Daerah pemilihan Sulawesi Tengah merupakan wilayah dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi. Dapil yang terdiri dari 12 Kabupaten dan satu kota ini memiliki pertumbuhan ekonomi mencapai 8,91 persen selama periode lima tahun (2013-2017), jauh lebih tinggi daripada rata-rata 80 dapil Indonesia yang hanya sebesar 5,63 persen.
Tingginya pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah terlihat dari nilai PDRB yang tinggi, senilai Rp 134,24 triliun (2017), tak jauh dari rata-rata nasional Rp 169,86 triliun. Sumber utama perekonomian dapil ini, 28,92 persen, adalah sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan.
Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pertambangan dan penggalian. Sektor ekspor juga meningkat 31 persen pada 2018, dari nilai ekspor sebesar 372,91 juta Dollar AS (2017).
Sebagai wilayah dengan kinerja ekonomi memuaskan, kemiskinan masih tergolong tinggi (14,77%) dibandingkan nasional (11,23%). Hingga akhir 2018, setidaknya 400.000 orang berstatus miskin. Senada dengan kemiskinan, kualitas sumber daya manusia juga memprihatinkan. IPM tahun 2017 menempati urutan ke-54 dari seluruh dapil di Indonesia.
Dalam momen Pemilu 2019, penyelarasan kondisi ekonomi dan sosial menjadi pekerjaan rumah bagi tiap calon legislatif yang terpilih nantinya. Dapil ini mempertemukan 97 calon legislatif yang memperebutkan 7 kursi DPR. Dari seluruh calon legislatif, sebanyak 91 persen (88 orang) adalah wajah baru.
Dari sisi pemilih, tingkat partisipasi dan jumlah pemilih terus meningkat. Tingkat partisipasi tumbuh 0,55 persen, sementara jumlah pemilih meningkat 8,14 persen (294.117 orang).
Kinerja ekonomi dan kondisi sosial masyarakat yang tak imbang serta partisipasi politik yang meningkat, membuat Sulawesi Tengah menjadi area tanding penuh tantangan bagi seluruh calon legislatif. (YOESEP BUDIANTO/LITBANG KOMPAS)