Belum Ada Pasangan Calon Elektoral Unggul Telak di Jabar
Menjelang dua bulan pemilihan umum presiden 2019 ini, untuk wilayah Jawa Barat belum ada pasangan calon, baik Joko Widodo – Ma’ruf Amin, maupun Prabowo Subianto –Sandiaga Uno yang memiliki elektoral unggul telak.
De
Oleh
SAMUEL OKTORA
·4 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Menjelang dua bulan Pemilihan Umum Presiden 2019, di wilayah Jawa Barat belum ada pasangan calon, baik Joko Widodo-Ma’ruf Amin maupun Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, yang memiliki elektoral unggul telak.
Dengan demikian, pertarungan di wilayah Jabar masih terbuka bagi kedua pasangan calon untuk meraih kemenangan di provinsi dengan jumlah pemilih terbesar di Indonesia ini, yakni sekitar 33,2 juta pemilih atau lebih kurang 17,5 persen dari jumlah pemilih secara nasional.
Dalam acara diskusi dan rilis hasil survei Peta Elektoral Capres dan Partai Politik di Jawa Barat Menjelang Pemilu 2019 yang digelar Indopolling Network di Bandung, Rabu (13/2/2019), terungkap, pada simulasi kertas suara, pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin unggul tipis dengan elektabilitas 41,7 persen.
Adapun elektabilitas Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebesar 37,9 persen. Pemilih yang merahasiakan jawaban dan belum menentukan pilihan (undecided voters) masih sebesar 20,4 persen.
”Sampai posisi Januari 2019, untuk wilayah Jabar, tidak ada pasangan calon yang mendominasi dalam hal elektoral. Selisih elektoral di antara dua pasangan calon masih di bawah 5 persen. Untuk posisi aman, setidaknya pasangan calon perlu unggul dua digit atau lebih dari 10 persen. Jabar menjadi wilayah yang seksi untuk diperebutkan,” kata Direktur Indopolling Network Wempy Hadir saat memaparkan kesimpulan hasil survei.
Pengambilan data lapangan dilakukan selama periode 21-27 Januari 2019 dan pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Multistage Random Sample dengan jumlah responden 1.200 orang. Sampel menyebar proporsional di seluruh Jabar. Batas ambang kesalahan (margin of error) lebih kurang 2,8 persen.
Hadir dalam acara ini dosen Ilmu Politik Universitas Padjadjaran, Firman Manan; Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Jabar Ketut Sustiawan; Wakil Ketua DPD Partai Gerindra Jabar Bucky Wikagoe; dan Ketua DPD Komite Nasional Pemuda Indonesia Jabar Rio F Wilantara.
Jokowi unggul besar di zona wilayah Jabar bagian timur (wilayah Cirebonan, yakni Kabupaten/Kota Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Majalengka, dan Kabupaten Sumedang) sebesar 55,3 persen dan Prabowo 31,6 persen.
Adapun Prabowo unggul di zona wilayah Jabar bagian selatan (wilayah Kabupaten/Kota Tasikmalaya, Kabupaten Garut, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Pangandaran, dan Kota Banjar) sebesar 50 persen, Jokowi memperoleh 40 persen.
Prabowo juga unggul pada kelompok pemilih pemula (17-25 tahun) dan 56-65 tahun. Sementara Jokowi unggul di kelompok umur 26-35 tahun, 46-55 tahun, serta 65 tahun ke atas. Sementara di kelompok umur 36-45 tahun menjadi segmen perebutan.
”Zona wilayah zona Jabar bagian tengah, barat, dan utara menjadi wilayah perebutan (battle ground) karena selisih elektoral tipis sekali di antara kedua pasangan calon,” ujarnya.
Menurut Wempy, guna mendongkrak elektoral, diperlukan gerakan politik yang lebih besar untuk menggalang dukungan publik.
”Pasangan calon dan tim pemenangan perlu blusukan dan melakukan sosialisasi door to door, selain memperkenalkan diri juga program, sekaligus juga menyerap aspirasi masyarakat. Pasalnya, sampai saat ini masyarakat di perdesaan ada yang belum dapat mengakses internet atau media sosial,” ucap Wempy.
Sementara itu, Firman Manan mengatakan, wilayah Jabar dengan karakteristik masyarakatnya yang sangat plural paling ketat pertempurannya dibandingkan dengan provinsi lain, seperti Jawa Tengah ataupun Jawa Timur misalnya yang merupakan basis PDI-P dan Nahdlatul Ulama.
”Yang perlu dicermati adalah jumlah pemilih yang merahasiakan jawaban dan belum menentukan pilihan (undecided voters) yang relatif besar jumahnya, yakni sekitar 20,4 persen,” kata Firman.
Ketut Sustiawan mengatakan, pihaknya optimistis Jokowi-Amin untuk wilayah Jabar dengan dukungan kuat tim kampanye daerah dan partai pendukung mampu meraih 56-60 persen suara.
”Ini ditunjang dengan capaian kinerja pemerintah pusat dan daerah, di antaranya pembangunan infrastruktur, seperti BIJB (Bandara Internasional Jawa Barat), jalan tol, juga Waduk Jatigede,” ujar Sustiawan.
Bucky Wikagoe berpendapat, dengan hasil survei ini, selisih elektoral yang tipis, kubu Prabowo-Sandiaga makin percaya diri.
”Padahal, kubu Jokowi-Ma’ruf Amin di Jabar ini didukung oleh 22 bupati/wali kota dan gubernur. Kami mempunyai pengalaman di Pilkada DKI tahun 2017, dan Pilgub Jabar 2018, dengan sistem yang kuat dan kader militan, kami bisa menang di Jabar,” kata Bucky.
PDI-P unggul
Pada acara itu, peneliti Indopolling Network, Arum Basuki, juga memaparkan hasil survei elektabilitas partai politik yang bertarung pada Pemilihan Legislatif 2019. Sementara ini PDI-P masih unggul dengan elektabilitas 20,4 persen, disusul oleh Partai Gerindra 17,2 persen; Partai Golkar 9,7 persen; Partai Keadilan Sejahtera 8,6 persen; Partai Demokrat 5,3 persen; Partai Kebangkitan Bangsa 5,2 persen; dan Partai Persatuan Pembangunan 3,3 persen.
Elektabilitas partai lainnya masing-masing di bawah 2 persen. Adapun potensi pemilih yang merahasiakan dan belum menentukan pilihan (undecided voters) sebesar 25,9 persen.
”Dibandingkan dengan temuan survei Indopolling Network periode Oktober 2018, terlihat tren partai pengusung Prabowo-Sandi, terutama Gerindra dan PKS, mengalami peningkatan elektabilitas,” ujar Arum.