PALEMBANG,KOMPAS — Palembang Triathlon 2019 yang diadakan Sabtu dan Minggu ini mampu menyemarakkan kota tersebut. Sebanyak 400 peserta dari 10 negara mengikuti kejuaraan internasional itu. Acara ini merupakan penyelenggaraan triatlon pertama setelah Asian Games.
Sejumlah atlet triatlon mengikuti kejuaraan ini sebagai salah satu persiapan menuju SEA Games di Filipina, November 2019 mendatang. Chaidir Akbar, pendiri komunitas Triathlon Buddies Indonesia sekaligus perwakilan dari PT Rocca Karya selaku penyelenggara Palembang Triathlon 2019, Minggu (10/2/2019), mengatakan, ada beberapa nomor yang dipertandingkan pada cabang olahraga triatlon ini. Nomor itu adalah mix team relay yang diselenggarakan Sabtu (9/2/2019) dan umum yang diadakan pada hari Minggu.
Nomor mix team relay diikuti sembilan tim elite, yang setiap tim diperkuat tiga atlet. Adapun untuk umum ada dua kelas, yakni jarak sprint dengan pembagian berenang 750 meter, sepeda 20 kilometer, dan lari 5 kilometer serta kelas olimpic dengan jarak dua kali lipat dari kelas sprint.
”Nomor yang paling banyak diikuti memang nomor sprint karena peserta ingin jarak yang lebih pendek. Komposisi peserta di kelas itu bisa 60 persen dari total peserta,” ucapnya.
Nomor yang paling banyak diikuti memang nomor sprint karena peserta ingin jarak yang lebih pendek. Komposisi peserta di kelas itu bisa 60 persen dari total peserta.
Chaidir mengatakan, para peserta menempuh rute berenang di Danau Jakabaring, bersepeda melewati ikon Kota Palembang di Jembatan Ampera, dan berlari di kawasan kompleks olahraga Jakabaring. ”Antusiasme peserta cukup tinggi, terbukti dari jumlah peserta yang cukup banyak,” katanya.
Unik
Ada beberapa keunikan yang diperoleh saat mengadakan kejuaraan triatlon kali ini. Keunikannya antara lain menggunakan danau sebagai tempat untuk berenang. ”Semua tempat penyelenggaraan triatlon di Indonesia menggunakan laut untuk nomor berenang,” ucapnya.
Selain itu, melewati Jembatan Ampera juga cukup menjadi daya tarik bagi peserta. Apalagi, antusiasme masyarakat untuk menonton cukup tinggi. Dalam penyelenggaraan triatlon kali ini, Jembatan Ampera ditutup sementara. Pengguna kendaraan dianjurkan untuk melewati Jembatan Musi IV.
Di awal penyelenggaraan, jembatan bisa disterilkan, tetapi karena tidak lagi tertampung, pengendara menerobos masuk di satu sisi Jembatan Ampera. Walau demikian, kata Chaidir, hal ini tidak menjadi masalah, tetapi menjadi tantangan bagi peserta. Apalagi, yang dipergunakan hanya satu sisi jembatan, bukan keseluruhan.
Chaidir menuturkan, melihat antusiasme yang cukup tinggi, pihaknya berencana untuk mengadakan kejuaraan serupa di Palembang tahun depan. ”Kami akan menjadikan Palembang Triathlon sebagai acara tahunan,” ujarnya.
Beberapa kota sudah menggelar acara serupa, seperti Bintan yang sudah 15 tahun terakhir, Bali 10 tahun terakhir, juga Surabaya, Bandung, Jakarta, Sungai Liat, Belitung, dan beberapa kota lain. Untuk itu, lanjut Chaidir, pihaknya berharap ada dukungan dari pemerintah agar penyelenggaraan ini dapat berlanjut tahun depan, terutama terkait dengan koordinasi di lapangan.
Salah satu atlet nasional triatlon, Jauhari Johan, menyatakan cukup puas dengan penyelenggaraan triatlon di Palembang. Baginya, bertanding di Palembang menjadi keuntungan karena dia sudah mempersiapkan diri dua minggu sebelumnya. ”Kebetulan saya tuan rumah, jadi waktu persiapan lebih panjang,” katanya.
Bagi Jauhari, kejuaraan ini menjadi tolok ukur baginya untuk mengikuti sejumlah kejuaraan internasional lain. Dalam waktu dekat, dia akan berangkat ke Singapura untuk mengikuti meta sprint. Bulan depan, ia mengikuti seleksi nasional untuk menentukan atlet yang akan melaju membela Indonesia pada SEA Games 2019 di Filipina.
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru mengapresiasi ditunjuknya Palembang menjadi tuan rumah kejuaraan triatlon. Dia berharap kejuaraan ini dapat memperkenalkan Palembang hingga ke mancanegara.