PM Inggris Theresa May kembali meminta persetujuan parlemen untuk melakukan negosiasi ulang dengan Uni Eropa. Untuk berlanjut, ia perlu dukungan solid Partai Konservatif.
LONDON, KAMIS— Perdana Menteri Inggris Theresa May kemungkinan akan menghadapi perlawanan lagi di parlemen terkait dengan rencana Brexit. May akan mengajukan proposal, Kamis (14/2/2019) waktu setempat, yang isinya berupa rencana Pemerintah Inggris melakukan negosiasi ulang dengan Uni Eropa, khususnya terkait backstop Irlandia Utara.
Backstop Irlandia Utara merupakan komitmen antara Inggris dan UE untuk menghindari penjagaan di perbatasan Irlandia Utara (Inggris) dan Republik Irlandia, terlepas apakah Brexit berakhir dengan kesepakatan atau tidak.
Pemungutan suara dilakukan parlemen, Kamis, lebih bersifat simbolis, untuk menunjukkan apakah May bisa jalan terus dengan rencana itu atau tidak. Uni Eropa sebetulnya sudah berulang kali menyatakan tidak bersedia melakukan negosiasi ulang kesepakatan Brexit yang telah ditandatangani pada November lalu.
May berharap anggota parlemen dari Partai Konservatif kali ini mendukungnya. Jika Konservatif solid dan mitra koalisi Partai DUP (10 suara) juga solid, maka usulan May akan didukung mayoritas parlemen dengan suara tipis. Hal itu akan menjadi ”senjata” bagi May dalam tawar-menawar dengan Brussels.
May terus meminta kepada Brussels agar bersedia merevisi kesepakatan terkait dengan backstop Irlandia Utara. May mengatakan, jika Brussels memberikan konsesi yang lebih besar kepada dirinya, maka ia akan memperoleh dukungan dari parlemen.
Oleh karena itu, jika dalam voting kali ini May kalah, maka ini menjadi pukulan telak bagi dirinya. ”Uni Eropa akan mengawasi debat kita hari ini dan mereka akan melihat seandainya kita diberi konsesi apakah parlemen akan mendukungnya?” kata Menteri Perdagangan Liam Fox kepada BBC 4.
Anggota parlemen Konservatif mengatakan, dirinya dan para pembangkang yang tergabung dalam The European Research Group (ERG) masih mendiskusikan strategi yang akan dilakukan dalam pemungutan suara, apakah akan menolak atau memilih abstain.
Jika para pembangkang ini memilih abstain, maka May akan kalah karena oposisi Partai Buruh dipastikan akan menolak rencana May.
Partai Buruh menyatakan akan mendukung pemerintah jika dalam rencana itu tidak terdapat opsi tanpa kesepakatan dan akan menempatkan Inggris secara permanen dalam sistem pabean UE.
Usulan Buruh yang disambut positif Brussels itu ditolak May yang menganggap opsi tanpa kesepakatan sebagai ”kartu truf” dalam menghadapi UE.
Dalam pemungutan suara bersejarah Januari lalu, kesepakatan Brexit ditolak parlemen Inggris dengan telak, 432 berbanding 202 suara.
Ulur waktu
Kubu oposisi dan sejumlah anggota Konservatif menilai May berupaya mengulur-ulur waktu sampai batas waktu 29 Maret sehingga parlemen akhirnya akan dihadapkan pada opsi mendukung kesepakatan yang ada atau Inggris keluar tanpa kesepakatan.
Terkait itu, untuk menghindarkan Brexit tanpa kesepakatan, sejumlah anggota parlemen akan mengusulkan rancangan alternatif. Di dalam rancangan itu akan termasuk opsi referendum kedua, penundaan Brexit, dan sejumlah opsi lainnya.
Masih belum jelas opsi mana yang akan mendapat dukungan paling besar di parlemen. Namun, sejumlah sumber menyatakan, anggota parlemen akan ”bergerak” pada jadwal voting 27 Februari.
Sebanyak 40 mantan duta besar Inggris meminta pemerintah agar memperpanjang tenggat Brexit atau menggelar referendum kedua. Namun, May berulang kali menyebutkan tidak akan mendukung opsi referendum.