JAKARTA, KOMPAS - Ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke India berpotensi semakin turun. Oleh sebab itu, pemerintah akan melobi India untuk meningkatkan kembali volume ekspor minyak kelapa sawit.
Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Indonesia mengekspor 7,63 juta ton minyak kelapa sawit ke India tahun 2017. Tahun lalu, volume ekspor minyak kelapa sawit ke India turun menjadi 6,71 juta ton.
Untuk mencegah penurunan berlanjut, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita berencana memenuhi undangan dari India pada 21 Februari 2019 mendatang. Dalam kunjungan ke India, dia juga akan melobi pemerintah India terkait ekspor minyak kelapa sawit Indonesia.
"Ada forum bisnis di sana," ucapnya saat ditemui di Jakarta, Senin (11/2/2019).
Dewan Masyarakat Sawit Indonesia (DMSI) mendukung langkah Kementerian Perdagangan. Ketua DMSI Derom Bangun mengharapkan, lobi pemerintah Indonesia akan melonggarkan sejumlah hal yang selama ini turut mempengaruhi ekspor minyak kelapa sawit ke India.
Salah satu hambatannya berasal dari perlakuan bea masuk berbeda untuk produk minyak kelapa sawit olahan (refined, bleached and deodorized atau RBD PO). Mulai 1 Januari 2019, India menerapkan bea masuk untuk RBD PO dari Malaysia sebesar 45 persen sedangkan dari Indonesia sebesar 50 persen. Bea masuk RBD PO dari Indonesia akan berada pada 45 persen pada 31 Desember 2019.
Perbedaan ini, menurut Derom, dapat membuat minyak kelapa sawit Indonesia kalah bersaing di India jika dibandingkan dengan Malaysia. Oleh sebab itu, Derom berharap, perundingan antara Kementerian Perdagangan dan pemerintah India berujung pada kesepakatan dagang yang meringankan tarif untuk Indonesia.
Selain itu, DMSI juga tengah melobi India lewat jalur pengusaha (business-to-business atau B to B). Pada Desember 2018, Kementerian Koordinator Perekonomian mempertemukan DMSI dengan The Solvent Extractors\' Association of India (SEA) dan Solidaridad Network Asia Limited (SNAL) di Jakarta.
Sebagai asosiasi pelaku usaha, SEA memiliki pengaruh pada pemerintah India. "Kami optimistis, pendekatan B to B dengan SEA dapat melobi pemerintah India," ucap Derom.
Berkelanjutan
Hingga saat ini, Derom mengatakan, pihaknya tengah mempromosikan Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) di India sebagai standar produk minyak kelapa sawit yang berkelanjutan. Pada Maret mendatang, pihak SEA akan berkunjung ke perkebunan kelapa sawit di Sumatera untuk meninjau penerapan ISPO di sana.
Dalam mempromosikan minyak kelapa sawit di bidang kesehatan, DMSI dan SEA juga sepakat untuk membuat video berdurasi 30-60 detik. Video ini akan ditayangkan di Indonesia dan India.
Sebelumnya, Presiden The Solvent Extractors\' Association of India Atul Chaturvedi mengatakan, rata-rata peningkatan RBD PO India berkisar 1 juta ton per tahun. Kebutuhan pada 2025 diprediksi dapat mencapai 16 juta ton. Indonesia berpotensi menyuplai kebutuhan ini.