Atur Budidaya dan Penangkapan Ikan di Danau Kerinci
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
KERINCI, KOMPAS — Kerusakan ekosistem Danau Kerinci harus segera diatasi lewat pembatasan keramba dan pengaturan alat tangkap bagi nelayan. Eksploitasi berlebih bakal semakin menghancurkan daya dukung lingkungan dan berdampak pada hilangnya ikan dalam danau.
”Jangan sampai (nelayan) ingin menambah penghasilan, tetapi malah ikannya mati semua. Pak Bupati (Kerinci) harus atur seberapa kuat daya dukung danau. Kalau sudah limit, ya, sudah,” ujar Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan, dalam kunjungan kerjanya di Danau Kerinci, Kabupaten Kerinci, Jambi, Senin (11/2/2019).
Susi melanjutkan, bencana kematian ikan akibat pemanfaatan keramba apung yang berlebih sudah terjadi di sejumlah danau besar, seperti Danau Toba, Maninjau, dan Singkarak. Karena itu, Danau Kerinci yang selama ini telah menjadi sumber pendapatan nelayan jangan sampai berubah menjadi sumber bencana.
Pemerintah daerah didesak untuk mengatur pembatasan budidaya ikan di keramba. Selain itu, agar diatur pula penggunaan mata jaring. Jangan sampai mata jaring yang terlalu kecil membawa benih-benih ikan.
Dalam kesempatan itu, ia juga menebar 123.000 benih ikan lokal ke danau, terdiri dari 100.000 nilem atau kepereh (Puntius cf brefis), 20.000 jelawat (Leptobarbus hoevenii), dan 3.000 semah (Tor douronensis). Tujuannya untuk meningkatkan populasi ikan lokal yang menjadi sumber tangkapan nelayan setempat.
Ia pun mendorong agar masyarakat memanfaatkan embung, rawa, dan lubuk yang ada cukup banyak di Kerinci sebagai sumber ikan sehingga budidaya tidak hanya terpusat ke Danau Kerinci.
Sebagaimana diketahui, kerusakan ekosistem Danau Kerinci telah melenyapkan sejumlah ikan endemik, seperti diberitakan Kompas, Senin (11/2/2019). Hasil penelitian tim dari Universitas Jambi didapati jumlah spesies yang sebelumnya 21 spesies pada 1991 tersisa hanya 11 spesies pada 2017.
Nelayan pun semakin kesulitan mendapatkan ikan karena populasinya terus menyusut. Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi penurunan hasil tangkapan, salah satunya dengan mengganti alat tangkap. Ukuran mata jaring diperkecil agar ikan-ikan kecil pun dapat terbawa. Namun, upaya itu justru semakin menghambat regenerasi ikan.
Nelayan setempat, Harun (31), mengatakan, sebelumnya ia menggunakan mata jaring berukuran 3 x 3 sentimeter. Karena ikan yang diperoleh semakin sedikit, ia pun mulai mengganti mata jaringnya menjadi yang berukuran 1 x 1 cm sejak dua tahun terakhir. Cara serupa dilakukan sebagian besar nelayan setempat.
Hasil tangkapan memang sempat membaik, tetapi beberapa waktu kemudian malah semakin sedikit. Kini, dalam sepekan ia hanya memperoleh ikan 15-20 kilogram. Sementara dulu saat kondisi danau masih baik, hasil tangkapannya dalam sehari mencapai 30-an kilogram.
Zonasi
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi Temawisman mengatakan, pihaknya pernah mengusulkan agar daerah membuat zona khusus di danau itu sebagai area konservasi ikan. Namun, sejauh ini hal itu belum ditindaklanjuti.
Bupati Kerinci Adirozal mengakui, selama ini penangkapan ikan di Danau Kerinci belum diatur sehingga menyebabkan danau itu mulai kotor dan tak lagi menarik dipandang. Padahal, pihaknya berkeinginan menjadikan Danau Kerinci sebagai salah satu tujuan utama kunjungan pariwisata daerah tersebut.
Karena itu, pihaknya segera mengatur zonasi pemanfaatan dalam Danau Kerinci, mulai dari zona produksi, zona pariwisata, hingga zona konservasi. Selain itu, diupayakan pula pengembangan populasi ikan-ikan endemik setempat.