LONDON, SELASA—Duel Tottenham Hotspur kontra Borussia Dortmund di babak 16 besar Liga Champions pada Kamis (14/2/2019) pukul 03.00 WIB bisa disebut pentas ”kuda hitam”. Kedua tim memiliki kemiripan, bertenagakan para pemain muda berbakat serta kompak berupaya mematahkan stereotip ”tim penggembira”.
Kisah romansa para kuda hitam hampir selalu tersaji di setiap musim Liga Champions Eropa. Kisah yang berakhir epik terjadi di musim 2003-2004. Saat itu, Porto mematahkan prediksi dan menjadi juara.
Kisah sukses Porto menginspirasi tim kuda hitam lainnya, Inter Milan, juara musim 2009-2010. Kebetulan, Inter saat itu ditangani ”arsitek” pencipta mimpi Porto, yaitu Jose Mourinho. Inter meraih trofi Liga Champions pertama dengan melewati barisan tim favorit juara, seperti Barcelona FC dan Bayern Muenchen.
Satu dekade terakhir ini, tidak lagi banyak kisah epik yang disajikan para kuda hitam ini, kecuali Chelsea yang menjuarai Liga Champions pada musim 2011-2012. Namun, di setiap musim, kisah kepahlawanan kuda hitam tak pernah absen. Musim lalu, misalnya, kisah itu diwakili tim Italia, AS Roma.
Tim ”Serigala” melaju ke semifinal dengan menakjubkan, menyingkirkan raksasa Spanyol, Barca, di perempat final. Roma juga menghadirkan remontada alias kebangkitan versi Italia. Kalah 1-4 di Spanyol, Roma membalas 3-0 di Italia. Padahal, istilah itu sempat menjadi milik Barca ketika melumat Paris Saint-Germain, 6-1, di laga kedua babak 16 besar musim 2016-2017.
Musim ini, kisah itu diwakili Spurs dan Dortmund. Keduanya tidak menjadi favorit juara, tetapi konsisten menjadi langganan babak 16 besar. Spurs punya banyak talenta berbakat, seperti Dele Alli, Christian Eriksen, Son Heung-min, dan Harry Winks. Penampilan mereka hampir selalu energik dan enak dipandang mata.
Namun, sayangnya, label tim penggembira selalu melekat pada mereka. Spurs tidak pernah melangkah lebih jauh dari babak 16 besar setelah 2011 ketika masih diasuh Manajer Harry Redknapp. Mereka pun menyandang beban besar untuk keluar dari citra negatif itu saat menjamu Dortmund pada duel pertama di Stadion Wembley, London, ini.
Sayangnya, Spurs tidak diperkuat dua bintangnya, Alli dan striker Harry Kane, di laga ini. Mereka belum berlatih penuh meski telah pulih dari cedera. Meski keduanya absen, tim ”Lili Putih” terbukti tetap tajam. Mereka selalu menang pada tiga laga terakhir, termasuk atas Leicester City, 3-1, di Liga Inggris.
Akan tetapi, Dortmund bukan Leicester. Wakil Jerman itu sangat beringas musim ini dan menggilas langganan final, Atletico Madrid, 4-0, di penyisihan grup. Mereka juga perkasa di kancah domestik, menguasai puncak Liga Jerman, unggul lima angka atas Bayern Muenchen.
Dortmund juga punya misi khusus, balas dendam atas dua kali kekalahan di penyisihan grup musim lalu. ”Laga ini tidak akan sama dengan musim lalu. Kami saat ini lebih berkembang, justru akan lebih sulit bagi mereka,” ujar Jadon Sancho, bintang muda Dortmund, seperti dikutip laman Goal.com.