JAKARTA, KOMPAS — Indonesia dan Swiss berkolaborasi mempercepat dan membuka akses usaha rintisan dari kedua negara. Percepatan pembangunan ekonomi yang dimotori generasi muda jadi modal memanfaatkan masa bonus demografi Indonesia tahun 2020-2035.
”Agar dapat menikmati bonus demografi, mereka harus diarahkan ke sektor yang produktif,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih di Jakarta, Senin (11/2/2019).
Gati menyampaikan hal itu pada prapembukaan Asia Entrepreneurship Training Program (AETP). AETP adalah program Pemerintah Swiss melalui Swiss Secretariat of Education Research and Innovation dengan menggandeng ETH Zurich dan Zhaw School of Management.
Ia menambahkan, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi perhatian karena isu kompetensi SDM mengikuti era bonus demografi tersebut.
”Era digitalisasi membuka peluang pasar baru bagi usaha rintisan bidang sains, teknologi, serta industri kreatif,” katanya.
Gati menuturkan, pihaknya mengapresiasi dan mendukung AETP sebagai akselerator bagi usaha rintisan menggapai pasar internasional. ”Program ini diharapkan dapat memperluas akses kerja sama rintisan binaan dengan usaha rintisan serta modal ventura pasar internasional, khususnya di Swiss,” katanya.
Langkah ekspansi usaha rintisan ke pasar internasional tersebut dinilai merupakan salah satu upaya meningkatkan ekspor produk industri digital dan industri kreatif. Selain itu juga memperkuat citra Indonesia sebagai negara industri kreatif dan digital.
Aktif
Head ASEAN AETP Max Weber mengatakan, selama ini Swiss dan Indonesia aktif bekerja sama. ”Pelaku usaha rintisan dari Indonesia dan Swiss dapat berkolaborasi melalui AETP ini,” kata Weber.
Pelaku usaha dari Indonesia dapat memanfaatkan kerja sama yang terjalin untuk masuk ke Swiss atau menjadikan Swiss sebagai penghubung ke pasar Eropa. Demikian pula sebaliknya.
Weber menuturkan, baik dari Indonesia maupun Swiss hanya akan ada 10 peserta pelaku usaha rintisan di AETP. Mereka yang terpilih sebelumnya harus melalui tahap seleksi.
Direktur IKM Logam, Mesin, Elektronika, dan Alat Angkut Kemenperin Endang Suwartini mengatakan, AETP bukan merupakan program inkubasi. AETP adalah program percepatan usaha rintisan dari berbagai bidang yang ingin naik kelas, melangkah ke pasar internasional, dan mendapatkan pendanaan dari modal ventura Swiss.
”Bentuk program ini adalah pelatihan dan pendampingan dari pelatih selama 10 bulan dari 10 tim usaha rintisan terbaik. Di akhir program, tim yang lulus akan mengikuti pertukaran start up untuk bertemu modal ventura di kedua negara,” kata Endang.
Dia menuturkan, AETP yang akan resmi dibuka tanggal 15 Maret 2019 tersebut diharapkan dapat memperkuat hubungan kedua negara, Swiss dan Indonesia.