JAKARTA, KOMPAS — Generasi milenial merupakan kelompok yang ditargetkan pemerintah dan pelaku usaha dalam pengembangan bisnis di sektor gaya hidup leisure atau kegiatan hiburan yang memberikan pengalaman unik dan menarik. Itu karena jumlah anak-anak muda yang menggunakan uangnya untuk memenuhi kebutuhan hiburan cukup besar.
Sebagai contoh, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengungkapkan, pihaknya mulai fokus menggarap wisatawan milenial karena jumlahnya yang cukup tinggi. Angka pertumbuhan wisatawan milenial (domestik dan asing) di Indonesia belum diketahui secara tepat. Namun, diperkirakan 50 persen dari semua wisatawan asing adalah generasi milenial.
”Kenapa industri pariwisata bisa tumbuh, itu salah satunya karena kaum milenial cukup banyak spending untuk hal terkait experience,” kata Arief di sela-sela acara Rapat Kerja Nasional IV Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia 2019 di Jakarta, Senin (11/2/2019). Jumlah wisatawan mancanegara di Indonesia ditargetkan sebesar 20 juta orang pada 2019. Pada 2018, jumlah kedatangan wisatawan asing mencapai 15,8 juta orang.
Ia menambahkan, 60 persen dari total wisatawan mengunjungi Indonesia untuk menikmati budayanya. Sebanyak 35 persen berwisata untuk menikmati alamnya dan 5 persen untuk menikmati berbagai macam acara, seperti olahraga dan pertemuan profesional, atau yang sering disebut MICE (meetings, incentives, conferences, exhibitions).
Ada dua ciri-ciri khas milenial yang diperhatikan Arief. Pertama, kaum milenial memiliki kebutuhan khusus untuk diakui oleh yang lain. Mereka memenuhi kebutuhan itu salah satunya dengan bepergian ke tempat menarik atau yang kurang dikenal oleh yang lain dan berswafoto di sana.
Kedua, kaum milenial sangat akrab dengan penggunaan teknologi digital dan sering menggunakan media sosial. Foto wisata merupakan salah satu foto yang paling sering dan gemar diunggah. Oleh karena itu, sangat penting bagi tempat wisata untuk menyediakan tempat yang instagrammable atau menarik untuk dipamerkan di media sosial.
Pada masa depan, Kementerian Pariwisata akan menggelar semakin banyak kegiatan yang mengundang partisipasi kaum milenial, seperti penetapan destinasi dan acara favorit milenial yang paling banyak dipilih oleh generasi milenial.
”Anti-mainstream”
Hal senada turut disampaikan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Hariyadi Sukamdani. Menurut dia, kelompok milenial kini semakin banyak menggunakan uangnya untuk berwisata atau berjalan-jalan.
Ia juga belum bisa mengungkapkan secara pasti seberapa besar pertumbuhan jumlah wisatawan milenial, tetapi bisa diperkirakan bahwa sekitar 35 persen dari total tamu hotel di Indonesia adalah anak-anak muda di bawah usia 30 tahun.
”Anak milenial selalu ingin coba mendapatkan pengalaman baru. Tren itu tentu berpengaruh pada pertumbuhan industri hotel dan restoran,” kata Hariyadi.
Meskipun semakin banyak anak milenial memilih menginap di tempat penginapan rumah atau homestay, masih ada banyak yang memilih menginap di hotel. ”Yang dikedepankan oleh generasi milenial adalah pengalamannya. Generasi sebelumnya sementara itu lebih mengedepankan kenyamanan,” ucap Hariyadi.
Untuk menggarap pasar milenial, hotel serta tempat wisata perlu menyediakan sejumlah fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan dan perilaku para milenial. Mereka juga perlu menggelar aktivitas yang sesuai dengan ketertarikan anak-anak muda sekarang.
”Anak milenial tidak bisa lepas dari internet. Jadi, perlu ada jaringan Wi-Fi yang kuat. Pelaku industri juga perlu mengerti selera milenial. Kan, milenial cenderung anti-mainstream. Jadi, kadang-kadang hotel bingung bagaimana menentukan selera milenial,” tutur Hariyadi.