Di tangan siswa sekolah menengah atas dan kejuruan di Kota Malang, Jawa Timur, tempe semakin jauh menanggalkan kesan kuliner ketinggalan zaman. Tempe begitu luwes berpadu padan dengan kuliner Nusantara lainnya hingga mancanegara.
Oleh
Dahlia Irawati
·2 menit baca
MALANG, KOMPAS — Di tangan siswa sekolah menengah atas dan kejuruan di Kota Malang, Jawa Timur, tempe semakin jauh menanggalkan kesan bahan makanan ketinggalan zaman. Tempe begitu luwes berpadu padan dengan kuliner Nusantara lainnya hingga mancanegara.
Hal itu tampak dalam acara Lomba Resep dan Diversifikasi Pangan 2019 antar-SMA/K se-Malang Raya di Universitas Katolik Widya Karya Malang, Sabtu (16/2/2019). Lomba diikuti oleh 14 tim.
Siswa SMAK Kolese Santo Yusup Malang, misalnya, menjadikan tempe sebagai bahan untuk sekoteng. Bulir kedelai tempe menjadi pengganti kacang. ”Rasanya enak, tidak enek. Tempe bisa menjadi bahan macam-macam masakan,” kata Katherine Felicia (15), siswa kelas 10 SMAK Kolese Santo Yusup.
Saat itu, Katherine bersama dua temannya, Christine Juventia (15) dan Jane Frances (15), mengikutsertakan dua kreasi makanan berbahan tempe, yakni churros dan sekoteng tempe. Churros adalah camilan asal Spanyol.
Dalam lomba itu, tempe juga bisa dikreasikan menjadi sushi, makanan khas Jepang yang kini semakin naik daun. Sushi tempe tongkol (sipengkol) buatan siswa SMKN 7 Malang jadi buktinya.
”Kami melakukan tiga kali uji coba untuk membuat sipengkol. Sengaja ditambah ikan tongkol untuk memenuhi kebutuhan protein hewaninya,” kata Adi Rinoto (15), siswa SMKN 7.
Dosen Teknologi Hasil Pertanian Universitas Katolik Widya Karya Malang, Andini, mengatakan, kegiatan ini digelar untuk mendorong diversifikasi pangan dari bahan-bahan lokal. ”Tempe adalah bahan makanan lokal bernilai gizi tinggi sehingga patut didorong untuk terus dikembangkan,” ujarnya.