Pasar Potensial, Petani Tambak Bandeng Pantura Butuh Modal
Oleh
WINARTO HERUSANSONO
·3 menit baca
DEMAK, KOMPAS – Permintaan ikan bandeng di masyarakat belakangan ini meningkat seiring pesatnya industri pariwisata di Jawa Tengah. Bandeng olahan menjadi oleh-oleh khas sejumlah kota di pantai utara, mulai dari Semarang, Kendal, Demak, hingga Pati. Namun demikian, petani tambak bandeng masih terlilit masalah permodalan.
Petani bandeng di Brangsong, Kabupaten Kendal, Sriyono (50), Minggu (10/2/2019) menuturkan, modal budidaya ikan bandeng butuh dana besar. Untuk sekali panen, petani memerlukan dana segar Rp 11 juta. Dana itu belum termasuk sewa lahan bandeng yang kini sekitar Rp 5 juta per hektar per tahun.
“Pembiayaan paling besar untuk pembelian bibit ikan bandeng sampai Rp 7,5 juta per hektar. Ditambah urea, vitamin, serta obat-obatan Rp 1 juta, biaya pengeringan tambak Rp 1 juta, serta beras untuk penjaga maupun dana cadangan Rp 2 juta,” ujar Sriyono.
Petani tambak bandeng lain di Desa Wonoagung, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Demak, Ali Mahfudh (54) mengatakan, untuk satu hektar tambak perlu 7.500 ekor bibit bandeng. Saat panen, 1 kilogram bisa berisi 7 ekor bandeng dewasa. Apabila asumsi harga pasar Rp 8.500 per kilogram, tentu saja petani tambak akan untung. Keuntungan itu semakin besar karena dalam setahun, bisa panen empat kali.
Ali mengaku, sudah memperoleh pinjaman dana Rp 40 juta untuk modal budidaya bandeng. Pada awalnya, dia sanggup melakukan pembiakan benih ikan bandeng berkisar 200-300 ekor. Selanjutnya berkembang menjadi 1.000-3.000 ekor.
Jika harga bandeng mencapai Rp 9.000 per kilogram, keuntungan hasil panen dari penjualan kotor bisa mencapai Rp 32,7 juta.
Untuk kebutuhan permodalan, para petani di pantura berharap bisa dibantu dari badan usaha milik negara (BUMN). Melalui kerja sama dengan BUMN, beban pinjaman diharapkan ringan karena tidak dikenai bunga yang terlalu besar.
“Saya beruntung pada 2019, kelompok petani tambak saya mendapat jatah bantuan modal dari salah satu BUMN yakni PT Pelni (Persero). PT Pelni telah memberikan modal kemitraan bersama 30 petani tambak yang ada di pesisir utara Demak,” kata Ali Mahfudh.
Sriyono mengatakan, jika ada BUMN yang campur tangan dalam permodalan budidaya bandeng di Kendal, tentu banyak petani tertolong. Potensi tambak di Kendal cukup besar. Di Pantai Brangsong saja, terdapat lebih dari 250 petani tambak, dengan luas lahan mencapai 500 hektar.
Secara terpisah, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Deak, Hadi Ari Soesilo mengemukakan, petani tambak yang telah bekerja sama dengan PT Pelni (Persero) sementara ini hanya petambak dengan sertifikat hak milik. Sertifikat lahan itu yang menjadi jaminan petambak.
Dana modal dari PT Pelni sebesar Rp 20 juta hingga Rp 50 juta sesuai luasan lahan sertifikat. Dana permodalan untuk 30 petani tambak saja mencapai lebih dari Rp 1 miliar.
Dalam pola kerja sama itu, petambak punya kewajiban melunasi kewajiban mengembalikan modal dalam 3 tahun. Jika tertib dan hasil panen menguntungkan, petambak punya peluang memperpanjang pola kerja sama dengan bantuan yang lebih besar. Program ini tak hanya meningkatkan pendapatan petani tambak, tetapi juga memicu peningkatan konsumsi ikan di masyarakat.