PALEMBANG, KOMPAS — Himpunan Mahasiswa Islam menyatakan akan tetap netral dalam pemilihan presiden mendatang. Dalam proses pencoblosan nanti, kader Himpunan Mahasiswa Islam pun akan mengawasi jalannya pemilu.
Hal ini disampaikan Ketua Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Arya Kharisma Hardy saat berkunjung ke Kantor Redaksi Kompas di Palembang, Sabtu (16/2/2019). Dalam kunjungannya, Arya didampingi Ketua HMI Cabang Palembang Eko Hendiyono.
Arya menegaskan, kader HMI akan tetap netral dan tidak berpolitik praktis. ”Kami akan tetap menjaga independensi,” katanya.
Walaupun demikian, pihaknya akan tetap menghargai pilihan setiap kadernya sebagai individu. ”Setiap kader pasti memiliki pilihannya sendiri. Tentu itu adalah hak mereka, tetapi tidak membawa organisasi,” ucap Arya.
Kami akan tetap menjaga independensi.
HMI juga akan mengawal jalannya pemilihan umum dengan mengerahkan kader yang ada di setiap daerah. Arya mengatakan, saat ini kader HMI yang aktif sekitar 600.000 mahasiswa yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. ”Kami sudah bekerja sama dengan Bawaslu untuk mengawal jalannya proses pemilihan pada 17 April nanti,” katanya.
Menurut dia, godaan dari sejumlah partai politik untuk ”menyusup” ke organisasi HMI tentu sangat gencar. Namun, komitmen HMI untuk tetap independen guna mengawal demokrasi akan tetap dikedepankan. ”Itulah sebabnya, kami mengusung tema ’HMI Kawal Demokrasi’,” katanya.
Selain itu, Arya juga mengingatkan kader HMI untuk bisa memilah informasi agar tidak terjerumus pada berita bohong (hoaks). ”Itulah pentingnya membaca dan berdiskusi agar setiap kader dapat mengetahui berita yang benar,” lanjutnya.
Memanfaatkan teknologi
Arya menuturkan, selain mengawal jalannya pilpres, kini HMI fokus memajukan kemampuan para kadernya dalam memanfaatkan teknologi untuk kemampuan diri dan juga organisasi. Menurut dia, ketika Indonesia sudah memasuki era Revolusi Industri 4.0, orang yang menguasai teknologilah yang mampu berbicara banyak saat ini.
”Untuk itu, semangat digitalisasi terus didorong untuk mampu mengembangkan organisasi memanfaatkan kecanggihan teknologi,” ucapnya.
Untuk itu, semangat digitalisasi terus didorong untuk mampu mengembangkan organisasi memanfaatkan kecanggihan teknologi.
Namun, ujar Arya, saat ini mahasiswa Indonesia belum banyak yang mengetahui teknologi. Hal ini dikhawatirkan akan berdampak pada kemampuan mahasiswa aktivis yang tertinggal dengan mahasiswa yang belajar teknologi dari luar negeri.
Oleh karena itu, lanjutnya, pihaknya sedang mendorong agar setiap kader HMI memiliki kesempatan untuk mengecap pendidikan di luar negeri terutama tentang teknologi. Tujuannya, agar mereka menjadi agen pertukaran pengetahuan bagi kader lain. Itulah sebabnya, saat ini HMI membuka perwakilan di dua negara, yakni Malaysia dan Maroko.
Ketua HMI Cabang Palembang Eko Hendiyono menerangkan, dengan menguasai teknologi, hal itu akan mempermudah kita dalam berorganisasi dan juga berkomunikasi. Namun, yang perlu diperhatikan cara setiap kader untuk menangkal informasi bohong. ”Inilah sebabnya perlu dilakukan edukasi secara berkelanjutan,” katanya.