Kasus ledakan gas yang kerap terjadi di rumah tangga menimbulkan kekhawatiran cukup besar bagi warga ibu kota. Warga pun memiliki kiat tersendiri untuk mencegah kebocoran gas tersebut.
Oleh
Albertus Krisna
·3 menit baca
Kasus ledakan gas yang kerap terjadi di rumah tangga menimbulkan kekhawatiran cukup besar bagi warga ibu kota. Warga pun memiliki kiat tersendiri untuk mencegah kebocoran gas tersebut.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta mencatat, telah terjadi 692 kebakaran atau rata-rata terjadi dua kasus per hari pada tahun lalu. Penyebab terbesar kedua kebakaran adalah ledakan gas, dengan persentase 15,4 persen.
Meskipun jumlah kasus kebakaran akibat ledakan gas ini tidak sebesar kebakaran karena hubungan pendek arus listrik, tetapi kebakaran tetap saja menimbulkan kerugian besar. bahkan nyawa sering jadi taruhan.
Banyaknya kasus ledakan gas menimbulkan kekhawatiran sebagian besar warga, seperti terungkap dalam hasil jajak pendapat Kompas akhir Januari. Tujuh dari 10 responden khawatir dengan kebocoran tabung gas di sekitar mereka.
Kekhawatiran warga yang tinggal di pemukiman sempit dengan akses jalan sempit bahkan lebih besar (75,3 persen responden). Sebagai contoh, pada akhir Desember 2018, kebakaran melanda perkampungan padat di Cilincing, Jakarta Utara. Kebakaran yang merenggut tiga nyawa itu, diduga karena ledakan tiga gas di rumah toko kampung nelayan itu.
Antisipasi kebocoran
Besarnya kekhawatiran warga di permukiman padat bukan tanpa alasan. Massa elpiji yang lebih berat dari udara, menyebabkan gas yang bocor mengumpul ke bawah. Sementara, permukiman padat menyebabkan sirkulasi udara lebih minim sehingga kebocoran gas yang terkumpul lebih sulit terurai.
Potensi kebocoran gas juga lebih besar memicu kebakaran di permukiman padat jika di sekitarnya ada material yang mudah terbakar. Akses jalan sempit di permukiman padat hanya dapat dilalui sepeda motor sehingga menyulitkan proses pemadaman saat kebakaran.
Empat dari 10 responden pun mengaku pernah mengetahui kebocoran tabung gas di sekitar tempat tinggal mereka.
Pengalaman ini membuat keluarga berupaya untuk mencegah kebocoran elpiji. Separuh lebih responden (57,3 persen) memilih kompor, selang, dan regulator berlabel Standar Nasional Indonesia (SNI).
Adapun seperempat responden lain terbiasa mencabut selang atau regulator setiap kali kompor tidak digunakan. Sementara, 10 persen responden menyiapkan banyak katup karet tabung gas. Sisanya memilih mengganti tabung gas menjadi tabung Elpiji 12 kg atau Blue Gas, memasukkan tabung ke dalam air, dan meletakkan tabung di luar rumah.
Upaya antisipasi juga telah dilakukan pemerintah. Tahun 2015, menteri perindustrian mengeluarkan peraturan tentang SNI kompor gas tekanan rendah jenis dua dan tiga tungku dengan sistem pemantik.
Selain itu, pemerintah melalui peraturan menteri perindustrian juga menerapkan aturan SNI selang kompor elpiji secara wajib. Salah satu tujuan kedua peraturan itu tidak lepas dari peningkatan keamanan dan keselamatan pengguna.
Gas alam
Selain pengamanan peralatan tabung gas, penggunaan gas alam juga menjadi alternatif bahan bakar rumah tangga yang lebih aman. Massa gas alam yang lebih ringan dari udara membuat gas alam langsung terbang ke atas ketika terjadi kebocoran.
Selain itu, menurut perhitungan Kementerian ESDM, jika warga beralih dari minyak tanah ke gas alam, maka biaya bisa dihemat 10 persen per satuan Million British Thermal Unit (MMBTU). Sedangkan jika beralih dari LPG ke gas alam akan menghemat lagi hingga 30 persen.
Hingga awal 2018, PT. Perusahaan Gas Negara Tbk telah mengupayakan pengelolaan jaringan infrastruktur pipa gas sepanjang 7.453 km.
Gas bumi itu disalurkan kepada 203.314 pelanggan, diantaranya kelompok rumah tangga di beberapa provinsi termasuk DKI Jakarta. Sejauh ini, sejumlah rumah susun seperti Rusun Klender, Rusun Marunda, dan Rusun Tipar Cakung telah terpasang gas alam.
Kebijakan konversi bahan bakar memasak ke elpiji ini memang menguntungkan secara ekonomi bagi masyarakat. Namun, penggunaan gas dalam tabung terkadang tidak sesuai prosedur dan lebih rentan bahaya ledakan atau kebakaran. Masyarakat masih menanti jaringan gas alam sebagai bahan bakar memasak alternatif yang lebih murah dan aman. (LITBANG KOMPAS)