Ibu-Anak Korban Pembunuhan Suami Dimakamkan Sore Ini
Oleh
DEFRI WERDIONO
·2 menit baca
BLITAR, KOMPAS-Keluarga dan warga Dusun Sumbermanggis, Desa Sumberurip, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, masih menunggu kedatangan jenazah Sri Dewi (33) dan anakknya, Vika Nadhira (7 bulan), untuk dimakamkan di pemakaman dusun setempat, Minggu (17/2/2019) sore.
Kedua jenazah masih menjalani autopsi di RS Ngudi Waluyo Wlingi, Kabupaten Blitar. Otopsi dilakukan oleh tim Dokter Forensik RS Bhayangkara Kediri.
Ibu dan anak yang masih balita itu tewas ditangan Nardian (38) suami Sri Dewi yang juga ayah si bocah, Sabtu malam. Pelaku saat ini telah ditahan di Kepolisian Resor (Polres) Blitar. Menurut informasi jenazah korban baru akan tiba di rumah korban sekitar pukul 14.00.
Dugaan sementara pelaku menghabisi istri dan anaknya karena depresi. "Sebelum pembunuhan terjadi, kabarnya keluarga ini terlibat cek-cok namun apa penyebabnya saya tidak tahu," ujar Gaguk (45) salah satu warga.
Menurut warga, korban dan pelaku tinggal satu rumah dengan mertuanya, Supriadi. Saat peristiwa terjadi, tidak hanya mertua yang ada di rumah itu tetapi juga orangtua pelaku. Namun kedua belah pihak tidak menyangka jika pelaku akan berbuat nekad.
Kasubag Humas Polres Blitar Iptu Muhammad Burhanudin mengungkapkan, usai menjalankan ibadah salat Isya sekitar pukul 19.30, Sabtu malam, Nardian menuju dapur dan duduk terdiam beberapa saat. Sementara istrinya Sri Dewi, Vena (7) anak pertama pelaku dan korban, serta Suparmi (ibu kandung pelaku) masih Salat Isya berjamaah.
"Usai salat, pelaku sempat berbincang di ruang tamu dengan Suparmi. Sedangkan Sri Dewi, Supardi, dan Sugeng (saudaranya) tengah bersiap makan malam. Sejurus kemudian, pelaku menuju gudang di samping rumah," ujar Burhanudin.
Usai dari gudang, pelaku kemudian masuk ke dapur diikuti Sri Dewi yang saat itu menggendong anak keduanya. Di dapur itulah, Nardian mengambil pisau yang kemudian diarahkan ke tubuh istrinya.
Karena merasa terancam, Sri Dewi kemudian berusaha lari sambil berteriak minta tolong. Supardi dan Sugeng yang mengetahui kondisi ini berusaha mencegah namun tidak berhasil.
Pelaku sehari-hari dikenal cukup ramah dan mudah bergaul dengan warga di lingkungannya. Namun akhir-akhir ini Nardian agak jarang keluar.
Sehari-hari ia bekerja sebagai pedagang cengkeh. "Ia membeli cengkeh dari warga lalu dijual lagi. Dari sisi ekonomi, keluarga ini termasuk golongan ekonomi cukup untuk wilayah sini," ujar Gaguk.