Sekitar 500 meter dari Pasar Jatinegara, di tepi Jalan Raya Bekasi Timur, suara alunan musik dangdut memecah kesunyian malam. Terdapat dua perempuan muda tengah melantunkan lagu dangdut sembari melengak-lenggokan tubuhnya.
Dua perempuan yang mengenakan baju merah muda itu menari ditengah kerumunan lelaki. Para lelaki itu menari sembari mengibas-ngibaskan beberapa lembar uang kertas bernilai Rp 20.000 hingga Rp 50.000.
Ketika musik berhenti, salah satu dari dua perempuan itu menyerahkan puluhan lembaran uang kertas kepada seorang pria bertubuh kekar yang menunggu di dalam mobil pick up. Di atas mobil tersimpan dua unit speaker berukuran sedang dan satu unit genset.
Pria itu bertugas menyetel musik sesuai permintaan pelanggan yang ingin menikmati hiburan di atas trotoar, Jalan Raya Bekasi Timur, Kelurahan Cipinang Besar, Jakarta Timur. Tak jauh dari dua perempuan itu, terdapat kelompok lain yang duduk melingkar sembari mengonsumsi minuman keras.
Minuman itu diperoleh dari pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar lokasi. Ada puluhan botol minuman keras yang masih tersegel dan disusun rapi tersimpan di dalam dua buah kardus.
Di sepanjang trotoar itu juga terdapat puluhan perempuan lain. Sesekali ada pengendara sepeda motor atau mobil yang melintas, menepikan kendaraan dan menghampiri para perempuan itu. Tak lama mereka berbicara, ada yang pergi berbarengan.
"Sudah lama, mungkin sudah lebih dari enam bulan. Setiap malam pasti ramai," kata Sam (50), salah satu pengunjung yang ditemui pada Sabtu (9/2/2019) dini hari.
Menurut lelaki asal Padang, Sumatera Barat, itu, mobil pick up itu biasanya hadir saat pukul 23.00 hingga dini hari pukul 04.00. Namun, ia tidak mengenal pemilik mobil yang menyediakan hiburan musik itu.
Sementara itu, upaya Kompas menggali informasi dari pria bertubuh kekar di mobil pick up itu tidak digubris. Ia sibuk menghitung puluhan lembar uang kertas sembari memainkan gawai menyiapkan lagu yang diminta pelanggan.
Jawaban serupa juga datang dari pedagang kaki lima di tempat itu. Meski tak mengenali identitas Kompas, mereka seolah-olah kompak untuk mejawab tidak tahu, sejak kapan hiburan malam itu hadir di sana.
Boni (40), tukang ojek daring yang mangkal di sekitar Pasar Jatinegara, mengatakan, sejak adanya hiburan musik, tempat itu setiap malam dipadati puluhan hingga ratusan pengunjung. Ada yang datang untuk sekadar menikmati hiburan musik dangdut atau mengonsumsi minuman beralkohol.
Hadirnya hiburan itu tidak terlepas dari keberadaan puluhan perempuan yang mangkal di sepanjang trotoar Jalan Raya Bekasi Timur. Mereka merupakan pekerja seks komersial yang setiap malam menjajakan diri di tempat itu.
"Mereka sudah lama di sini. Biasanya siang juga ada. Tapi kalau siang mereka pura-pura tunggu angkot," katanya.
Boni menduga keberadaan musik jalanan gratis itu tidak sekadar untuk menghibur. Namun, bertujuan mempertemukan pengunjung dengan para pekerja seks di tempat itu.