Siswa Bali Temukan Alternatif Bahan Baterai Telepon Genggam
Oleh
AYU SULISTYOWATI
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Penelitian siswa SMP Negeri 3 Denpasar mengenai superkapasitor dari karbon daun ketapang mendapatkan salah satu medali emas dalam ajang Bangkok International Intellectual Property, Invention, Innovation, and Technology Exposition 2019 di Bangkok, Thailand, pekan lalu.
Perwakilan Indonesia dari Provinsi Bali mengirimkan 26 tim dari tingkat SMP dan SMA. Bali mendapatkan 10 medali emas, 9 medali perak, dan 7 medali perunggu di ajang tersebut.
”Bangga dengan prestasi ini karena penelitian tim mendapatkan apresiasi dan memang belum ada penemuan ini sebelumnya. Emas ini bagi tim sebagai persembahan kepada Bali dan Indonesia. Hanya saja, kendalanya masih seputar persoalan biaya,” kata Ni Made Galuh Cakrawati Dharma Wijaya, siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Denpasar, salah satu anggota tim peraih emas penelitian daun ketapang tersebut, di Denpasar, Senin (11/2/2019).
Galuh meneliti bersama I Gusti Gde Agung Aditya Adnyana Putra, Sang Ayu Rania Callista Astarina, Komang Sintara Devi Widianti, dan Putu Renata Mawardani. Ia bersama keempat temannya itu menyiapkan penelitian sekitar dua bulan.
Penelitian itu berawal dari keinginan mereka menemukan substitusi bahan non-organik yang lebih ramah lingkungan. Superkapasitor daun ketapang ini ketika diuji dari bentuk karbonnya mengandung bahan-bahan yang setara dengan karbon yang digunakan untuk baterai telepon genggam.
”Ya, penelitian ini memang masih sederhana dan membutuhkan banyak biaya untuk lebih maksimal. Harapannya, penelitian ini dapat berlanjut lebih baik dan memberikan alternatif bahan ramah lingkungan,” ujar Galuh.
Selain tim dari SMP Negeri 3 Denpasar, sembilan tim lain dari Bali juga mendapatkan medali emas. Salah satunya berasal dari SMA Negeri 3 Denpasar yang memborong enam emas.
Penelitian siswa SMAN 3 Denpasar yang mendapatkan emas di antaranya berjudul ”Bioasphalt from Apus Bamboo (Gigantochloa apus) Stem Waste” atau sampah bambu apus jadi bahan aspal. Ada pula penelitian ”Genit Spray: Bio-repellent from Gumitir Flower Extract (Tagetes erecta) as an Aedes aegypti Mosquito Repellent” atau bunga gumitir sebagai bahan utama pembasmi nyamuk Aedes aegypti.
Mutiara Diva Ramadhani, siswa SMAN 3 Denpasar, turut bangga dengan penemuannya tentang bahan aspal ramah lingkungan dari bambu apus bersama lima teman satu timnya. Kelimanya adalah Ni Luh Wayan Putri Dewi Angelina, Delilah, I Gusti Ayu Agung Adinda Prameswari Anom, Made Ary Sanjaya, dan Ni Putu Ayu Finansya Saptarini.
Ide awal penelitian itu berangkat dari pemikiran ketika tebu dapat menjadi bahan baku aspal, tentunya ada bahan lain yang dapat dijadikan bahan pengganti. Mereka pun menemukan bambu memiliki potensi itu. ”Bambu, kan, terdapat di Bali, dibandingkan tebu. Jadi, harapannya dapat membantu sebagai bahan alternatif ramah lingkungan,” ujar Mutiara.
Tim juri pun menyarankan penelitian dapat dilanjutkan dengan fungsi penyerapan air dari bambu. ”Jika bambu ini ketika menjadi aspal dapat menyerap air, masalah air yang mengalir serta berpotensi menggenang di jalanan dapat teratasi,” kata Mutiara.
Hanya saja, sekolah belum mampu memberikan biaya keberangkatan ke Thailand.
Mutiara tergabung dalam tim Genit Spray bersama Sintia Arnita Damayanti, Dewa Ayu Savitri, Mutiara Diva Ramadhani, Kadek Ninda Nandita Putri, dan Dewa Ayu Anandari Nirmala Dewi. Mutiara mengatakan, Genit Spray ini juga bakal dikembangkan lagi agar cairannya lebih bening dari sekitar 4 kilogram bunga gumitir menjadi 100 mililiter cairan spray serta non-alkohol.
Putu Utami Dewi, guru pembina SMP Negeri 3 Denpasar, bangga dengan prestasi anak-anak binaannya. Hanya saja, sekolah belum mampu memberikan biaya keberangkatan ke Thailand. Para siswa harus mengeluarkan biaya sendiri untuk keperluan tersebut, yakni rata-rata Rp 7,8 juta per orang.
”(Sekolah) Tidak ada dana untuk keberangkatan maupun biaya tinggal di sana. Karena itu, harapannya, persoalan klasik soal anggaran ini ke depan dapat berkurang jika ada pihak ketiga yang bersedia menjadi sponsor,” kata Utami.