BALIKPAPAN, KOMPAS -- Mantan Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh menantang mahasiswa Institut Teknologi Kalimantan agar menjadi generasi "pemungkin", yakni mewujudkan apa yang tidak mungkin, menjadi mungkin. Mahasiswa Institut Teknologi Kalimantan harus terus berani bertanding dan bersaing dengan kampus-kampus besar, karena institut teknologi didesain untuk itu.
Nuh menyampaikan itu dalam Kuliah Umum Kebangsaan bertema “Persiapan Generasi Pemungkin (Enabler) Menyongsong 100 Tahun Indonesia Merdeka” di Kampus Institut Teknologi Kalimantan (ITK), Balikpapan, Senin (11/2/2019).
“Bersainglah dengan pemenang. Saat kalah, tetap kalah terhormat. Kampus ITK ini masih baru, tapi tidak boleh bertanding dengan yang rendah. Harus dengan yang besar. ITK tidak didesain untuk bertanding dengan perguruan tinggi yang kalah,” kata Nuh di depan para mahasiswa.
Mantan Menteri Pendidikan Nasional periode 2009-2014 ini mengutarakan, para mahasiswa ITK termasuk kalangan yang mestinya bersyukur karena tidak setiap generasi muda berkesempatan kuliah. Terlebih lagi ke kampus teknologi. Di Indonesia, institute teknologi hanya ada empat, termasuk ITK.
“Hanya 30 persen (lulusan SLTA) yang bisa melanjutkan kuliah," kata Nuh. Sebagian ke kampus negeri, dan dari antara yang masuk ke negeri itu masuk ke kampus teknologi. "Ini masanya anak muda. Dan anak muda berkualitas adalah bonus demografi, di tahun 2045. Anak muda ini saya istilahkah generasi pemungkin,” katanya.
Generasi "pemungkin" adalah generasi yang menjadikan hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Imajinasi, kata Nuh, lebih penting dari pengetahuan. Generasi "pemungkin" inilah yang membuat terobosan-terobosan yang dinikmati masyarakat sekarang. Memasuki era revolusi industri 4.0, generasi "pemungkin" semakin diperlukan.
Nuh lantas memberi contoh perkembangan teknologi dari waktu ke waktu, dan dampaknya. Antara lain perkembangan prosesor, komputer, hingga otomotif. Perusahaan-perusahaan saling berlomba. Ada yang berhasil, tapi ada yang tidak. Perusahaan kamera Kodak dan perusahaan ponsel Nokia yang pernah berjaya, misalnya, sekarang tidak lagi sebab tidak bisa beradaptasi dan berinovasi.
Memahami tren global dan perkembangan teknologi di era digital, menjadi hal yang penting. Untuk itu diperlukan anak-anak muda yang pandai. “Banyak orang bilang, jujur itu hal paling penting. Saya tidak setuju. Karena pandai, juga penting,” katanya.
ITK, memang kampus yang relatif baru. Namun bukan berarti ITK harus perlu waktu lama untuk melejit. “Lima sampai sepuluh tahun lagi, ITK akan lompat. Sekarang. ITK sudah mulai diperhitungkan,” kata Nuh yang juga Ketua Majelis Wali Amanat Institut Teknologi Sepuluh November (ITS).
Rektor ITK Budi Santosa Purwokartiko mengatakan, memacu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah hal terpenting agar ITK cepat berkembang. “Kami ingin tiap tahun banyak pengajar ITK yang ke luar negeri mengambil S3. Saat ini dari 130 pengajar (dosen), baru 10 yang bergelar doktor,” ujar Budi.
ITK mengawali penerimaan mahasiswa baru di tahun akademik 2012/2013, dengan pola berbeasiswa dari Pemprov Kaltim. Pembangunan fisik kampus ITK yang berada di daerah Karang Joang, Balikpapan, dimulai tahun 2012 lalu. Pemprov Kaltim dan Pemkot Balikpapan mendukung dengan menyediakan lahan seluas 60 hektar. Pendirian ITK berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2014.
Di tahun Akademik 2018/2019, ITK memiliki 3.093 mahasiswa. yang tersebar di 14 prodi. Sepuluh prodi tersebut ialah Fisika, Matematika, Teknik Mesin, Teknik Elektro, Teknik Kimia, Teknik Material dan Metalurgi, Teknik Sipil, Perencanaan Wilayah dan Kota. Selain itu, Teknik Perkapalan, Sistem Informasi, Informatika, Teknik Industri, Teknik Lingkungan dan Teknik Kelautan.
Kepala Humas ITK, Ridho Jun Prasetyo mengatakan, 85 persen mahasiswa ITK berasal dari Kalimantan. Sedangkan 15 persen lain dari hampir semua pulau. "Dari sisi komposisi, ini sudah pas. Memang ITK utamanya menjaring (lulusan SLTA) di Kalimantan yang ingin melanjutkan kuliah ke kampus teknologi. Tidak perlu ke Jawa," kata Ridho.