Dumai dan Bengkalis di Riau menetapkan siaga darurat kebakaran lahan dan hutan. Kabut asap cukup berbahaya dan harus segera ditangani.
PEKANBARU, KOMPAS— Dua daerah di Riau, yakni Kota Dumai dan Kabupaten Bengkalis, menetapkan status Siaga Darurat kebakaran lahan dan hutan menyusul kebakaran lahan yang terjadi sepekan terakhir. Kebakaran itu menimbulkan kabut asap di Kota Dumai dua hari terakhir.
”Kami menetapkan status siaga kebakaran lahan dan hutan sampai 31 Mei 2019. Kami melakukan koordinasi dengan menurunkan lebih banyak personel TNI dan Polri.
Kami juga meminta bantuan pemerintah provinsi untuk pengadaan peralatan pemadaman kebakaran,” ujar Afrilagan, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Dumai, Jumat (15/2/2019).
Afrilagan mengatakan, pagi hari Kota Dumai tertutup kabut asap cukup tebal dan mengganggu pernapasan. Siang hari, asap menipis dan sore kembali tebal.
Asap bukan dari kebakaran di Dumai, melainkan kiriman dari Pulau Rupat di Kabupaten Bengkalis. Pulau Rupat dan Dumai hanya dipisahkan selat kecil yang dapat diseberangi feri selama 20 menit.
”Wali Kota Dumai Zulkifli AS sudah mengimbau warga agar mengenakan masker jika beraktivitas di luar rumah. Wali kota juga memerintahkan semua rumah sakit dan puskesmas siaga menerima pasien yang terdampak asap. Kami sudah membagikan sekitar 10.000 masker kepada warga,” kata Afrilagan.
Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Riau Jim Gofur menambahkan, kabut asap pekat di Dumai jadi pertimbangan penetapan status darurat kebakaran lahan dan hutan.
”Kondisi cuaca sangat terik. Di pelabuhan penyeberangan dari Dumai menuju Pulau Rupat, partikel debu dari lahan terbakar terlihat bersama asap. Kondisi itu berbahaya dan harus cepat ditangani,” kata Jim.
Abdul Hadi dari Humas PT Sumatera Riang Lestari, perusahaan hutan tanaman industri di Pulau Rupat, mengatakan, kebakaran belum dapat dikendalikan dan semakin membesar. Lahan yang terbakar diperkirakan 300 hektar.
Kebakaran awal muncul di Desa Parit Kebumen. ”Hari ini, kebakaran di Parit Kebumen dan Sri Tanjung dapat dikendalikan tim pemadam yang berjumlah 100 orang. Namun, kebakaran baru muncul dengan skala lebih besar di Desa Teluk Lecah,” ujarnya.
Teluk Lecah terisolasi dan tidak dapat dijangkau kendaraan sehingga menyulitkan pemadaman. Kebakaran umumnya disebabkan pembukaan lahan baru dengan cara dibakar. Menurut Hadi, personel pemadam kebakaran perusahaannya 60 orang.
Kepala BPBD Riau Edwar Sanger mengatakan, dengan status siaga darurat kebakaran, Pemerintah Provinsi Riau berencana melaksanakan rapat koordinasi, Senin (18/2). Rapat akan diikuti, antara lain TNI, Polri, BPBD kabupaten dan kota, serta Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
”Hasilnya akan langsung kami sampaikan kepada Gubernur Riau Wan Thamrin Hasyim,” ujarnya. Prakiraan BMKG, Riau berada di musim kemarau sampai pertengahan Maret.
Utamakan pencegahan
Pada April 2019, wilayah Kalimantan Barat diperkirakan mulai memasuki musim kemarau yang berpotensi memicu kebakaran lahan gambut.
Kegiatan pencegahan diutamakan agar tidak menimbulkan kerugian material dan mencegah terjadinya bencana.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo dalam rapat koordinasi pencegahan dan kesiapsiagaan bencana asap akibat kebakaran lahan, Jumat, di Pontianak, mengatakan, pencegahan penting. Jangan menunggu kebakaran.
”Menjelang puncak kemarau harus sudah ada surat keputusan Gubernur Kalimantan Barat mengenai status Siaga Darurat penanganan kebakaran lahan dan kabut asap. Dengan demikian, BNPB cepat mengalokasikan anggaran untuk pencegahan di daerah,” papar Doni. (SAH/ESA)