BORISOV, KAMIS – Kekalahan 0-1 dari Bate Borisov di fase 32 besar Liga Europa, Jumat (15/2/2019) dini hari WIB menampar wajah tim raksasa Inggris, Arsenal. Kekalahan dari tim Belarus yang sempat lama “tertidur” selama musim dingin itu, ibarat komedi situasi di tubuh Arsenal.
Kekalahan itu membuat “The Gunners” menjadi bulan-bulanan media-media asal Inggris yang dikenal blak-blakan dalam mengkritik. Evening Standard, misalnya, menyebut Arsenal sebagai tim “macan ompong”. Padahal, tim asal London itu punya salah satu striker cepat dan menakutkan, Pierre-Emerick Aubameyang,
Arsenal dan Bate ibarat Planet Yupiter dengan Pluto. Nilai skuad The Gunners adalah 61 kali lipat dari milik Bate. Ironisnya lagi, seorang Aubameyang bisa ditukar dengan enam klub seperti Bate. Mengacu Transfermarkt, nilai skuad Bate yang berjumlah 21 orang adalah 10,65 juta euro alias Rp 159 miliar. Adapun Aubameyang dibeli 56 juta euro atau Rp 1 triliun dari Borussia Dortmund pada tahun lalu.
Tidak heran, The Indepenent, media Inggris lainnya, menilai Arsenal sebagai “aib” tim Inggris. “Hal yang paling memalukan adalah kenyataan bahwa tim Belarus itu tidak pernah tampil di laga kompetitif dalam dua bulan terakhir sebelumnya (melawan Arsenal),” tulis The Independent, kemarin.
Berbeda dengan di negara Eropa lainnya, liga lokal di Belarus baru saja berakhir. Di musim dingin, kompetisi memang diliburkan karena cuaca ekstrem di sana. Sebelum laga kontra Arsenal, Bate hanya menjalani sejumlah laga-laga uji coba dengan klub-klub lokal atau regional sebagai persiapan musim baru 2019.
Andrew Cole, mantan striker timnas Inggris, mengibaratkan Arsenal sebagai komedi situasi. Ia merujuk pada “menghilangnya” Mesut Oezil, bintang sekaligus pemain termahal di Arsenal dengan gaji Rp 6 miliar per pekan. Oezil tidak ikut diterbangkan ke Borisov dengan alasan kebugaran. Padahal, Oezil sempat berkicau di Twitter, lengkap dengan foto, tentang kegiatan latihannya bersama tim sebelum laga itu.
Menurut Cole, kicauan Oezil itu membuktikan ia sungguh diasingkan oleh manajer Arsenal, Unai Emery. Bukanlah rahasia jika Emery tidak menyukai mantan pemain timnas Jerman itu karena sejumlah alasan, salah satunya etos kerja. Oezil dianggap Emery malas melakukan tugas bertahan. Emery adalah tipe manajer yang menuntut setiap pemain untuk menuruti instruksinya, termasuk menempel pemain lawan saat tim kehilangan bola.
Oezil kini bak teralienasi di timnya sendiri. Ia hanya tampil di 14 laga Liga Inggris sejauh ini, dan kerap ditarik keluar di babak kedua. Padahal, menurut Cole, Oezil adalah salah satu “mahkota” di Arsenal. Bukan tanpa alasan ia digaji paling malah di Arsenal. Operan dan asis-asisnya adalah senjata mematikannya yang sangat diharapkan The Gunners. Ia dikenal sebagai raja asis di Liga Inggris.
Tanpa asis-asisnya, para penyerang Arsenal seperti Aubamayang dan Alexandre Lacazette bak macan tanpa taringnya di Borisov. Meskipun menguasai jalannya laga, yaitu hingga 71 persen penguasaan bola, The Gunners jarang mengancam. Mereka hanya membuat 71 persen tembakkan tepat ke gawang dan tidak satu pun berbuah gol. Itu membuat Lacazette frustasi dan dikartu-merah pada laga tersebut.
Padahal, Liga Europa sesungguhnya adalah kesukaan Emery. Tiga kali ia menjuarai kompetisi antarklub kasta kedua Eropa itu secara beruntun bersama Sevilla pada 2014 hingga 2016. Ia orang yang pertama melakukannya. Meskipun sukses bersama Sevilla, Emery diragukan mampu mengulanginya di tim-tim besar seperti Arsenal.
Emery dinilai tidak pandai mengelola para pemain bintang. Itu dialaminya saat masih melatih Paris Saint-Germain. Ia berkonflik dengan Neymar, bintang klub itu yang sempat disebutnya sebagai “pelatih sesungguhnya” di PSG. Hal serupa kini dialaminya dengan Oezil di Arsenal. Emery, yang sempat dipuji beberapa bulan lalu, kini mulai disoraki para fans Arsenal hampir di setiap laga seiring lunturnya kharismanya.