Pemda Dampingi AA dan Keluarga
GRESIK, KOMPAS — Pascakasus perlakuan tak terpuji yang dilakukan AA, siswa SMP di Gresik, Jawa Timur, terhadap gurunya, Nur Kalim (30), viral di media sosial, AA belum masuk sekolah. Bahkan, ketika Nur Kalim berusaha menjemputnya untuk uji coba ujian nasional, yang bersangkutan bertahan di rumah.
Kompas berusaha mendatangi rumah keluarganya, Senin (11/2/2019). Saat baru bertanya ke tetangga rumah ayahnya, Slamet Ariyanto (40), pintu rumah AA terbuka. Rumah tetangga itu selisih tiga rumah dari rumah AA yang berada di pojok setelah melewati gang depan mushala.
Melihat pintu rumah AA terbuka, Kompas pun mendekati rumah tersebut. Riza Wahyuni dari Satuan Tugas Perlindungan Perempuan dan Anak (Satgas PPA) Jawa Timur keluar dari rumah itu. ”Opo maneh? Jik kurang ae ta (Apa lagi? Masih kurang saja informasinya),” kata Riza, begitu tahu Kompas datang.
Saat menyatakan ingin menemui ayah-ibunya, bukan AA, Riza meminta agar media memahami kondisi AA yang saat ini masih trauma. Keluarganya pun ikut terpukul. Keluarga AA tinggal di rumah berukuran sekitar 7 meter x 18 meter. Ayah AA bekerja sebagai pembuat akik.
”Ini saja kami masih perlu memotivasi dan mendampingi AA agar mau sekolah lagi. Ini masalah, kan, sudah selesai, sudah damai, tak usah diperpanjang lagi. Kasihan, ini sudah dapat hukuman sosial. Kami masih beri konseling khusus,” tutur Riza.
Riza menuturkan, pihaknya perlu melakukan pendampingan khusus karena AA termasuk anak-anak yang masih labil. Ia menyebutkan, kasus perundungan di sekolah yang ditangani Satgas PPA Jatim saat ini ada empat, baik di antara sesama siswa maupun antara siswa dan guru.
”Kami lakukan penguatan psikologi agar tetap belajar. Secara institusi, kami akan berkoordinasi dengan pihak terkait, termasuk lembaga perlindungan perempuan dan anak di kabupaten/kota untuk sosialisasi ke semua sekolah terkait kampanye hentikan perundungan, baik fisik, verbal, hingga pelecehan seksual,” tutur Riza.
Pelaku perundungan biasanya merendahkan dan melemahkan korban yang dianggap lemah. Umumnya, hal itu dilakukan untuk menutupi rasa tak percaya diri. ”Kini masyarakat makin terbuka. Sekolah harus lebih ramah dan aman untuk anak,” ujarnya.
Apresiasi khusus
Di sisi lain, kesabaran Nur Kalim menghadapi pelecehan itu mendapatkan apresiasi dari Kepala Kepolisian Resor Gresik Ajun Komisaris Besar Wahyu Sri Bintoro. Wahyu memberikan bingkisan kepada Nur Kalim seusai upacara bendera di SMP PGRI Wringinanom, Senin pagi.
Saat menjadi pembina upacara, Wahyu menuturkan, tindakan AA itu termasuk melanggar norma hukum, apalagi disertai ancaman kekerasan. Itu termasuk perbuatan tak menyenangkan. ”Beruntung Pak Kalim ini berbesar hati memaafkan,” lanjutnya.
Secara khusus, Wahyu menuturkan, pihaknya ingin bersilaturahmi ke sekolah. Ia mengingatkan, dengan kecanggihan teknologi informasi saat ini, dunia tanpa batas dan kejahatan berpotensi jadi bayang-bayang peradaban. Informasi pun dapat tersebar masif secara cepat. Satu kejadian bisa viral tak terbendung.
”Kami ke sekolah untuk memberikan penilaian dan evaluasi sebab akibat, termasuk edukasi utuh terkait hukum, pembangunan karakter, etika, dan tata krama,” papar Wahyu.
Dia pun mengatakan, moral siswa perlu diasah dengan meningkatkan ibadah. Bermoral baik menjadi bagian fondasi sukses. Siswa juga diminta meningkatkan kompetensinya terkait keterampilan, pengetahuan, dan sikap perilaku terpuji.
”Kalian harus berperilaku baik, empati, kuat, dan tangguh. Jangan terulang lagi kasus AA,” ujarnya.
Kami akan usulkan dia masuk prioritas basis data K2 guru honorer.
Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik Nur Iman menuturkan, kasus tersebut menjadi pelajaran semua pihak, khususnya insan pendidikan. Hal itu menjadi masukan bagi semua sekolah bahwa mendorong pembelajaran untuk mencerdaskan siswa saja tidak cukup, tetapi juga harus diimbangi dengan pembinaan karakter.
”Kami berterima kasih kepada Pak Nur Kalim yang sabar menghadapi perilaku tak terpuji siswa. Kami akan usulkan dia masuk prioritas basis data K2 guru honorer. Kalau untuk jadi CPNS (calon pegawai negeri sipil), ya, tetap harus ikut seleksi,” ucap Nur Iman.
Kepala SMP PGRI Wringinanom Rusdi menyesalkan perilaku AA. Ia berharap hal itu tidak terjadi lagi. Ia pun memuji sikap Nur Kalim yang patut dicontoh guru lain, yakni sabar dalam membimbing murid.
Di sekolah itu, Nur Kalim juga menjabat Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan. ”Ia disiplin dan tegas, jadi wajar jika Pak Kalim jadi sasaran kemarahan siswa,” ujar Rusdi.
Rusdi akan meningkatkan pembinaan siswa dengan kegiatan istigasah tiap Kamis. Siswa juga akan dilarang membawa telepon pintar. ”Yang pasti, kami berharap AA kembali ke sekolah dan tak ada sanksi,” ucapnya.
SMP PGRI Wringinanom memiliki 111 siswa dan 15 guru. Rusdi mengatakan, AA termasuk siswa yang prestasi akademiknya cukup. ”Kami akan aktif mendatangi rumah AA, meyakinkan tak ada sanksi. Tugas sekolah mendidik, ia harus masuk, April sudah ujian,” katanya.
Nur Kalim menegaskan, kasus yang menimpanya menjadi pemompa semangat mengajar. Dia menyukai mengajar, hal yang sudah dilakukannya sejak SMP dengan mengajar di Taman Pendidikan Al Quran.
Ia juga terbiasa ikut membantu memarkirkan sepeda motor siswa.
Kalim sebenarnya guru Matematika, tetapi di SMP PGRI Wringinanom ia mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Honor yang dia terima Rp 400.000 per bulan. Ia juga membuka bimbingan belajar dengan enam peserta didik. Selain itu, ia menjadi guru honorer di MTs Almadina Wringinanom.
Di mata siswa, Kalim merupakan sosok guru yang baik. Theresa Leoneria Bintana, siswa kelas 9, menilai Kalim guru yang sabar, teliti, dan selalu menjawab pertanyaan siswa dengan menyenangkan.
”Kalau upacara, dia memeriksa barisan. Kalau Kamis, kadang pimpin istigasah. Ia juga terbiasa ikut membantu parkir motor siswa,” tuturnya.
Di sisi lain, Theresa mengungkapkan, AA juga siswa yang baik. Ia tak tahu persis pemicunya, tetapi kemungkinan ada yang memanas-manasi sehingga AA bertindak seperti itu kepada Kalim.
Deo Andri Nur Arianto dan Riko Dwi Affandi, siswa kelas 8, juga berpandangan Kalim sabar dan dermawan. Jika ada rezeki lebih, ia tak pelit berbagi makanan dan bahkan memberi uang kepada siswa, khususnya pengurus organisasi siswa intrasekolah (OSIS).
Rekan Kalim, Sukarsih, guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), menilai Kalim sosok guru yang baik, sabar, dan tegas. Ia sering menjadi imam shalat dan memimpin istigasah.
Kesabaran Kalim pun berbuah manis. Ada dermawan dari Jakarta yang mengapresiasinya dengan memberikan hadiah umrah kepada Kalim.