Sembilan SD Disiapkan Tampung Anak Pengidap HIV/AIDS di Solo
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·3 menit baca
SOLO, KOMPAS – Sebanyak 14 siswa sekolah dasar pengidap HIV/AIDS di Solo, Jawa Tengah, terpaksa harus meninggalkan bangku sekolah tempat mereka belajar karena ditolak orangtua siswa lain. Para orangtua khawatir anak-anak mereka tertular HIV/AIDS. Dinas Pendidikan Solo menjamin para siswa dapat bersekolah lagi dan telah menyiapkan sembilan SD untuk menampung.
“Sebulan yang lalu ada proses regrouping (penggabungan) sekolah dasar. Anak-anak kami yang semula sekolah di SDN Bumi 2 dipindah ke SDN Purwotomo. Kemudian banyak wali murid dari kelas 1-6 di SDN Purwotomo itu merasa keberatan,” ujar Ketua Yayasan Lentera Solo Yunus Prasetyo di Solo, Jawa Tengah, Kamis (14/2/2019). Yayasan Lentera Solo merupakan lembaga swadaya masyarakat yang mengasuh anak-anak pengidap HIV/AIDS di Solo.
Yunus menuturkan, keberatan para wali murid disampaikan dalam pertemuan dengan pihak sekolah. Para wali murid khawatir siswa lain bisa tertular HIV/AIDS sehingga mereka keberatan bila anak-anak pengidap HIV/AIDS tetap bersekolah di SDN Purwotomo. “Kami sangat menyesalkan ini,” ujarnya.
Menurut Yunus, Dinas Kesehatan Solo, Dinas Sosial Solo, serta Komisi Penanggulangan AIDS Solo sudah melakukan sosialisasi di sekolah yang dihadiri para wali murid. Pihaknya juga turut diundang dalam sosialisasi HIV/AIDS itu. Akan tetapi upaya itu tidak bisa mengubah pendirian para wali murid. “Sudah seminggu ini anak-anak Lentera tidak bersekolah,” katanya.
Pelaksana Tugas Kepala Sekolah SDN Purwotomo yang juga mantan Kepala Sekolah SDN Bumi 2, Karwi membenarkan para wali murid keberatan 14 siswa pengidap HIV/AIDS bersekolah di SDN Purwotomo. Pihaknya telah menyampaikan keberatan orangtua murid itu kepada Yayasan Lentera. Sejak 7 Februari, ke-14 siswa kelas 1-4 yang mengidap HIV/AIDS sudah tidak masuk sekolah. Namun SDN Purwotomo tidak pernah mengeluarkan mereka.
“Kami tidak berhak mengeluarkan tetapi karena itu memang wali murid sini yang keberatan,” tuturnya.
Karwi mengatakan, saat masih bersekolah di SDN Bumi 2 tidak ada pihak yang berkeberatan. Para orangtua murid lain bisa menerima keadaan anak-anak pengidap HIV/AIDS sehingga tidak mempermasalahkannya.
“Waktu saya pertama tugas di SDN Bumi 2 pada 2017 tidak ada masalah. Mereka sudah bersekolah di sana. Wali murid juga tidak ada yang keberatan,” ujarnya.
Kepala Bidang Pendidikan Dasar Sekolah Dasar (SD), Dinas Pendidikan Solo Wahyono mengatakan, Dinas Pendidikan Solo telah menyiapkan sembilan SD di Kecamatan Jebres, Solo untuk menampung 14 siswa yang mengidap HIV/AIDS tersebut. Sekolah-sekolah itu dipilih karena masih memiliki kuota untuk menampung siswa baru serta lokasinya relatif dekat dengan shelter Yayasan Lentera tempat anak-anak itu tinggal.
“Hak setiap anak untuk bersekolah, bisa belajar dan bermain dengan teman-teman sebayanya,” katanya.
Wahyono mengatakan, Dinas Pendidikan Solo telah menggelar pertemuan dengan para kepala sekolah, guru, dan komite sekolah kesembilan SD negeri dan swasta tersebut, Kamis (14/2/2019).
“Kami berikan sosialisasi terhadap kepala sekolah, guru, pengawas, koordinator wilayah dinas pendidikan, wakil dari komite dan orangtua murid . Kami berikan pengertian dan ada testimoni dari keluarga pengidap HIV/AIDS agar tahu bahwa penderita HIV/AIDS itu tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya sehingga akan bersikap positif terhadap anak-anak,” ujarnya.
Wahyono mengatakan, saat anak-anak didaftarkan ke sekolah, status sebagai pengidap HIV/AIDS tidak perlu diungkap karena merupakan privasi seseorang. Hal itu juga untuk menghindari dampak negatif yang mungkin muncul kemudian. “Sekarang silahkan mau masuk sekolah kapan saja, silakan mendaftar,” katanya.