Ditolak UNHCR, Pengungsi dari Afghanistan Bakar Diri
Oleh
Jean Rizal Layuck
·2 menit baca
MANADO, KOMPAS — Empat warga Afghanistan mogok makan dan membakar diri. Mereka melancarkan aksi itu disebabkan kecewa terhadap UNHCR, Komisi Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi, yang menolak permohonan suaka. Mereka juga tidak mau berbicara kepada wartawan.
Kepala Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Manado Arther Mawikere di ruang kerjanya, Selasa (12/2/2019), mengatakan, peristiwa aksi mogok makan dan bakar diri terjadi berbarengan pada 8 Februari di kamar tahanan Rudenim Manado.
Mawikere mengatakan, mereka bersama 12 anggota keluarga lainnya kecewa terhadap UNHCR yang menolak permohonan suaka melalui surat 31 Januari 2019.
”Petugas kami kaget melihat api di ruang tahanan Sajad,” katanya. Dikatakan peristiwa itu terjadi pagi hari sekitar pukul 10.00, memaksa petugas menjebol dinding dan terali besi di ruang tahanan. Ketika itu, tubuh Sajad tampak terbakar bersama Muhammad Rahim,” kata Mawikere.
Dikatakan peristiwa itu terjadi pagi hari sekitar pukul 10.00, memaksa petugas menjebol dinding dan terali besi di ruang tahanan. Ketika itu tubuh Sajad tampak terbakar bersama Muhammad Rahim.
Dengan penolakan UNHCR, kata Mawikere, status mereka tidak lagi menjadi pengungsi ataupun pencari suaka. Mereka berstatus imigran biasa yang sewaktu-waktu dapat dideportasi ke negara asalnya.
Dua korban bakar diri, Sajad Yakub (25) dan Muhammad Rahim (59), yang ditemui di bangsal perawatan Irina A Rumah Sakit Kandou, menolak bicara. Kondisi Sajad terlihat kritis dengan luka bakar sekitar 70 persen di sekujur tubuh.
Sementara itu, Muhammad Rahim dengan luka bakar di kedua kaki, juga berada di bangsal yang sama, enggan berbicara dengan orang luar. Fatimah, saudara sepupu Sajad, mengatakan, kondisi Sajad masih kritis.
”Lihat luka dia, hanya punggung yang tidak terbakar,” kata Fatimah. Sajad terlihat mengeluh kesakitan, sesekali dia meringis. Fatimah mengatakan, Sajad akan menyampaikan keinginan sesungguhnya jika lukanya sudah sembuh.
Hal yang sama dilakukan Akela Yakub (45), ibu dari Sajad dan Kamera Rahim (45), istri Muhammad Rahim, di Rumah Sakit Advent Manado. Baik Akela maupun Kamera mengisolasi diri di sebuah bangsal rumah sakit dan mogok makan.
Perawat yang berjaga di bangsal Rumah Sakit Advent mengatakan, Akela dan Kamera tidak mau ditemui orang luar, kecuali keluarganya. ”Ini privasi mereka, tidak mengizinkan orang luar berkunjung,” katanya.
Ini privasi mereka, tidak mengizinkan orang luar berkunjung.
Mawikere mengatakan tetap memantau perkembangan kondisi empat warga Afghanistan. Dia mendapat laporan kondisi Akela dan Kamera bertambah lemah disebabkan terus melakukan mogok makan hingga kemarin.