Persaingan Menguat, Kerja Sama Maritim Makin Dibutuhkan
KARACHI, KOMPAS --
Kehadiran negara-negara besar dunia, dengan kepentingan masing-masing, makin terasa di kawasan Samudra Hindia. Dibutuhkan stabilitas serta keamanan maritim di kawasan itu di tengah meningkatnya persaingan mereka dan ancaman lainnya.
Kerja sama angkatan laut antarnegara sangat vital dalam menjaga stabilitas dan keamanan tersebut. Hal itu menjadi perhatian dalam konferensi maritim internasional, yang menjadi rangkaian Latihan Angkatan Laut Multinasional ”AMAN 2019”, di Karachi, Pakistan, Sabtu dan Minggu (10/2/2019). Konferensi berlangsung tiga hari dan akan berakhir Senin ini.
Konferensi dibuka Presiden Pakistan Arif Alvi, Sabtu, dan diharapkan menghasilkan rekomendasi serta solusi mempererat kerja sama maritim di kawasan Samudra Hindia.
Presiden Arif Alvi menyebutkan, Samudra Hindia kini menjadi pintu gerbang strategis bagi pangan, transportasi maritim, dan pasokan energi bagi dunia.
”Kehadiran negara-negara kekuatan utama di kawasan Samudra Hindia menandai pentingnya kawasan dalam lingkungan keamanan yang kompleks,” kata Arif.
Mantan Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri Pakistan Salman Bashir mengatakan, transisi geopolitik global—ditandai dengan meningkatnya persaingan AS dan China serta Rusia—ikut memengaruhi ketegangan di kawasan. Strategi Indo-Pasifik AS dan ketidakpastian kebijakan global AS telah memicu kecemasan.
”Pakistan berada di pusat daratan Eurasia dan salah satu negara Samudera India. Kompleksitas Afghanistan dan India serta khususnya aspirasi-aspirasi kekuatan global India dan kecenderungannya memperluas kekuatan di kawasan Samudera India menjadi tantangan besar bagi keamanan Pakistan,” katanya.
Syed Rifaat Hussein, analis dari Universitas Nasional Sains dan Teknologi (NUST) Pakistan, dalam sesi konferensi hari Minggu, memaparkan beberapa hal yang membuat keamanan maritim di kawasan Samudra Hindia kian penting.
Ia merinci beberapa hal itu mulai dari populasi lebih dari 1,8 miliar jiwa di kawasan, masalah kemiskinan akut, interaksi langsung di antara lima negara nuklir, hingga konflik berlarut-larut di Kashmir dan Afghanistan.
”Struktur kekuatan yang didominasi India dan perlawanan dari Pakistan telah membuat negara (Pakistan) terkunci dalam persaingan strategi dengan India,” kata Hussein.
Persaingan
Dari pengamatan Kompas, persaingan di antara kedua negara itu terasa dari perhelatan Latihan Angkatan Laut Multinasional AMAN 2019, yang digelar Angkatan Laut Pakistan, 8-12 Februari ini. India tidak masuk daftar 46 negara yang diundang. Bahkan, sejak latihan itu pertama kali digelar pada tahun 2007, Pakistan tak pernah mengajak India.
Sejak merdeka dari Inggris pada 1947, hubungan pahit mewarnai relasi kedua negara itu, terutama terkait konflik di wilayah Jammu dan Kashmir.
Di mata Islamabad, Jammu dan Kashmir adalah wilayah sengketa dengan India. Adapun di mata New Delhi, wilayah tersebut adalah bagian tak terpisahkan dari India.
Yang menambah serius ketegangan hubungan mereka adalah baik Pakistan maupun India sama-sama berstatus negara nuklir. Di forum konferensi maritim kali ini, Kepala Staf AL Pakistan Laksamana Zafar Mahmood Abbasi sempat mempertanyakan isu Kashmir—disandingkan dengan Palestina—terkait hak menentukan nasib sendiri seperti diatur dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Deklarasi Hak Asasi Manusia.
Pengaruh China
Samudra Hindia kini tidak hanya penting bagi negara-negara yang berbatasan dengan samudra itu. China, negara yang tidak berbatasan dengan Samudra Hindia, memiliki kepentingan semakin besar terkait Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) di kawasan.
Salah satu proyek BRI, Koridor Ekonomi Pakistan-China (CPEC), menjangkau wilayah Pakistan melalui investasi pembangunan Pelabuhan Gwadar senilai sekitar 60 miliar dollar AS.
Pelabuhan Gwadar berlokasi di Laut Arab, wilayah Pakistan, dan digadang-gadang bakal menjadi hub industri kawasan, yang memberikan kemudahan akses bagi Asia Tengah, Afghanistan, Timur Tengah, dan Afrika. Sejumlah ahli memperkirakan, jalur pipa dari Gwadar ke China bakal mempersingkat waktu pasokan dari 40 hari saat ini menjadi tujuh hari.
”Menghadapi lingkungan keamanan yang menantang, China dan negara-negara kawasan Samudra Hindia harus bekerja sama untuk tujuan keamanan bersama, kooperatif, dan berkelanjutan demi masa depan kawasan ini,” kata Yan Yan, Direktur Riset Pusat Hukum Laut dan Kebijakan China.
Konferensi internasional maritim tersebut merupakan fase pelabuhan dalam acara Latihan Angkatan Laut Multinasional ”AMAN 2019”, selain demonstrasi pasukan khusus AL Pakistan dalam mengatasi aksi terorisme. Demonstrasi ini berlangsung, Sabtu, di Pangkalan Utama Qasim di dekat Pelabuhan Karachi.
Hari Senin ini dan Selasa besok, latihan berlanjut pada fase laut. Latihan fase ini, antara lain, mencakup pengembangan dan praktik respons, taktik, teknik, dan prosedur (RTTP) menghadapi ancaman nontradisional melalui perencanaan perang taktis. Setelah itu, dilanjutkan serangkaian latihan seperti operasi anti-pembajakan dan antikapal selam.