DEPOK, KOMPAS — Bocah MI yang berusia enam tahun ditemukan dalam kondisi tewas karena terseret arus di saluran air tanpa penutup saat sedang bermain air. Peristiwa itu diharapkan bisa menjadi pembelajaran bagi orangtua dan masyarakat.
Kejadian itu bermula saat MI dan kedua temannya bermain di tengah guyuran hujan di RT 007 RW 003 Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilodong, Depok, Jawa Barat, Selasa (12/2/2019) siang. Sukaesih (51), warga di sekitar lokasi kejadian, mengatakan sempat mengingatkan MI dan teman-temannya untuk pulang. Namun, beberapa saat setelah Sukaesih masuk ke dalam rumah suara anak-anak tadi tak lagi didengar.
”Saya kira sudah bubar, pulang ke rumah masing-masing. Rupanya hanya dua di antara mereka yang pulang ke rumah, yang satu terbawa air,” ucap Sukaesih saat ditemui di sekitar lokasi kejadian, Rabu (13/2/2019).
Warga baru menyadari ada kejanggalan saat aliran air di ujung saluran air kecil, sementara di pangkal saluran arus air deras. Bahkan, air di saluran air itu sampai meluap ke jalanan.
”Dua teman MI yang tadi ikut bermain baru mengadu kepada ibu mereka bahwa MI terseret air di saluran air sekitar satu jam setelah kejadian. Mungkin kalau anak-anak itu mengadu lebih cepat, warga juga bisa menolong lebih cepat,” kata Sukaesih.
Warga lain, Diah (52), mengatakan, setelah mendapat laporan dari ibu teman MI, warga langsung menjebol saluran air dan mendapati tubuh MI tersangkut di dalamnya. Saat diangkat, MI sudah tidak bernapas.
Saat peristiwa naas terjadi, kedua orangtua MI sedang bekerja. Sementara MI di rumah bersama adik dan pengasuhnya. Sehari-hari, MI dan adiknya memang dititipkan kepada seorang pengasuh ketika orangtuanya bekerja.
”Saat kejadian, pengasuhnya tidak tahu bahwa MI masih main di luar. Mungkin sedang sibuk juga menjaga yang kecil (adik MI),” ucap Diah.
Rabu siang, saluran air di lokasi kejadian diperbaiki. Semula saluran air sedalam 60 sentimeter itu belum dicor. Namun, siang itu warga mulai mengecor saluran air tersebut.
Tak hanya itu, warga juga berencana memasang pembatas besi di ujung gorong-gorong yang berdiameter sekitar 50 sentimeter tersebut. Sebenarnya, jeruji besi di ujung gorong-gorong sudah pernah dipasang di tempat itu. Namun, pembatas itu akhirnya dicopot oleh salah seorang warga karena sering kali membuat sampah tersangkut. Sampah yang tersangkut itu biasanya membuat saluran air mampat dan menyebabkan air meluap ke teras rumah warga.
Sementara itu, jalanan di atas saluran air yang dijebol warga belum diperbaiki. Rabu sore, lubang berdiameter sekitar 50 sentimeter itu hanya ditutup dengan tripleks dan ditimpa batu.
Sudah ideal
Saat dikonfirmasi, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Depok Manto Djorgi mengatakan, saluran air di permukiman itu tergolong sudah ideal. Keberadaan penutup untuk saluran air dikhawatirkan malah akan menyulitkan warga saat membersihkan saluran air.
”Jika melihat diameter dan kedalaman saluran air, sebenarnya pemasangan penutup saluran air di tempat tersebut tidak wajib. Yang wajib dilakukan menurut saya lebih pada peningkatan kewaspadaan orangtua untuk mengawasi anaknya sehingga kecelakaan seperti ini tidak akan terulang lagi ke depannya,” kata Manto.
Dihubungi secara terpisah pada Rabu malam, pengamat tata kota Nirwono Joga menilai, selain meningkatkan pengawasan kepada anak saat sedang bermain, pemasangan pembatas saluran air perlu dilakukan. Hal itu sebagai langkah preventif mencegah kejadian serupa terulang.
”Meski tergolong belum perlu dipasangi pembatas, tidak ada salahnya jika memasang pembatas. Ini semua demi keamanan,” ucap Nirwono.