BANYUWANGI, KOMPAS – PT Patra Jasa, PT Wijaya Karya, dan Perum Perhutani bersinergi untuk mengembangkan sektor wisata di Banyuwangi, Jawa Timur. Pulau Merah menjadi sasaran destinasi wisata yang hendak dikembangkan.
Pengembangan wisata lebih menitikberatkan pada penataan kawasan dan penataan kios-kios pedagang kaki lima (PKL). Dalam sinergi tersebut lahan yang dikembangkan ialah lahan milik Perum Perhutani, sementara PT Patra Jasa dan PT Wijaya Karya menjadi investor dengan membangun sejumlah fasilitas wisata.
Hal tersebut terungkap dalam pemaparan master plan pengembangan Pulau Merah di Kantor Bupati Banyuwangi, Kamis (14/2/2019). Pengembangan kawasan wisata tersebut juga mengandeng tim arsitektur Yori Antar.
Direktur Utama PT Patra Jasa Hari Wibowo mengatakan, pihaknya akan membangun beach bar, kolam renang, dan kawasan restoran di kawasan Pulau Merah. “Kami sudah menyiapkan dana sekitar Rp 4,3 miliar hingga Rp 4,5 miliar untuk mewujudkan rencana tersebut,” tuturnya.
Sementara Direktur PT Wika Gedung Tbk Nur Alfatah menyebut pihaknya menyediakan dana sekitar Rp 8,6 miliar hingga Rp 9 miliar untuk mengembangkan kawasan wisata di Pulau Merah. “Kami berencana membangun 18 cottage wisata dengan view pantai Pulau Merah,” ujarnya.
Kami berencana membangun 18 cottage wisata dengan view pantai Pulau Merah
Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bisnis Perum Perhutani Bambang Catur menyebut saat ini ada sekitar 6 ha lahan perhutani yang telah dimanfaatkan untuk kegiatan wisata. Dengan adanya pengembangan wisata nantinya total lahan yang dikerjasamakan dapat mencapai 41 hektar.
“Sesuai dengan Undang-Undang 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, pohon-pohon yang ada di sana tidak boleh ditebang. Oleh karena itu konsep pengembagannya kami sesuaikan dengan desain-desain yang tidak masif sehingga tidak perlu menebang pohon,” tutur dia.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, penataan PKL akan dilakukan. Pemerintah Banyuwangi mendapat dana CSR sebesar Rp 4 miliar khusus untuk penataan PKL di sana.
“PKL yang di Pulau Merak kalau tidak dikendalikan jumlahnya akan terus bertambah dan tidak terkonsep. Cara ini juga kami lakukan untuk membentuk budaya baru bagi PKL agar bisa naik kelas,” kata Anas.
Daerah Pulau Merah yang berada di Kecamatan Pesanggaran Banyuwangi memiliki catatan bencana yang masih relatif baru. Pada tahun 1994, tsunami setinggi 6 meter pernah terjadi di sana akibat gempa di Samudera Hindia.
Catatan bencana tersebut sudah dipahami oleh tim arsitektur Yori Antar. Karena itu desain yang ditawarkan sudah menyiapkan jalur mitigasi bencana dan dilengkapi dinding pemecah ombak di darat.
Selain catatan bencana, daerah Pesanggaran juga merupakan salah satu daerah rawan konflik di Banyuwangi. Masyarakat kerap menggelar aksi penolakan pertambangan tumpang pitu yang lokasinya tak lebih dari 10 km dari wisata Pulau Merah.
Namun Anas enggan menanggapi hal itu lebih jauh. Saat ditanya apakah sudah dipikirkan terkait ancaman konflik penolakan tambang, Anas hanya menjawab singkat, “Ini nggak ada kaitannya dengan tambang. Ini upaya untuk menata PKL,” ujarnya.
Baca juga Pengembangan Pariwisata: Panggung ”Wangi” Banyuwangi