Pembangunan Museum Bahari Ditargetkan Selesai Tahun Ini
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bangunan Museum Bahari, Jakarta Utara, yang hangus terbakar pada Januari 2018 akan dibangun kembali sesuai dengan bentuk aslinya. Ditargetkan, proses pembangunan bisa selesai akhir 2019.
Pelaksana Harian Unit Pengelola Museum Bahari Sri Kusumawati menyampaikan, proses lelang pembangunan Museum Bahari akan dilakukan pada awal Maret. Lelang baru bisa dilakukan setelah tim sidang pemugaran Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan rekomendasi revitalisasi museum yang dibangun sejak 1652 tersebut.
”Pembangunan akan dilakukan sebagaimana bentuk bangunan sebelumnya. Jadi, model dan bentuknya sama seperti sebelum terbakar. Lelang langsung dilakukan jika hasil rekomendasi dari tim sidang pemugaran sudah ada. Rekomendasi ini untuk memastikan perencanaan pembangunan sudah sesuai dengan kaidah pemugaran dan cagar budaya,” tuturnya saat dihubungi di Jakarta, Senin (11/2/2019).
Sri yang juga Kepala Unit Pengelola Museum Kesejarahan Jakarta menambahkan, tim sidang pemugaran telah meminta rekomendasi dari ahli struktur terkait penggunaan struktur bangunan lama yang tidak terbakar. Setelah kebutuhan ini selesai, proses lelang bisa segera dilakukan. ”Harapannya, bulan depan (Maret) sudah bisa mulai proses lelang,” katanya.
Kebakaran yang terjadi pada 16 Januari 2018 di bangunan museum peninggalan Kongsi Dagang Hindia Timur Belanda (Vereenigde Oostindische Compagnie/VOC) tersebut menghanguskan bagian Gedung A dan Gedung C museum. Akibatnya, atap runtuh serta jendela dan pintu hangus di lantai dua Gedung A, di lantai satu Gedung C, dan di lantai dua Gedung C (Kompas, 31/3/2018).
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Asiantoro mengatakan, perencanaan revitalisasi Museum Bahari dilakukan sejak 2018. Untuk pembangunannya pun sudah dianggarkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan DKI Jakarta tahun 2018.
”Revitalisasi akan dilakukan mulai tahun ini. Untuk Museum Bahari yang terbakar sudah disediakan anggaran pada 2019 sekitar Rp 48 miliar,” ujarnya.
Berdasarkan hasil investigasi dari kebakaran tahun lalu, terdapat bahan-bahan bangunan yang yang tidak boleh lagi digunakan, seperti lapisan seng pada atap museum serta penggunaan bahan akrilik untuk jendela.
Pada bangunan museum sebelumnya, seng digunakan untuk atap sehingga air susah masuk ke dalam bangunan serta suhu di dalam museum menjadi lebih panas. Penggunaan bahan akrilik untuk jendela pun menyulitkan petugas untuk memecahkan jendela saat keadaan darurat.
Sri memastikan, bangunan museum nantinya dilengkapi dengan alat pemercik air otomatis atau sprinkler. Sistem pemadam kebakaran juga akan dipasang di dalam museum.
”Target pembangunan bisa selesai pada akhir tahun ini sehingga tahun depan bisa mulai memikirkan koleksi-koleksi yang akan dipamerkan. Kami berencana, museum bisa beroperasi kembali secara menyeluruh pada akhir 2020 atau awal 2021,” ujarnya.