Tol Probolinggo-Banyuwangi Bakal Dilengkapi Terowongan Bawah Tanah
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·2 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS – Ruas terakhir Jalan Tol Trans-Jawa, Probolinggo-Banyuwangi dipastikan tetap dibuat melintasi Situbondo. Namun, karena bakal melintasi area latihan TNI di Karang Tekok, ruas ini akan dilengkapi terowongan bawah tanah.
Pembangunan jalan Tol Trans-Jawa dari Merak, Banten, sampai Banyuwangi, Jawa Timur, hampir rampung. Tinggal ruas Probolinggo-Banyuwangi sepanjang 172,91 kilometer yang masih belum selesai. Berdasarkan data Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), ruas tol itu akan menjadi ruas terpanjang di Indonesia yang terdiri atas enam seksi dimulai dari Kraksaan dan berakhir di Ketapang.
Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno disela kunjungannya ke Pabrik Coklat Doesoen Kakao milik PT Perkebunan Nusantara XII di Banyuwangi, Sabtu (16/2/2015) mengatakan, Tol Probolinggo-Banyuwangi akan melintasi Situbondo dan bukan melewati Jember. Alasannya, jalur Situbondo lebih pendek ketimbang alternatif jalan lainnya.
“Tol Probolinggo-Banyuwangi akan melintasi Situbondo, dengan menggunakan tunnel (terowongan bawah tanah) karena melewati lahan latihan perang. Demi keamanan memang harus menggunakan tunnel itu,” tutur Rini.
Berdasarkan pemberitaan Harian Kompas Rabu (13/2), Tol Probolinggo-Banyuwangi memerlukan biaya investasi sekitar Rp 23,39 triliun. PT Jasamarga Probolinggo-Banyuwangi telah mendapat kredit sindikasi dana talangan tanah Rp 2,52 triliun. Dana tersebut untuk pembebasan lahan jalan tol di wilayah Probolinggo dan sebagian Situbondo. Ditargetkan dimulai tahun ini, pembangunannya direncanakan rampung tahun 2021.
Jalan Lintas Selatan
Selain Tol Trans-Jawa, pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS) juga hampir rampung. Kini, tinggal menyisakan pekerjaan konstruksi sepanjang 12 Km. Bila jalan itu rampung, maka akses Jember dan Banyuwangi bisa langsung tersambung.
Selama ini, kedua kabupaten dipisahkan Pegunungan Gumitir. Saat melintasi kawasan itu, kondisi kendaraan dituntut prima. Pengemudinya pun harus fit. Alasannya, jalanan di sana cenderung sempit dan penuh berkelok. Jalan menanjak dan menurun juga banyak tersebar di jalur ini.
Bila terjadi kecelakaan atau truk patah as, pengguna jalan harus berjalan bergantian karena diberlakukan buka tutup jalur. Kawasan ini juga rawan longsor. Tak jarang timbunan tanah menutup seluruh badan jalan.
“Kami fokus di JLS. Kalau harus menunggu jalan tol, butuh waktu 2 tahun untuk merampungkan pembangunannya. JLS yang tinggal menyisakan 12 Km itu perlu didulukan agar cepat selesai,” tutur Rini. JLS di Jatim dirancang membentang sepanjang 677,49 Km. Proyek ini dimulai sejak tahun 2002.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas sangat berharap JLS segera dirampungkan. Tujuannya, agar konektivitas Jember dan Banyuwangi semakin lancar. Bila hal itu terjadi, geliat ekonomi di dua kabupaten di ujung Pulau Jawa itu pasti semakin tumbuh,” ujarnya.