MEDAN, KOMPAS — Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita meminta pemerintah daerah berperan meningkatkan kapasitas sukarelawan sosial dalam mengurangi kemiskinan. Peningkatan kapasitas sukarelawan sangat penting dalam mengurangi penyandang masalah kesejahteraan sosial.
Agus menyampaikan hal tersebut dalam seminar bertajuk ”Peningkatan Peran Serta Masyarakat sebagai Mitra Pemerintah dalam Pembangunan Nasional”, di Medan, Sumatera Utara, Kamis (14/2/2019). Hadir dalam acara itu Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi Sumut Sabrina dan para pilar sosial di Sumut, yakni tenaga kesejahteraan sosial kecamatan, pekerja sosial masyarakat, dan karang taruna.
”Ke depan, tugas pilar-pilar sosial yang bekerja di tengah masyarakat akan semakin berat. Kita punya program untuk menurunkan angka kemiskinan nasional dari 9,6 persen menjadi sembilan persen pada akhir tahun 2019. Pekerjaan ini bisa dilakukan dengan peran serta pilar sosial,” katanya.
Agus mengatakan, pilar sosial yang hidup di tengah masyarakat adalah ujung tombak pengentasan penyandang masalah kesejahteraan sosial. Mereka berada di barisan depan dalam berbagai program pemerintah, seperti penyaluran beras prasejahtera, program keluarga harapan, dan penanggulangan bencana.
”Saat terjadi bencana-bencana di daerah, yang pertama melakukan penanganan adalah para sukarelawan sosial,” kata Agus.
Sabrina mengatakan, Pemprov Sumut berkomitmen meningkatkan peran para sukarelawan sosial di daerah. Dukungan yang diberikan dalam bentuk anggaran untuk operasional para sukarelawan.
Menurut Sabrina, peran para sukarelawan sosial sangat penting dalam mengawal program-program sosial di daerah.
Bijaksana Halawa (33), tenaga kesejahteraan sosial Kecamatan Amandraya, Kabupaten Nias Selatan, mengatakan, pekerjaan sukarelawan sosial di daerah-daerah terpencil sangat dibutuhkan. ”Namun, kami masih menghadapi sejumlah masalah, seperti terbatasnya jumlah tenaga sukarelawan dan biaya operasional,” ujarnya.
Saat terjadi bencana-bencana di daerah, yang pertama melakukan penanganan adalah para sukarelawan sosial.
Sebagai sukarelawan, Bijaksana bekerja mengawal pengiriman beras pra-sejahtera sampai ke pelosok desa yang belum bisa dijangkau dengan kendaraan roda empat. Ia pun harus memastikan beras tersebut tepat sasaran dan diterima warga prasejahtera.
Ia juga harus memastikan jumlah beras yang diterima warga sesuai dengan ketentuan. Ia biasanya mengajak warga bergotong royong mengangkut beras ke desa agar beras prasejahtera bisa sampai hingga ke pelosok desa.
Menurut Bijaksana, tantangan yang dihadapi sukarelawan adalah terbatasnya dana tali asih yang mereka terima untuk biaya operasional. Ia, misalnya, menerima Rp 500.000 per bulan dari Kementerian Sosial. Selain mengawal distribusi beras prasejahtra, ia juga mendampingi program keluarga harapan dan warga penyandang disabilitas.