Kisah di Balik Fenomena Air Sungai “Ditelan Bumi” di Sleman
Oleh
Haris Firdaus
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS – Beberapa hari belakangan, masyarakat Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dikagetkan dengan informasi tentang air sungai yang tersedot ke dalam tanah. Informasi tersebut berawal dari video rekaman yang menunjukkan aliran air salah satu sungai di Sleman, yakni Kali Kuning, sedang mengalir masuk ke dalam sebuah lubang.
Video itu lalu menyebar melalui berbagai kanal media sosial dan mendatangkan banyak tanggapan dari para pengguna internet atau netizen. Sejak Sabtu (9/2/2019), sejumlah pengguna Twitter tercatat telah mengunggah dan membagikan video tersebut.
Keesokan harinya, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho juga turut membagikan video itu di akun Twitter-nya. (Lihat twit Sutopo).
Sebagian pengguna internet pun menyebut fenomena itu dengan sebutan yang bombastis, seperti air sungai ditelan bumi. Namun, berdasarkan penelusuran Kompas, Senin (11/2/2019), fenomena tersebut ternyata tak “seseram” yang mungkin dibayangkan sebagian pihak.
Dari pengecekan Kompas, lokasi peristiwa tersebut berada di aliran Kali Kuning yang berada di perbatasan dua desa di Sleman, yakni Desa Selomartani, Kecamatan Kalasan, dan Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak.
Di lokasi itu, terdapat sebuah bendung atau bangunan yang dibuat untuk mengubah karakteristik aliran sungai. Bendung yang dinamai Bendung Samberembe itu dibangun tahun 1979 untuk mengalirkan air Kali Kuning ke wilayah pertanian masyarakat di sejumlah desa sekitarnya.
Menurut petugas pengamat pengairan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sumber Daya Air Wilayah Tengah Sleman, Wahyudi, peristiwa air tersedot ke bawah itu bukan disebabkan oleh lubang yang ada di dasar Kali Kuning, melainkan karena adanya lubang di lantai Bendung Samberembe. Lubang berukuran 4 x 4 meter itu membuat aliran air Kali Kuning mengalir ke bawah, lalu merembes melewati dinding bendung.
“Lubangnya itu ada di lantai bendung, bukan di dasar sungai. Jadi, peristiwa ini berkait dengan bangunan bendung ini,” ujar Wahyudi saat ditemui di lokasi kejadian, Senin siang.
Lubangnya itu ada di lantai bendung, bukan di dasar sungai. Jadi, peristiwa ini berkait dengan bangunan bendung ini
Wahyudi menyebut, lubang yang muncul sejak Jumat (8/2/2019) itu kemungkinan muncul karena usia bangunan Bendung Samberembe yang sudah cukup tua sehingga lantai bendung tersebut tidak kuat menahan aliran air yang deras. Apalagi, beberapa hari belakangan, wilayah Sleman dan sekitarnya dilanda hujan yang cukup deras sehingga menambah debit air di sejumlah sungai, termasuk Kali Kuning.
Wahyudi menuturkan, saat ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman sedang memperbaiki lantai di Bendung Samberembe untuk menutup lubang yang ada. Perbaikan harus segera dilakukan agar lubang yang muncul itu tidak mengganggu konstruksi Bendung Samberembe secara keseluruhan. Selain itu, perbaikan dibutuhkan supaya pasokan air ke wilayah pertanian milik masyarakat tidak terganggu.
“Kalau bocor seperti ini kan petani tidak dapat air. Saat ini kan baru masa tanam, sehingga petani harus dapat air,” ungkap Wahyudi.
Kepala Subbagian Tata Usaha UPT Pelayanan Sumber Daya Air Wilayah Tengah Sleman, Harjaka, menuturkan, perbaikan itu juga mesti dilakukan agar lubang yang ada tidak menganggu konstruksi jembatan yang ada di dekat Bendung Samberembe. Sehari-hari, jembatan itu menjadi jalur lalu-lintas bagi para pengendara kendaraan bermotor, baik mobil maupun sepeda motor.
“Kami menutup lubang itu juga untuk mengamankan tiang jembatan. Kalau seandainya jembatan sampai gogos dan pondasinya bergeser, itu kan kaitannya dengan nyawa manusia,” ujar Harjaka.
Kami menutup lubang itu juga untuk mengamankan tiang jembatan. Kalau seandainya jembatan sampai gogos dan pondasinya bergeser, itu kan kaitannya dengan nyawa manusia
Berdasarkan pantauan Kompas, Senin siang, Pemkab Sleman telah mengerahkan dua alat berat untuk memperbaiki lantai Bendung Samberembe. Petugas juga telah membangun tanggul untuk mengalihkan aliran air Kali Kuning agar tidak mengalir ke dalam lubang yang ada di lantai Bendung Samberembe.
Selain menarik perhatian para netizen, peristiwa tersebut juga tampak menarik perhatian para pengendara yang melintas di lokasi itu. Sejumlah pengendara sepeda motor tampak berhenti sebentar untuk melihat dan memotret-motret lubang yang muncul di lantai Bendung Samberembe.