya sejak 2011.
Adapun defisit NPI 2018 merupakan yang terdalam sejak 2014. Pada 2013, NPI defisit 7,325 miliar dollar AS.
Tantangan berat
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Statistik Bank Indonesia Yati Kurniati menyampaikan, tahun ini BI berupaya menurunkan defisit transaksi berjalan pada kisaran 2,5 persen PDB.
Meski demikian, tambah Yati, tantangan memperbaiki defisit transaksi berjalan pada triwulan I-2019 masih cukup berat. Sebab, kinerja ekspor belum optimal, pertumbuhan ekonomi global melambat, serta harga komoditas global turun.
Namun, BI meyakini, ruang perbaikan tetap ada.
Pemerintah diharapkan mengoptimalkan kebijakan yang berorientasi pada peningkatan ekspor dan pelambatan impor, seperti penggunaan biodiesel 20 persen dalam setiap liter solar (B20), pengembangan industri pengolahan otomotif, dan pariwisata.
“Pelambatan ekspor barang primer bisa dikompensasi dengan perbaikan manufaktur dan jasa,” kata Yati.
Secara terpisah, Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani mengakui, tantangan yang dihadapi industri pariwisata untuk mencapai target kunjungan wisatawan mancanegara tahun ini cukup berat. Tantangan itu antara lain harga tiket pesawat serta promosi citra pariwisata yang belum diikuti penjualan paket wisata murah.
Tahun ini, pemerintah menargetkan 20 juta kunjungan wisman. Pada 2018, ada 15,81 juta kunjungan wisman ke Indonesia. (KRN/FER)