Duel Ajax lawan Real Madrid adalah salah satu duel klasik pada Liga Champions. Kedua tim kembali bertemu dan Ajax ingin mengakhiri penantian panjang untuk menjadi pemenang.
AMSTERDAM, SELASA--Ajax kembali tampil pada babak 16 besar Liga Champions untuk pertama kalinya sejak 2003, atau 16 tahun silam. Mereka punya peluang membuktikan bahwa tim Belanda masih hidup. Namun, tantangannya cukup besar jika lawan mereka pada laga di Stadion Johan Cruyff, Amsterdam, Kamis (13/2/2019) pukul 03.00 WIB itu adalah Real Madrid yang kini kembali solid.
Ajax bukan lagi tim yang mampu mengalahkan Real dalam dua laga fase grup sekaligus seperti pada 1995. Waktu itu, Ajax mengalahkan Real 1-0 di Amsterdam dan 2-0 di Madrid. Lebih jauh ke belakang, pada tahun 1973, Ajax menyingkirkan Real pada babak semifinal.
Julukan de Godenzonen atau anak-anak dewa pun pantas disematkan di tubuh Ajax ketika mereka berturut-turut menjuarai Liga Champions (dulu Piala Champions) tahun 1971, 1972, dan 1973. Pada era itu, nama-nama pemain Ajax seperti Johan Cruyff, Ruud Krol, Piet Keizer, atau Johan Neeskens sangat disegani di Eropa.
Tahun demi tahun kompetisi di Belanda semakin kalah pamor dibandingkan dengan Italia, Inggris, atau Spanyol. Para pemain kelas dunia meninggalkan Belanda untuk mematangkan karir di liga Eropa lainnya yang lebih menjanjikan dari sisi finansial, pengembangan teknik, maupun popularitas.
Saat Ajax kerap menelan kekalahan, termasuk melawan Real tahun 2010, Johan Cruyff dalam kolomnya di surat kabar De Telegraaf menyatakan kekecewaannya. ”Ini bukan Ajax lagi. Ajax kini lebih buruk daripada tim yang ditangani Rinus Michels 1965,” tulis Cruyff.
Sejak 2010 hingga sekarang, Ajax sudah bertemu Real enam kali dan selalu kalah. Kekalahannya pun telak, dari 0-2, 0-3, hingga 0-4. Tahun 2012, Ajax mulai sedikit melawan dalam dua laga fase grup. Baik dalam laga kandang maupun tandang saat itu Ajax kalah 1-4.
Kehilangan ritme
Ajax memulai musim ini dengan baik berkat penampilan bakat muda seperti Frenkie de Jong (21) dan Matthijs de Ligt (19). Namun, performa mereka memburuk sejak awal tahun. Tim asuhan pelatih Erik Ten Hag ini mulai kehilangan ritme dan kewalahan melawan tim papan bawah Liga Belanda.
Melawan tim peringkat ke-15, Heerenveen, Ajax ditahan imbang 4-4. Pada laga terakhir, Ajax kalah 0-1 dari tim peringkat ke-8, Heracles. Mereka pun tertahan di peringkat kedua klasemen sementara Liga Belanda, tertinggal enam poin di bawah PSV Eindhoven.
”Di mana ritme yang biasanya ada? Tadi (saat laga) tidak ada,” ucap De Ligt, kapten Ajax, seusai laga kontra Heracles. Tidak hanya kehilangan ritme, Ajax juga sedang kehilangan agresivitas dan sering melakukan kesalahan teknis.
Gelandang Ajax Dusan Tadic juga mengakui mereka sedang mengalami masa-masa buruk. ”Namun, besok adalah laga berikutnya dan kami harus menunjukkan bahwa kami masih bisa berdiri,” kata Tadic seperti dilansir laman UEFA.
Tadic menyadari bahwa ada rintangan besar karena situasi di kubu Real justru sebaliknya. Setelah sempat terpuruk pada awal musim, Real tampil lebih konsisten di tangan pelatih Santiago Solari. Skuad ”Los Blancos” mulai menempel Barcelona dalam perebutan gelar juara Liga Spanyol.
Ajang Liga Champions juga merupakan panggung utama Real yang mengejar gelar juara beruntun keempat. Meski berstatus sebagai tamu di Amsterdam, Real diprediksi akan selalu menyulitkan sang tuan rumah.
Berbeda cara
Real juga menunjukkan kepada Ajax bahwa mereka adalah tim elite Eropa yang tampil konsisten karena punya dua kekuatan utama, yakni uang dan kemampuan teknis. Dengan uang, Real bisa membeli pemain bintang. Kehilangan Cristiano Ronaldo pada awal musim tidak jadi masalah, mereka sudah punya Vinicius Junior (18) yang dibeli seharga 45 juta euro atau Rp Rp 714 miliar.
Berbeda dengan De Ligt atau De Jong, Vinicius bermain satu tim dengan pemain berpengalaman seperi Luka Modric, Sergio Ramos, atau Karim Benzema. Real mulai membuka diri untuk menggunakan pemain muda dan memadukannya dengan pemain yang lebih berpengalaman, sedangkan Ajax hidup dengan menjual pemain muda.
Musim depan, De Jong sudah berada di Barcelona dan De Ligt kemungkinan besar akan ikut pindah.
“Lansekap sepak bola internasional sudah berubah. Kami harus bisa menghadapinya dan beradaptasi pada kenyataan baru ini,” kata Presiden Real Madrid Florentino Perez. Sejak tahun 2014, Perez sudah menggelontorkan lebih dari 200 juta euro atau Rp 3,8 triliun untuk membeli pemain berusia 22 tahun ke bawah. (AFP/REUTERS)