Pekan Pertama Pelatnas, Atlet Fokus Pada Penguatan Jari
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS - Perbaikan teknik dasar menjadi fokus tim nasional panjat tebing Indonesia dalam pekan pertama pemusatan latihan nasional, di Yogyakarta, untuk menghadapi kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020. Penguatan jari dilatih setiap hari karena masih menjadi titik lemah sejumlah atlet yang dikenal unggul dari sisi kecepatan itu.
“Kami masih mengejar penguatan jari. Karena, jalur-jalur di kejuaraan internasional itu memang (pon tumpuannya) kecil-kecil dan jangkauannya jauh. Memang kami akan mengejar itu dulu,” kata pelatih nomor kombinasi Judistiro, di Stadion Mandala Krida, Yogyakarta, Jumat (15/2/2019).
Judistiro menyampaikan, pelatnas bakal berlangsung kurang lebih selama satu bulan, di Yogyakarta. Mereka telah memulai latihan sejak Senin (11/2). Semua atlet yang dipanggil untuk melakoni pelatnas juga sudah semuanya hadir dan mengikuti latihan.
Ada sepuluh nama atlet yang dipanggil untuk menjalani pelatnas sesuai surat keputusan yang ditetapkan Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI), pada 1 Februari 2019, terdiri atas 5 atlet putra dan 5 atlet putri.
Atlet putra yang dipanggil yaitu Temi Teli Lasa (Bali), Aspar Jaelolo (Jakarta), Fatchur Roji (Jawa Timur), Alfian M Fajri (Jawa Tengah), dan Rivaldi Ode Wijaya (Bali). Untuk atlet putri terdiri dari Nurul Iqamah (Nusa Tenggara Barat), Aries Susanti Rahayu dan Agustina Sari (Jawa Tengah), Salsabilah (Jawa Barat), dan Chairul Ummi (Jawa Timur).
“Di Olimpiade Tokyo 2020, atlet harus bisa berlomba di semua nomor. Mulai dari lead, speed, dan boulder. Kami memang unggul pada nomor speed. Peluang kita besar. Jadi kekurangan untuk nomor boulder dan lead ini harus dikejar dengan penguatan teknik dasar,” kata Judistiro.
Keunggulan Indonesia pada nomor speed dibuktikan dengan diraihnya sejumlah medali dalam kejuaraan tingkat Asia dan seri Piala Dunia. Aries Susanti Rahayu meraih medali emas sewaktu Asian Games 2018, pada nomor speed putri. Aspar Jaelolo meraih medali perunggu dalam kejuaraan yang sama untuk nomor speed putra.
Pada Kejuaraan Asia 2018, di Jepang, November lalu, Agustina Sari meraih medali emas, sedangkan Aries Susanti Rahayu meraih medali perunggu, pada nomor speed kelompok putri. Pada nomor speed untuk kelompok putra, Alfian M Fajri meraih medali emas dan Aspar Jaelolo memperoleh medali perunggu.
Aspar menyampaikan, dirinya sebagai atlet yang unggul dalam nomor speed, kekuatan jarinya dalam mencengkeram pijakan-pijakan yang ukurannya kecil perlu ditingkatkan lagi agar bisa berlomba pada nomor boulder dan lead. Terlebih lagi, ia sempat beristirahat dari latihan rutin dalam waktu sekitar 5 bulan, setelah ajang Asian Games 2018.
“Kesulitannya ini di kekuatan jari. Butuh penguatan lebih. Saya juga sempat rest agak lama, tetapi masih mengikuti kejuaraan. Di boulder dan lead, saya masih lebih butuh adaptasi, karena daya tahan untuk menjepit masih kurang bagus,” kata Aspar.
Sewaktu latihan, Aspar terlihat baru berhasil memanjat sekitar 80-85 persen lintasan yang tingginya sekitar 18-20 meter. Ia tampak kehabisan tenaga untuk mencengkeram batu pijakan setiap kali mencapai titik yang tinggi.
Hal serupa dirasakan oleh Aries Susanti. Ia masih harus banyak belajar teknik memanjat untuk nomor lead dan boulder. Sebab, sejak awal ia mengenal dunia panjat tebing, ia langsung mendalami nomor speed.
“Saya kenal dunia panjat (tebing) langsung pada nomor speed. Teknik, power, dan kekuatan jari-jari ini masih harus terus dilatih lagi,” kata Aries.
Aries memang terlihat cukup cepat ketika sedang memanjat. Tetapi, ketika mencapai ketinggian sekitar 10-15 meter, ia selalu berhenti agak lama agar bisa memanjat lebih tinggi lagi. Beberapa kali, ia juga terpeleset sewaktu hampir mencapai puncak lintasan.