Banjir bandang yang menyebabkan tiga korban meninggal di Bandung bisa terulang. Karena itu, perlu konstruksi tanggul sungai yang lebih baik dan menjaga daerah tangkapan air di hulu.
SOREANG, KOMPAS — Banjir bandang di perumahan Jati Endah Regency, Desa Jatiendah, Cilengkrang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, menelan tiga korban jiwa serta merusak belasan rumah dan kendaraan, Sabtu (9/2/2019) sekitar pukul 22.00. Potensi banjir bandang susulan masih tinggi di daerah itu.
Banjir bandang dipicu hujan lebat sejak Sabtu sore. Akibatnya, saluran pembuangan air Sungai Cibingbin, selebar kurang dari 2 meter, meluap.
Banjir yang membawa batu, kayu, dan lumpur membuat tekanan air sangat kuat sehingga menjebol tanggul setinggi 3 meter yang berjarak 10 meter dari rumah warga.
Akibatnya, tiga warga yang sedang berada dalam rumah tersapu banjir dan ditemukan meninggal. Mereka adalah Firdasari (35), Nuraini (25), dan Rauvan (17 bulan). Tiga orang lainnya luka-luka, yaitu Kiki (12), Nisa (14), dan Ajay (45). Kejadian ini merusak 12 rumah.
Hingga Minggu (10/2) petang, warga dibantu TNI dan polisi membersihkan sisa banjir bandang. Dua alat berat digunakan untuk menyingkirkan batu, kayu, dan lumpur yang masuk ke rumah warga serta menutup jalan. Lima mobil dan belasan sepeda motor yang terjebak lumpur dipindahkan.
Rahmat Hadi (35), warga Cilengkrang, mengatakan, hujan sebelum banjir bandang merupakan yang terderas, setidaknya dalam setahun terakhir.
Ini mirip dengan banjir bandang Maret 2018. Kala itu, tanggul Sungai Cipamokolan di Cicaheum, tak jauh dari Cilengkrang, jebol. Banjir menghanyutkan 17 kendaraan bermotor.
Kepala Bidang Pergerakan Tanah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Agus Budianto, Minggu siang, di lokasi kejadian, mengatakan, potensi banjir bandang susulan di Jatiendah masih tinggi. Puncak musim hujan diperkirakan terjadi pada akhir Februari hingga awal Maret 2019.
”Perlu konstruksi tanggul lebih baik untuk meminimalkan dampak jika hujan turun deras,” kata Agus.
Saluran menyempit
Petugas Bidang Operasional Unit Pelaksana Teknis Dinas Sub-Daerah Aliran Sungai Citarik di Dinas Perumahan Umum dan Tata Ruang Kabupaten Bandung Ayi Wawan mengatakan, saluran pembuangan sudah menyempit. Dulu, lebar saluran pembuangan sekitar 2,5 meter. Kini tinggal sekitar 1,5 meter.
”Kondisi itu sangat berbahaya karena saluran tidak lagi mampu menampung air saat hujan deras,” katanya.
Bupati Bandung Dadang M Naser, saat meninjau lokasi, mengimbau masyarakat untuk waspada, terutama yang tinggal di perbukitan. Warga di daerah hulu sungai diminta menjaga wilayah tangkapan air untuk mengurangi longsor dan banjir bandang di hilir.
”Evaluasi akan terus dilakukan karena daerah ini bersebelahan dengan kawasan Bandung Utara. Semua pembangunan harus menaati aturan,” ujarnya. (RTG)