KUNINGAN, KOMPAS – Longsor yang menerjang Desa Cimenga, Kecamatan Darma, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, dua hari terakhir memaksa 94 warga setempat mengungsi. Longsor masih mengancam daerah tersebut seiring puncak musim hujan pada Februari ini.
Hingga Senin (11/2/2019) malam, sebanyak 94 warga Dusun Ciawitali Blok Sindangasih, Cimenga, masih mengungsi di musala dan rumah keluarga. Mereka mulai mengungsi sejak Bukit Bagarung setinggi 150 meter dan panjang 150 meter dengan lebar 60 meter longsor, Minggu (10/2) petang. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.
Hujan deras beberapa jam sebelumnya memicu longsor. “Longsor itu berjarak 250 meter dari permukiman. Sebanyak 26 unit rumah warga yang dihuni 94 orang terancam. Untuk keselamatan, warga mengungsi,” ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kuningan Agus Mauludin.
ongsor itu berjarak 250 meter dari permukiman. Sebanyak 26 unit rumah warga yang dihuni 94 orang terancam. Untuk keselamatan, warga mengungsi
“Saat ini, kebutuhan dasar, seperti makanan dan minuman sudah terpenuhi. Warga akan mengungsi sampai keadaan aman,” ucap Agus. Selain menyediakan logistik bagi pengungsi, BPBD Kuningan juga tengah berkoordinasi dengan pihak terkait untuk melakukan kajian teknis geologi.
Tidak hanya mengancam rumah warga, longsor juga sempat menutup akses ke Ciawitali. Jalan tersebut tertutup longsoran tebing setinggi 100 meter dengan panjang 20 meter dan lebar 5 meter. BPBD bersama TNI, Polri, dan masyarakat setempat membersihkan bekas material longsor. Jalan menuju Ciawitali pun kembali bisa diakses kendaraan roda dua dan roda empat pada Senin siang.
Pada Senin sore, tebing longsor juga terjadi di Dusun Cimenga, Desa Cimenga. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. Namun, akses jalan penghubung Subang – Cipasung dan Kuningan – Ciamis terputus. Petugas bersama masyarakat pun membersihkan sisa material longsor. Hingga kini, hanya jalur Kuningan – Ciamis yang dapat dilalui kendaraan roda dua dan roda empat.
Berdasarkan data BPBD Kuningan, sejak Januari 2019 hingga 10 Februari, tercatat 23 kasus tanah longsor, sembilan banjir, dan satu pergerakan tanah. Menurut dia, dari 32 kecamatan di Kuningan terdapat 14 kecamatan yang rawan bencana banjir, pergerakan tanah, dan longsor. Kecamatan itu adalah Kadugede, Nusaherang, Darma, Selajambe, Subang, Cilebak, Ciwaru, Hantara, Maleber, Karangkancana, Ciberureum, Ciniru, Cimahi, dan Cibingbin.
Sebelumnya, Prakirawan BMKG Jatiwangi Ahmad Faa Iziyn mengatakan, berdasarkan pengamatan cuaca, terdapat potensi cuaca ekstrem seperti hujan deras, puting beliung, dan gelombang tinggi di perairan Cirebon serta Indramayu. “Februari adalah puncak musim hujan. Curah hujan bisa mencapai di atas 300 milimeter per bulan. Ini kategori tinggi,” ujarnya.