TARAKAN, KOMPAS - Pemerintah memperluas pelaksanaan kebijakan bahan bakar minyak atau BBM satu harga. Harapannya, masyarakat di daerah yang sulit dijangkau bisa mendapatkan BBM lebih mudah. Program ini sekaligus bertujuan mewujudkan pembangunan ekonomi yang adil.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Ignasius Jonan, saat meresmikan jaringan gas bumi rumah tangga Kota Tarakan dan BBM satu harga Kabupaten Malinau di Tarakan, Kalimantan Utara, Jumat (15/2/2019) menyatakan, tujuan BBM satu harga adalah mewujudkan sila kelima Pancasila. Dengan membangun stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) BBM satu harga di daerah-daerah, masyarakat diharapkan lebih mudah mendapatkan BBM.
Kini ada 133 titik distribusi BBM satu harga di seluruh Indonesia. Sampai tahun 2019, pemerintah menargetkan pembangunan 170 titik distribusi. Jonan mendorong Pertamina bersama pelaku usaha swasta membangun SPBU di daerah-daerah.
Biaya tambahan dari program BBM satu harga tidak membebani Pertamina.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati yang hadir di acara itu menambahkan, dampak kebijakan BBM satu harga sangat besar untuk menggerakkan ekonomi masyarakat, terutama di daerah terpencil.
Biaya tambahan dari program BBM satu harga, kata Nicke, tidak terlalu membebani Pertamina karena volume sangat kecil. Sebagai gambaran, penjualan BBM program satu harga tahun 2017 hanya 0,05 persen dari total penjualan BBM subsidi (PSO). Ongkos penjualan BBM satu harga tahun 2017 sekitar Rp 832 miliar, sementara laba bersih Pertamina tahun itu Rp 32 triliun.
Diapresiasi
SPBU BBM satu harga yang diresmikan terletak di Desa Long Ampung, Kecamatan Kayan Selatan, Kabupaten Malinau, Kaltara. SPBU itu merupakan SPBU BBM satu harga ketujuh di Kaltara. Titik SPBU BBM satu harga yang sudah terealisasi di Kaltara berada di Kabupaten Nunukan, Bulungan, dan Malinau.
Sebelum ada SPBU BBM satu harga di Desa Long Ampung, masyarakat membeli premium dan solar dengan harga Rp 35.000 per liter. Bahkan, pada musim hujan, harga premium dan solar bisa mencapai Rp70.000 sampai Rp 100.000 per liter.
BBM di Desa Long Ampung itu dipasok dari Melak, Kalimantan Timur. SPBU tersebut menyediakan produk premium dengan alokasi sebanyak 50.000 liter dan solar 36.000 liter.
Distribusi BBM satu harga ke Desa Long Ampung membutuhkan waktu tiga hari dua malam dari terminal BBM di Samarinda. Dari terminal BBM di Samarinda, BBM diangkut ke Pelabuhan Melak dengan waktu tempuh 8 jam.
Dari pelabuhan Melak, BBM dipindah ke landing craft tank dan dibawa ke Desa Long Bagun dengan waktu tempuh kurang lebih 4 jam. Dari Desa Long Bagun, BBM dibawa dengan mobil double gardan ke Desa Long Ampung dengan waktu tempuh 14 jam. Satu unit mobil membawa 1.000 liter BBM atau sebanyak 5 drum.
Gubernur Propinsi Kalimantan Utara Irianto Lambrie mengapresasi program BBM satu harga di daerah perbatasan, seperti di Desa Long Ampung. "Sejak merdeka, belum ada SPBU di perbatasan. Baru sekarang ada," katanya.