Dua Daerah di Riau Berlakukan Siaga Darurat Kebakaran
Oleh
SYAHNAN RANGKUTI
·4 menit baca
PEKANBARU, KOMPAS — Dua daerah di Riau, yaitu Kota Dumai dan Kabupaten Bengkalis, menetapkan status Siaga Darurat kebakaran lahan dan hutan menyusul peristiwa kebakaran lahan yang terjadi dalam kurun waktu sepekan terakhir. Peristiwa kebakaran di dua wilayah itu menimbulkan kabut asap di Kota Dumai dalam dua hari terakhir.
”Kami menetapkan status Siaga kebakaran lahan dan hutan sampai 31 Mei 2019. Dengan status itu, kami dapat melakukan koordinasi dengan menurunkan lebih banyak personel TNI dan Polri. Kami juga sudah meminta bantuan pemerintah provinsi untuk pengadaan peralatan pemadaman kebakaran,” ujar Afrilagan, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Dumai, yang dihubungi Jumat (15/2/2019).
Afrilagan mengatakan, dua hari terakhir ini, Kota Dumai ditutupi kabut asap. Pada pagi, kabut cukup tebal dan mengganggu pernapasan. Pada siang, asap menipis dan sore kembali tebal.
Dua hari terakhir ini, Kota Dumai ditutupi kabut asap. Asap bukan berasal dari kebakaran di Dumai, melainkan kiriman dari lokasi tetangga di Pulau Rupat yang berada dalam administrasi Kabupaten Bengkalis.
Namun, asap bukan berasal dari kebakaran di Dumai, melainkan kiriman dari lokasi tetangga di Pulau Rupat yang berada dalam administrasi Kabupaten Bengkalis. Jarak antara Pulau Rupat dan Dumai hanya dipisahkan oleh selat kecil yang dapat diseberangi oleh feri selama 20 menit.
”Wali Kota Dumai Zulkifli AS sudah mengimbau warga menggunakan masker apabila beraktivitas di luar rumah. Wali Kota juga memerintahkan seluruh rumah sakit dan puskesmas siaga menerima pasien yang terdampak asap. Sampai tadi pagi, kami sudah membagikan sekitar 10.000 masker kepada warga,” tutur Afrilagan.
Secara terpisah, Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Riau Jim Gofur, yang hadir dalam rapat penetapan status Siaga di Dumai, menambahkan, kondisi kabut asap pekat di Dumai merupakan salah satu pertimbangan penetapan status darurat kebakaran lahan dan hutan. Asap telah membuat kualitas udara Kota Dumai menjadi tidak sehat.
”Kondisi cuaca juga sangat terik sehingga kawasan gambut di Dumai benar-benar kering. Di pelabuhan penyeberangan dari Dumai menuju Pulau Rupat, partikel debu dari lahan terbakar sudah terlihat bersama asap. Kondisi itu berbahaya dan harus cepat ditangani. Kami mengapresiasi langkah Dumai yang cepat menetapkan status darurat,” kata Jim.
Menurut dia, angin yang bergerak dari timur laut menuju barat daya membawa asap dari Rupat menuju Dumai. Kalau angin berbalik arah, dapat dipastikan asap akan bergerak menuju negara tetangga Malaysia yang hanya berjarak 50 mil laut dari lokasi kebakaran.
Kalau angin berbalik arah, dapat dipastikan asap akan bergerak menuju negara tetangga Malaysia yang hanya berjarak 50 mil laut dari lokasi kebakaran.
Abdul Hadi dari Humas PT Sumatera Riang Lestari, perusahaan hutan tanaman industri di Pulau Rupat, mengungkapkan, kebakaran di lokasi terluar Provinsi Riau itu belum dapat dikendalikan dan semakin membesar. Ia memperkirakan lahan yang terbakar mencapai 300 hektar.
Menurut Hadi, kondisi Pulau Rupat memang sangat kering. Dalam dua pekan terakhir, tidak ada hujan. Kebakaran awalnya muncul di Desa Parit Kebumen.
Kebakaran baru
Hari ini, ujar Hadi, kebakaran di Parit Kebumen dan Sri Tanjung sudah dapat dikendalikan tim pemadam yang berjumlah total 100 orang. Namun, secara hampir bersamaan, kebakaran baru muncul dengan skala lebih besar di Desa Teluk Lecah.
”Lokasi Teluk Lecah terisolir dan tidak dapat dijangkau kendaraan sehingga menyulitkan pemadaman. Pola kebakaran umumnya disebabkan pembukaan lahan baru dengan cara dibakar,” ucap Hadi.
Ia menambahkan, personel pemadam kebakaran dari perusahaannya mencapai 60 orang.
Kepala BPBD Riau Edwar Sanger mengungkapkan, dengan status Siaga Darurat kebakaran lahan dan hutan di dua daerah, Pemprov Riau langsung menanggapi dengan rencana melaksanakan rapat koordinasi pada Senin, 18 Februari.
Dalam rapat yang akan diikuti seluruh pemangku kepentingan, antara lain TNI, Polri, BPBD seluruh kabupaten dan kota, serta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), itu akan dibahas status Siaga Darurat kebakaran lahan dan hutan untuk wilayah Provinsi Riau.
”Hasil rapat koordinasi hari Senin akan kami sampaikan langsung kepada Gubernur Riau Wan Thamrin Hasyim hari itu juga. Kemungkinan, pekan depan, status Siaga Darurat untuk wilayah Riau akan ditetapkan oleh Gubernur,” kata Edwar.
Berdasarkan prakiraan BMKG, saat ini, Riau tengah berada pada musim kemarau yang akan berlangsung sampai pertengahan Maret. Setelah Maret, Riau memasuki musim hujan sampai bulan Mei. Kemudian, Juni sampai September akan menghadapi musim panas kedua yang lebih kering. Sebagai daerah yang berada di garis khatulistiwa, Riau memiliki dua musim kemarau dan dua musim hujan dalam satu tahun.