JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta resmi membuka Gerai Kewirausahaan Terpadu di Rusunawa Marunda, Jakarta Utara, Jumat (15/2/2019). Gerai kesembilan ini melayani distribusi pangan murah bagi pemegang Kartu Jakarta Pintar ataupun masyarakat umum, serta diharapkan meningkatkan perekonomian dan ketahanan pangan masyarakat.
Asisten Perekonomian dan Keuangan Sekretariat Daerah Provinsi DKI Jakarta Sri Haryati mengatakan, Gerai Kewirausahaan Marunda adalah gerai ke- sembilan dan ditargetkan akan ada 30 gerai lagi sampai 2019. Gerai yang diperuntukkan bagi masyarakat ini berfungsi untuk menjaga ketahanan pangan DKI Jakarta.
”Inflasi di Jakarta menyumbang 20 persen untuk nasional. Jadi, kita punya tanggung jawab yang besar agar inflasi dapat dikendalikan. Salah satunya fisibilitas pangan dan harga pangan yang terjangkau, khusunya warga Marunda mendapatkan subsidi pangan, seperti harga daging yang hanya Rp 35.000 per kilogram,” kata Haryati, Jumat (15/2).
Gerai Kewirausahaan Terpadu Marunda yang memiliki 27 los itu dibangun di atas tanah seluas 600 meter persegi, lahan milik Dinas Perumahan dan Pembangunan DKI Jakarta, berkerja sama dengan Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian.
Melalui Gerai Kewirausahaan Terpadu Maruda, Wakil Wali Kota Jakarta Timur Ali Maulana Hakim berharap dapat meningkatkan perekonomian warga dan menjaga ketahan pangan warga lewat subsidi. Karena itu, warga bisa memanfatkan los yang masih kosong untuk kegiatan jual beli.
”Kami arahkan warga mengambil barang dari pasar jaya karena harga dijamin murah agar kebutuhan pangan tercukupi. Berapa pun permintaan warga akan disuplai oleh PD Pasar Jaya. Namun, akan ada kontrol harga, warga tidak boleh menaikkan harga secara sembarangan. Jangan karena tidak ada pasar di sekitar sini dan tidak ada saingan lalu bisa mainkan harga,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahan Pangan, Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta Darjamuni mengatakan, kehadiran Gerai Kewirausahaan Terpadu selain meningkatkan pelayanan masyarakat melalui penyediaan bahan pangan bersubsidi, masyarakat didorong untuk mandiri menciptakan ketahanan pangan melalui kegiatan pertanian dan perikanan.
”Kami siap menyediakan bibit untuk bercocok tanam, setiap satu kepala keluarga boleh minta dua jenis pohon. Sesempit apa pun lahannya, itu bisa dimanfaatkan untuk bercocok tanam. Ketahanan pangan juga tercipta dari kemandirian warga. Mereka bisa menjual hasil sayur atau buah yang mereka tanam sekaligus memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan mengonsumsi hasil panen mereka,” tutur Darjamuni. (AGUIDO ADRI)