Belum Ada Kesepakatan, AS-China Lanjutkan Perundingan di Washington
BEIJING, JUMAT — Perundingan dagang selama dua hari antara China dan Amerika Serikat di Beijing, China, berakhir pada Jumat (15/2/2019). Belum ada indikasi apakah ada kemajuan dalam perundingan terkait isu yang paling diperselisihkan, yakni tekanan AS agar Beijing menarik rencana China menjadi pemimpin dunia di bidang robotik dan teknologi-teknologi lainnya.
Di tengah semakin dekatnya tenggat 2 Maret yang disepakati apakah AS akan menerapkan tarif baru pada barang-barang impor dari China atau tidak, Pemerintah China mengumumkan, negosiator AS dan China akan berunding lagi di Washington DC, AS, pekan depan.
”Saya berharap Anda akan terus bekerja keras untuk mempromosikan kesepakatan yang saling menguntungkan,” kata Presiden China Xi Jinping kepada Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer seusai perundingan berakhir, seperti dikutip kantor berita resmi China, Xinhua.
Para pejabat mengungkapkan optimisme, tetapi tidak menyampaikan detail hasil perundingan pekan ini. Sebelumnya, perundingan pekan ini dijadwalkan merupakan pertemuan terakhir sebelum tenggat 2 Maret yang disepakati Presiden Xi dan Presiden AS Donald Trump di Buenos Aires, Argentina, awal Desember 2018, terkait dengan rencana AS menerapkan tarif baru atas impor China senilai 200 miliar dollar AS.
Saya berharap Anda akan terus bekerja keras untuk mempromosikan kesepakatan yang saling menguntungkan.
Sejumlah ahli ekonomi mengatakan, perundingan pekan ini terlalu pendek untuk menyelesaikan masalah perang tarif yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi global. Penasihat ekonomi Trump, Larry Kudlow, Kamis (14/2/2019), di Washington mengatakan kepada wartawan bahwa Trump belum membuat keputusan tentang rencana penerapan tarif baru terhadap produk impor China.
Hari Selasa lalu Trump menyebutkan, dirinya mungkin akan ”sedikit mengulur” tenggat 2 Maret jika perundingan di Beijing pekan ini berjalan bagus.
”Kami menjalani dua hari negosiasi yang sangat bagus,” ujar Lighthizer kepada Xi pada awal pertemuan yang juga dihadiri para negosiator AS dan China. ”Kami merasa bahwa kami harus membuat kemajuan dalam beberapa isu yang sangat-sangat penting dan sangat sulit. Kami masih memiliki pekerjaan tambahan, tetapi kami memiliki harapan.”
”Kami semua percaya bahwa hubungan China-AS menjadi kepentingan bersama yang luas dalam menjadi perdamaian dan stabilitas dunia serta dalam mempromosikan kemakmuran dan perkembangan ekonomi global. Ini kepentingan bersama bagi kita,” kata Xi kepada para negosiator AS.
Baca juga: Negosiator AS Belum Yakin dengan Janji-janji China
Kemungkinan penundaan
Di tengah rencana perundingan lanjutan di Washington pada pekan depan, muncul kemungkinan penundaan kenaikan tarif impor produk-produk China ke AS. Hal ini seiring dengan keluarnya data perdagangan yang relatif sesuai dengan keinginan Washington.
Data administrasi bea dan cukai China yang dirilis pada Kamis menunjukkan, angka surplus perdagangan China dengan AS menyempit pada Januari, bahkan, ketika impor AS terus merosot. Ekspor China ke kawasan Pasifik turun lebih dari 2 persen dari tahun sebelumnya pada Januari menyusul capaian pada Desember 2018. Surplus perdagangan China terhadap AS pada Januari senilai 27,3 miliar dollar AS. Sepanjang tahun lalu, angka surplus itu mencapai rekor hubungan dagang kedua negara senilai 323,3 miliar dollar AS.
Tingkat surplus itu menjadi sumber kemarahan utama pemerintahan Trump, yang memberlakukan tarif ratusan miliar dollar AS atas barang-barang China tahun lalu. Trump kembali mengancam memberlakukan hal serupa untuk lebih banyak barang-barang dari China ke AS.
Namun, pada Desember lalu, Trump memutuskan menunda rencana untuk menaikkan tarif impor China sebesar 200 miliar dollar AS hingga 2 Maret untuk memberikan lebih banyak waktu untuk negosiasi. Pada pekan ini, Trump mengindikasikan bahwa Washington terbuka untuk memperpanjang gencatan senjata perdagangan. Namun, hal itu tergantung pada kemajuan negosiasi dengan Beijing dari sisi Washington.
”Berdasarkan sinyal positif dari negosiasi perdagangan AS-China, kenaikan tarif lebih lanjut kemungkinan akan ditangguhkan,” kata Louis Kuijs dari Oxford Economics.
Berdasarkan sinyal positif dari negosiasi perdagangan AS-China, kenaikan tarif lebih lanjut kemungkinan akan ditangguhkan.
Ia memperkirakan adanya tekanan lanjutan atas ekspor China karena perlambatan global dan tarif AS yang telah ada. Merujuk pada data, nilai ekspor China ke seluruh dunia, termasuk AS, secara tak terduga naik 9,1 persen dari tahun sebelumnya pada Januari, berbalik setelah tercatat turun pada Desember tahun lalu.
”Data ekspor Januari itu kemungkinan terdorong oleh adanya beberapa pengaturan ulang rantai pasokan di tingkat regional seiring berlangsungnya sengketa perdagangan antara China-AS,” kata Betty Wang, ekonom bank ANZ.
Wang dalam laporan analisanya melaporkan, ekspor China ke negara-negara Eropa dan ASEAN terlihat melonjak. Adapun impor China turun mencapai 1,5 persen dari tahun sebelumnya pada Januari. Penurunannya terlihat melambat dari perkiraan penurunan 10,2 persen, sebagaimana diperkirakan Bloomberg.
”Perlambatan impor dalam beberapa bulan terakhir jelas sebagian mencerminkan perlambatan ekonomi domestik China,” kata Kuijs.
Sejumlah data ekonomi yang buruk telah menambah kekhawatiran tentang ekonomi China, yang tumbuh pada laju paling lambat dalam hampir tiga dekade tahun lalu. Analis memperingatkan, sulit untuk membandingkan tren pada awal setiap tahun karena liburan tahun baru China, yang tiba pada awal Februari tahun ini, dapat mempengaruhi aktivitas bisnis.
”Tren luas dalam pengiriman barang-barang tampaknya masih mengarah ke bawah (atau turun),” kata Julian Evans-Pritchard dari Capital Economics. ”Prospek suram untuk pertumbuhan global berarti bahwa tahun ini kemungkinan akan menjadi tantangan bagi eksportir China, bahkan jika negosiasi perdagangan AS-China yang sedang berlangsung memuncak dalam kesepakatan.”
Materi negosiasi
Dalam lanjutan AS-China, Washington tetap bersikeras mewujudkan keinginan-keinginan awalnya. Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin memimpin kubu Washington, sementara Beijing dipimpin penasihat ekonomi China, Liu He. ”Kami menantikan diskusi hari ini,” kata Mnuchin ketika ia meninggalkan hotelnya, Kamis pagi, untuk memulai negosiasi.
Ekspektasi untuk kesepakatan perdagangan telah tumbuh seiring China menghadapi tekanan dari melambatnya pertumbuhan ekonomi. Pada saat yang sama, kondisi pasar global yang tertekan juga menimbulkan tantangan bagi Trump dan penasihat ekonominya.
Trump mengatakan kepada wartawan di Washington pada Rabu bahwa pembicaraan awal di Beijing ”berjalan dengan sangat baik”. Merujuk pemberitaan Bloomberg, Trump melihat Beijing menunjukkan rasa hormat yang luar biasa kepada dirinya dan Washington.
Kedua belah pihak mengatakan, kemajuan besar dibuat dalam pembicaraan bulan lalu di Washington, tetapi masih ada jurang pemisah yang lebar mengenai beberapa masalah. Pihak AS menuntut perubahan besar terhadap praktik-praktik China yang dikatakannya tidak adil, termasuk pencurian teknologi AS dan kekayaan intelektual, dan banyak sekali hambatan yang dihadapi perusahaan asing di pasar domestik China.
Beijing telah menawarkan untuk meningkatkan pembelian barang-barang AS. Namun, mereka diperkirakan menolak seruan untuk perubahan besar pada kebijakan industrinya, seperti memangkas subsidi pemerintah.
Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan pada hari Minggu lalu tentang kemungkinan adanya ”badai” ekonomi global. Hal itu tergambar dengan proyeksi turunnya pertumbuhan perekonomian global tahun ini. Perang dagang AS-China menjadi salah satu faktor utama kemungkinan penurunan pertumbuhan ekonomi global itu. (AP/AFP/REUTERS/SAM)