SURABAYA, KOMPAS – Hasil-hasil riset dan survei oleh unit penelitian dan pengembangan memperkaya produk atau laporan jurnalistik Kompas dan Kompas.id sehingga tetap bermutu tinggi. Riset dan survei juga memperkuat citra sebagai media massa arus utama yang kredibel dan independen.
Sejak 2007, Litbang Kompas telah teruji dan terbukti melaksanakan penelitian, penilikan, dan hitung cepat dalam kontestasi daerah dan nasional dengan tingkat presisi mengagumkan. Saat disandingkan dengan penetapan penghitungan oleh KPU, hasil hitung cepat Litbang Kompas berbeda setengah persen bahkan kurang.
“Kami berupaya menguatkan kredibilitas dan independensi Kompas,” kata Peneliti Utama Litbang Kompas Reza Felik di sesi diskusi Festival Rumah Pemilu Surabaya dalam rangka Airlangga Education Expo, Jumat (15/2/2019), di Kampus C Mulyosari, Surabaya, Jawa Timur.
Reza mengungkapkan perbandingan hasil hitung cepat Litbang Kompas dan KPU dalam pemilihan gubernur-wakil gubernur 2018 di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Di Jabar, hasil perolehan suara empat pasang kandidat versi hitung cepat dan penetapan KPU berbeda 0,40 persen. Di Jateng, perbedaannya 0,43 persen dimana kontestasi diikuti dua pasang kandidat. Di Jatim lebih mencengangkan, perbedaannya 0,19 persen dimana kontestasi diikuti dua pasang kandidat. Padahal, di setiap provinsi, sampel TPS yang diambil ialah 400 buah.
Wakil Redaktur Pelaksana Kompas Haryo Damardono yang juga menjadi narasumber diskusi dengan lebih dari 100 mahasiswa di Ruang AUCC 1 itu mengatakan, Litbang Kompas telah menemukan formula luar biasa dalam riset, survei, dan hitung cepat sehingga mendapatkan hasil yang presisi.
Reza, alumni Jurusan Matematika Universitas Indonesia, mengatakan, kredibilitas dan independensi menjadi salah satu prinsip Litbang Kompas dalam bekerja. Kegiatan dilaksanakan sendiri atau tidak melibatkan kontraktor apalagi subkontraktor. Pendanaan ditanggung hanya oleh Kompas dalam hal ini PT Kompas Media Nusantara sehingga tidak dicampuri dengan kepentingan lembaga atau pihak lain.
Haryo, alumni Jurusan Ilmu Hukum UI, mengatakan, hasil riset, survei, dan hitung cepat juga laporan yang dibuat oleh Litbang Kompas telah mewarnai karya jurnalistik dalam Harian Kompas dan Kompas.id. Untuk yang disebut terakhir merupakan keniscayaan yang harus ditempuh media cetak agar bertahan di era disrupsi teknologi digital.
“Berbagai produk yang tidak bisa diaplikasikan di koran kami maksimalkan sebagai konten digital,” ujar Haryo dengan inisial penulisan RYO itu. Konten digital dimaksud misalnya galeri foto, ilustrasi bergerak, audio visual, video, bahkan film yang jelas tidak bisa ditayangkan di koran. Pembuatan konten digital tetap mempertahankan prinsip jurnalistik Kompas yang teguh pada kode etik.
Profesionalisme dan humanisme menjadi prinsip penting untuk mengedepankan jurnalisme makna, presisi, mendalam, akurat, independen, multimedia, bebas dari darah dan pornografi. Di konten digital pula ditayangkan laporan-laporan khas yang amat jarang tampil di koran. Yang terutama ialah rubrik Di Balik Berita yang menceritakan pengalaman para jurnalis dan jurnalis foto Kompas dalam peliputan yang diwarnai suka, duka, konyol, keberuntungan, atau hal-hal sepele yang manusiawi.
Berbagi kisah melalui Di Balik Berita, lanjut Haryo, akan amat bermanfaat bagi kalangan publik terutama generasi milenial yang tertarik dan berniat menekuni profesi jurnalis. Rubrik ini juga akan menjadi ladang menarik untuk kalangan akademisi dalam mengkaji dan meneliti.