MEDAN, KOMPAS — PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) menganggarkan Rp 382 miliar untuk pembangunan listrik desa di Kepulauan Nias pada 2019. Langkah itu dilakukan untuk meningkatkan rasio elektrifikasi di Nias yang saat ini masih 56,26 persen. PLN menargetkan jaringan listrik tersambung ke seluruh desa di Nias pada 2019.
”Kami meminta agar pembangunan jaringan listrik di Kepulauan Nias diprioritaskan PLN. Hal ini untuk mempercepat pembangunan daerah di Nias,” kata anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia asal Sumatera Utara, Parlindungan Purba, dalam diskusi di Kantor Sekretariat Anggota DPD RI di Medan, Senin (11/2/2019).
Parlindungan mengatakan, kapasitas daya listrik yang berasal dari sejumlah pembangkit di Kepulauan Nias sudah mencukupi, tetapi perlu pembangunan jaringan listrik agar bisa sampai ke rumah-rumah penduduk di pelosok desa. Ia pun meminta agar warga dan pemerintah daerah ikut membantu pembangunan listrik desa di Nias dengan mempermudah pembebasan lahan.
Manajer Unit Pelaksana Proyek Ketenagalistrikan PLN Wilayah Sumut Tumpal Hutapea mengatakan, saat ini jumlah desa yang teraliri listrik di Kepulauan Nias baru 812 desa atau 85,4 persen dari 950 desa.
Ada sekitar 138 desa yang belum dialiri listrik di kepulauan yang terdiri dari Kota Gunung Sitoli, Kabupaten Nias, Nias Selatan, Nias Barat, dan Nias Utara itu. Sebanyak 88 di antaranya akan dibangun tahun ini. Sisanya 50 desa lagi sudah dalam proses pembangunan dan sudah dikerjakan pada tahun anggaran 2018. ”Kami optimistis tahun ini jaringan listrik sudah sampai ke semua desa di Kepulauan Nias,” kata Tumpal.
Tumpal mengatakan, rasio elektrifikasi di Kepulauan Nias saat ini masih 56,2 persen atau sekitar 92.800 sambungan listrik dari total 165.000 keluarga di Kepulauan Nias. Baru Kota Gunungsitoli yang rasio elektrifikasinya 100 persen, empat kabupaten lain masih di bawah 45 persen. Tersambungnya jaringan listrik ke semua desa diharapkan dapat meningkatkan rasio elektrifikasi.
Tumpal mengatakan, saat ini kapasitas daya listrik dari sejumlah pembangkit listrik tenaga diesel dan gas di Kepulauan Nias sudah memadai mencapai 56,4 megawatt. Kapasitas daya itu masih jauh di bawah beban puncak yang masih 31,5 megawatt. Panjang jaringan listrik tegangan menengah 8.603,01 kilometer sirkuit (KMS) dan tegangan rendah 1.413,77 KMS.
”Ketersediaan daya listrik tidak masalah lagi di Kepulauan Nias. Kami juga masih terus menambah mesin pembangkit baru untuk mengimbangi pertumbuhan konsumsi energi listrik di Nias,” kata Tumpal.
Tumpal menjelaskan, kendala pembangunan jaringan listrik saat ini adalah akses jalan untuk kendaraan roda empat yang belum ada ke sejumlah desa di daerah pegunungan Nias. Untuk pembangunan di beberapa desa, pengangkutan material, seperti tiang listrik dan kabel, dilakukan secara manual dengan berjalan kaki.
kendala pembangunan jaringan listrik saat ini adalah akses jalan untuk kendaraan roda empat yang belum ada ke sejumlah desa di daerah pegunungan Nias.
Selain itu, pembangunan jaringan listrik terkendala banyaknya warga tidak mengizinkan penebangan pohon di kebunnya. Cuaca ekstrem hujan lebat pada akhir tahun juga menjadi hambatan. Hal ini membuat sangat sedikit rekanan yang mau ikut tender proyek pembangunan listrik desa di Nias. ”Jika di daerah lain perusahaan rekanan berebut pekerjaan, di Nias kami bersusah payah mencari rekanan yang mau menerima pekerjaan,” kata Tumpal.
Sebelumnya Bupati Nias Sokhiatulo Laoli mengatakan, pemerintah kabupaten dan kota di Kepulauan Nias mendukung pembangunan jaringan listrik perdesaan. ”Kami berharap target rasio elektrifikasi 100 persen di Kepulauan Nias bisa benar-benar terwujud pada tahun 2019,” katanya.
Menurut Sokhiatulo, pembangunan infrastruktur kelistrikan di Kepulauan Nias ke depan harus berorientasi pada pengembangan industri. Untuk mendukung industrialisasi, kapasitas daya listrik harus ditingkatkan hingga 150 megawatt (Kompas, 20/9/2018).