BLITAR, KOMPAS — Peternak ayam petelur di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, berharap suplai jagung dari Kabupaten Lamongan segera masuk ke wilayah mereka dalam waktu dekat. Saat ini, peternak masih mengandalkan jagung pakan di pasaran yang harganya masih cukup tinggi. Sementara persediaan jagung impor sudah habis.
Pekan lalu, Kementerian Pertanian memfasilitasi pemenuhan kebutuhan jagung peternak di Kabupaten Blitar dengan melibatkan petani di Lamongan. Nantinya petani Lamongan akan menyuplai jagung kepada peternak di Blitar. Di tengah mereka ada Bulog yang menjembatani.
Lamongan merupakan salah satu sentra jagung di Jatim dengan produksi mencapai 426.133 ton. Adapun Blitar merupakan sentra ayam petelur di Jatim dengan jumlah peternak lebih dari 4.200 orang. Kebutuhan jagung pakan ternak di Blitar mencapai 1.200-1.500 ton per hari.
”Jagung belum masuk. Mungkin jagungnya masih basah, wong, mereka (petani di Lamongan) juga masih kesulitan melakukan pengeringan,” kata Wakil Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Nasional Blitar Sukarman saat dikonfirmasi, Minggu (10/2/2019) siang.
Sukarman merupakan salah satu perwakilan peternak yang hadir ke Lamongan pekan lalu. Dia menyebutkan, saat itu Kementerian Pertanian juga memberikan bantuan traktor, alat panen, dan alat pengering. ”Nah, alat pengering ini mungkin masih dipasang,” ucapnya.
Disinggung soal stok jagung impor, Sukarman mengatakan, persediaannya kini sudah habis. Akhir Januari lalu, pihaknya mengambil jagung impor ke Bulog di Surabaya dengan harga Rp 4.000 per kilogram (kg). Saat itu, peternak Blitar mendapatkan 5.000-6.000 ton jagung dari total 26.000 ton jagung impor.
Pemerintah melakukan impor pertama jagung sebanyak 100.000 ton. Dari jumlah tersebut, telah datang 27.000 ton. Sisanya 73.000 ton bakal datang kemudian.
”Harga jagung di pasaran kini sudah mulai turun jadi Rp 5.500 per kg. Sebelumnya, akhir Januari masih Rp 6.300-Rp 6.400 per kg,” katanya.
Akan tetapi, peternak kecil di pinggiran Blitar mengatakan, saat ini harga jagung masih Rp 6.000 per kg di tingkat poultry. ”Saya baru dapat 3 kuintal, Sabtu kemarin. Itu jagung lokal,” ujar Widodo (61), peternak di Desa Pohgajih, Kecamatan Selorejo.
Widodo menuturkan, harga pakan yang cukup tinggi berpengaruh terhadap keuntungan. Dengan harga telur saat ini Rp 18.000 per kg di tingkat peternak, keuntungan yang didapat hanya sekitar Rp 700.000 per bulan. ”Jika harga pakan hanya Rp 5.000 per kg, saya bisa mendapatkan keuntungan hingga Rp 1 juta per minggu,” ucap Widodo yang memiliki 800 ayam.
Untuk mendapatkan jagung impor, menurut dia, peternak kecil harus berkoordinasi dengan peternak lain. Ada satu koordinator wilayah yang ditunjuk untuk tiap kecamatan.
Sebelumnya, Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar Wawan Widianto membenarkan, kebutuhan jagung peternak di wilayahnya cukup besar. Adapun produksi jagung setempat terbatas hanya 312.385 ton.
Panen raya jagung di Blitar diperkirakan baru akan berlangsung Maret lantaran waktu tanam yang mundur akibat cuaca pada akhir 2018. Karena itu, selain mencari jagung sendiri, pemerintah kabupaten juga mengandalkan bantuan jagung impor dari pemerintah.