ARGUMENTASI! Menyiasati Uang Saku
Mendesain Logo
Novandi Cesario Evan Sio Gultom, Mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Teknik Mesin, Universitas Sumatra Utara
Menjadi seorang mahasiswa teknik tentu saja tidak bisa hanya mengandalkan uang saku dari orang tua. Setiap bulannya, selalu ada tugas-tugas yang membutuhkan biaya besar dalam proyek pengerjaannya. Untuk itu, saya menyiasatinya dengan menerima jasa desain logo.
Dewasa ini, berbagai kalangan sangat membutuhkan logo-logo unik. Di kalangan pedagang, mereka membutuhkan logo karena hal tersebut menjadi salah satu daya tarik yang efektif. Selain pedagang, ada pula organisasi-organisasi kemahasiswaan yang membutuhkan desain logo yang merepresentasikan visi-misi atau maksud dari organisasi itu dibuat.
Selain medesain logo, saya juga menerima jasa mencetak logo tersebut dalam bentuk poster, stiker, atau pin. Menjadikan desain dan cetak logo sebagai sarana, saya mendapatkan uang. Tentunya sangat saya nikmati. Saya tidak perlu menelantarkan pendidikan saya karena prosesnya yang hanya membutuhkan imajinasi dan skill. Hasil yang saya dapatkan dapat saya alokasikan untuk pembiayaan tugas-tugas saya.
Berprestasilah!
Jacklyn, mahasiswi jurusan music, Universitas Pelita Harapan, Tangerang, Banten
Saya merupakan salah satu dari sekian banyak anak kuliahan yang sepenuhnya masih bergantung secara finansial pada orang tua baik dari segi uang kuliah maupun uang saku. Jujur, hidup di ibukota negara Indonesia sangatlah keras. Segala sesuatunya serba mahal.
Mulai dari makanan hingga kebutuhan sehari-hari. Untuk menyantap sepiring makanan harus menghabiskan Rp 30.000-an per porsi. Dalam seminggu kita menghabiskan minimal Rp 420.000, yang kemudian minimal pengeluaran dalam sebulan menjadi Rp. 1, 8 juta, hanya untuk kebutuhan pangan. Belum lagi keperluan lainnya.
Salah satu cara menyiasati kecukupan uang saku adalah berprestasi. Mengapa? Karena dengan berprestasi kita dapat mengajukan pengurangan biaya kuliah/ mendapatkan beasiswa dari universitas. Berkurangnya biaya kuliah berarti meringankan beban orang tua.
Selain itu, cara mencari tambahan uang saku dapat adalah dengan mencari lowongan kerja untuk anak magang. Kita dapat bekerja pada bidang yang sesuai dengan jurusan yang kita ambil ataupun tidak. Asalkan, pekerjaan tersebut tidak menganggu proses belajar selama berkuliah karena kembali lagi pendidikan sangatlah penting untuk menunjang masa depan kita.
Jadi tunggu apalagi? Mungkin dengan kita kuliah sambil bekerja akan sangat melelahkan. Akan tetapi, semua itu akan indah pada waktunya. Sesuai dengan peribahasa "Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang kemudian.", bersusah-susahlah dahulu pada usia muda, dan bersenang-senanglah kala tua nanti.
Hemat Pilihanku
Defina Putri, Mahasiswi Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti, Jakarta
Uang jajan yang dikasih orang tua harus cukup bagiku. Karena kalau kita ngikutin keinginan kita, maka tidak akan cukup. Tapi bagiku, uang jajan yang diberikan orang tua haruslah cukup dengan cara dihemat. Aku pun sekarang sudah jadi anak kos, jadi uang bulanan yang diberikan haruslah disisihkan sedikit untuk tabungan kita yang akan dipakai untuk keperluan mendadak.
Untuk hemat bagi sebagian orang cukup susah, tapi dengan seiringnya waktu pasti bisa kok. Jika ada barang yang ingin kita beli, kita harus nabung dulu. Jangan uang yang baru dikasih dari orang tua langsung dipakai untuk membeli barang tersebut. Ya, kalau memang mencukupi sih enggak apa-apa.
Aku sendiri juga dikenal orang yang hemat sama keluargaku. Artinya, jika aku tidak terlalu memerlukan barang tersebut, aku tidak akan membelinya. Hanya aku punya kelemahan yaitu suka jajan makanan. Tapi itu enggak aku lakukan setiap waktu, kalau lagi ada uang tabungan saja. Tapi setelah itu, aku makin lebih hemat lagi. Trus juga karena kartu mahasiswa di kampusku bekerja sama dengan salah satu bank, jadi setiap uang bulanan yang dikasih orang tuaku, langsung aku transfer sebagian jumlah ke kartu mahasiswaku. Itung-itung biar kartunya aktif juga sih.
Menyiasati Uang Saku
Feri Setiawan, Mahasiswa STP Trisakti, Jakarta
Masalah keuangan memang menjadi problem pada saat kebutuhan mulai muncul satu pe rsatu dan berbanding dengan keinginan yang harus di beli. Di masa remaja banyak keinginan yang sebenarnya bukan prioritas kita, tetapi kita memaksa untuk memenuhinya.
Oleh karna itu, kita sebagai mahasiswa yang masih mengandalkan keuangan dari orang tua perlu sadar akan hal keuangan. Mahasiswa yang cerdas pasti pintar dalam mengelola keuangan, mulai dari uang saku, uang makan dan misalkan anak rantau ditambah lagi kebutuhan tempat tinggal dan masih banyak lagi. Melihat banyaknya kebutuhan dan keinginan sepertinya keuangan yang diberikan orang tua belum mencukupi.
Sebagai mahasiswa yang mandiri, saya mencoba mencari penghasilan sendiri yang saya anggap tidak mengganggu kegiatan perkulihan. Saya sering menjual karya saya sendiri yaitu doodle abstrak, yang biasanya teman-teman saya memesannya. Dengan harga yang lumayan, per gambar Rp 50.000 sesuai kerumitan gambarnya, saya bisa menambah uang saku. Jika tidak ada pesanan, biasanya saya mendaftar jadi volunteer atau relawan pada sebuah event besar. Karena saya tinggal di Jakarta, banyak peluang part time juga di hotel dan restoran. Saya sering bekerja di sana pada waktu akhir pecan. Menurut saya dari pada berdiam diri saja di kost atau main yang belum tentu jelas dan malah menghabiskan uang, mending mencari uang tambahan setiap bulannya dengan cara tersebut. Malah jika di hitung-hitung uang yang saya dapatkan sendiri bisa ditabung untuk kebutuhan yang mendesak.