Jurnalis iNews, Anisha Dasuki terpilih menjadi salah satu dari dua moderator dalam debat kedua di Pemilu Presiden 2019, yang akan digelar, besok (17/2/2019). Bagaimana persiapannya? Apalagi debat ini akan berbeda dengan debat pertama, 17 Januari 2019.
Oleh
Fajar Ramadhan
·4 menit baca
Jurnalis iNews, Anisha Dasuki, terpilih menjadi salah satu dari dua moderator dalam debat kedua di Pemilu Presiden 2019, yang akan digelar Minggu (17/2/2019). Debat kedua ini disebut-sebut akan ”lebih hidup” dibandingkan dengan debat pertama, 17 Januari 2019. Ini terutama karena sejumlah modifikasi yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum.
Bagaimana Anisha menjaga agar debat tersebut benar-benar hidup sehingga semua visi, misi, serta program kerja calon presiden (capres) terjelaskan ke publik seperti yang selama ini diharapkan?
Sejumlah hal telah dia persiapkan, salah satunya mengantisipasi agar debat berjalan fair, tidak ada calon presiden yang mendominasi. Selain itu, apa lagi?
Berikut petikan wawancara Kompas dengan Anisha saat ditemui di salah satu kafe di lingkungan iNews Tower, Jakarta, Kamis (14/2/2019).
Bagaimana perasaannya setelah didaulat menjadi moderator?
Grogi itu pasti. Tapi saya harus bisa mengatur itu agar bisa menjadi hal yang positif. Bisa menjadi semangat dan dorongan untuk saya belajar lebih dalam lagi. Menurut saya, grogi itu bagus karena artinya saya tidak menganggap remeh debat ini.
Meski saya pernah memandu beberapa debat pilkada (pemilihan kepala daerah) seperti Pilkada Jawa Barat dan Nusa Tenggara Timur, kali ini nuansanya berbeda. Kelasnya nasional. Semua orang menanti debat ini.
Terpilih menjadi moderator debat pilpres ini merupakan keberuntungan dan rezeki yang luar biasa. Selama 9 tahun saya menjadi jurnalis, ini menjadi salah satu momen besar bagi saya.
Sejauh ini apa saja yang sudah dipersiapkan?
Semua hal pasti harus saya persiapkan dengan baik. Mulai dari mempelajari urutan acara, memperdalam tema, dan mempelajari visi misi kedua capres yang berkaitan dengan tema tersebut.
Saya juga intensifkan komunikasi dan evaluasi dengan partner saya, Tommy Tjokro. Baik mengenai debat pilkada, debat pilpres pertama, maupun debat pilpres di luar negeri.
Pemilihan kostum kami juga akan diatur sedemikian rupa agar tidak menunjukkan afiliasi terhadap warna dari partai politik tertentu. Sebagai contoh, saat memandu acara kepemiluan, saya selalu terapkan itu dengan memakai baju warna pink, tosca, hitam, dan ungu.
Harapannya debat nanti akan berjalan seperti apa?
Dalam debat nanti pastinya masyarakat mengharapkan sesuatu yang baru. Ide segar yang disampaikan akan seperti apa, karena debat pertama tidak terlalu keluar. Di dalam debat eksploratif pada segmen keempat, masyarakat tentu berharap ada spontanitas dari kedua capres dalam mencetuskan ide dan kebijakan konkret untuk masalah yang dibahas.
Dalam mengeksplorasi tema debat kedua soal lingkungan hidup, energi, pangan, sumber daya alam, dan infrastruktur, kedua capres harus menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Hal ini menarik karena temanya bukan sesuatu yang pakem.
Lantas, bagaimana mengatur agar debat menjadi lebih hidup?
Saya tentunya terus membangun chemistry dengan Mas Tommy karena itu penting. Supaya debat yang kami pandu bisa lebih cair. Kami akan mengatur intonasi dan pembawaan. Selain itu, saya harus berkelindan dengannya supaya tidak ada dead air atau momen diam selama beberapa detik.
Karena apa, momen tidak ada suara apa pun selama satu atau dua detik saja, amat terasa di layar kaca. Jangan sampai ada dead air. Itu kerap jadi tantangan saat menjadi presenter, tapi untuk debat nanti tantangan ini menjadi berlipat.
Sesi debat keempat akan diatur seperti apa?
Sesi keempat memiliki durasi 16 menit. Namun, tidak ada penentuan waktu bagi setiap capres. Di sinilah, saya dan Mas Tommy harus bisa mengatur dan menghitung agar tidak ada yang lebih mendominasi. Kami tentunya akan menghitung dalam hati, sesuai dengan apa yang sering kami lakukan selama menjadi presenter.
Misalnya, saat dialog sudah oke, tidak boleh terlalu banyak, lalu saya lempar ke yang lain. Tapi, jika keduanya saling beradu argumentasi dan saling sahut-menyahut, akan menjadi lebih baik. Itu tantangan lainnya bagi kami supaya pengaturan waktu bagi keduanya lebih fair, namun ide segar tetap terlontar.
Tanggapan dari warganet saat terpilih menjadi moderator debat bagaimana?
Ada yang bilang ”moderator netral ya”, ”semoga jadi lebih seru debatnya”, ”semoga lancar” di Instagram. Kebanyakan, sih, mereka mendoakan dan memberikan masukan. Mereka berharap debat bisa berjalan lebih cair. Alhamdulillah tidak ada yang negatif. (FAJAR RAMADHAN)