PADANG, KOMPAS – Yayasan Komunitas Cahaya bersama Rumah Sakit Umum Pusat M Djamil Padang, Sumatera Barat, Minggu (17/2/2019) sore menggelar peringatan Hari Kanker Anak Internasional. Momen tersebut diharapkan meningkatkan kepedulian semua pihak, terutama deteksi dini terhadap kanker pada anak.
Peringatan dipusatkan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M Djamil Padang. Hadir dalam acara tersebut Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) Irwan Prayitno, Direktur RSUP M Djamil Yusirwan Yusuf, Ketua Yayasan Komunitas Cahaya Dedi Kurnia Putra, dokter, serta anak penderita kanker beserta orang tua masing-masing.
“Melalui acara hari ini, saya berharap bisa meningkatkan kepedulian semua pihak. Tidak hanya dokter dan orang tua, tetapi juga pemerintah pada semua tingkat. Selain itu, dukungan bagi anak dan orang tuanya juga harus sama-sama kita berikan,” kata Irwan.
Menurut Irwan, selain dukungan medis, dukungan secara sosial juga dibutuhkan seabgai motivasi bagi keluarga terutama anak penderita kanker untuk bisa menjalani kehidupan, pengobatan, hingga bisa meraih kesembuhan.
“Untuk penyakitnya, sudah (ditanggung pemerintah) melalui Badan Penyelenggaran Jaminanan Sosial Kesehatan. Tinggal bagaimana membantu orang tuanya yang sebagian besar dari keluarga miskin. Terutama untuk ongkos bolak balik, apalagi mereka tidak bisa bekerja,” kata Irwan.
Dedi menambahkan, ia memperkirakan jumlah anak penderita kanker di Sumbar cukup banyak yakni diperkirakan sekitar 100 orang. Tetapi, belum semua bisa didampingi oleh Yayasan Komunitas Cahaya.
“Saat ini, kami mendampingi sekitar 37 anak di Sumbar. Sebagian besar penderita leukimia. Mereka banyak yang berasal dari daerah seperti Pasaman Barat, Agam, dan Kabupaten Limapuluh Kota. Rata-rata, anak-anak penderita kanker ini berasal dari keluarga tidak mampu. Yayasan kami sekarang fokus pada bagaimana membantu biaya yang dikeluarkan orang tua saat mendampingi anaknya,” kata Dedi.
Menurut Dedi, selain persoalan latar belakang keluarga tidak mampu, keterbatasan pengetahuan tentang kanker juga membuat deteksi dini penyakit tersebut tidak segera dilakukan.
“Kesadaran orang tua untuk memeriksa anaknya lebih cepat masih rendah. Misalnya, ketika mengetahui anaknya demam atau memperlihatkan gejala kanker seperti leukimia, mereka tidak memeriksakan langsung. Karena ketidaktahuan, menganggap anaknya demam saja,” kata Dedi.
Dokter anak di RSUP M Djamil dr Firman Arbi dan dr Amirah Zatil Izzah, membenarkan bahwa deteksi dini masih menjadi persoalan. Menurut, orang tua membawa anak ketika sudah stadium lanjut. Terutama untuk kanker jaringan padat.
“Padahal, kami berharap mereka datang lebih awal. Terutama ketika anak-anak mereka masih dalam kondisi normal. Tujuannya agar ketika kami memberikan kemotrapi, dia kuat karena terus terang ketika prosedur itu dilakukan, anak akan drop,” kata Firman.
Amirah menambahkan, jika datang dalam kondisi infeksi dan pendarahan, maka kemotrapi tidak bisa segera dilakukan. “Kemotrapi bisa mundur dan penderita makin berat (proses penyembuhannya),” kata Amirah.
Dedi menambahkan, mereka akan terus mengkampanyekan pentingnya deteksi dini kanker pada anak. Pada 24 Februari mendatang, mereka akan menggelar kegiatan kampanye di kawasan Gedung Olahraga H Agus Salim Padang. “Akan ada panggung dan kampanye langsung dari dokter spesialis. Masyarakat akan diajak untuk melakukan deteksi dini kanker sehingga tidak terlambat di bawa ke rumah sakit,” kata Dedi.
Nurhaeda (48), warga asal Bukittinggi juga termasuk orang tua yang menganjurkan deteksi dini. Anak Nurhaeda yakni Abdul Hamid Muhaqqiq (14), divonis leukimia pada Oktober 2015 lalu. “Awalnya hepatitis. Sementara ciri-ciri leukimia tidak nampak. Tetapi oleh dokter dianjurkan cek laboratorium. Dari sana, ditemukan ada sel kanker. Sekarang, anak saya masih menjalani kemotrapi,” kata Nurhaeda.
Pemicu
Firman menambahkan, kanker terdiri dari dua jenis yakni kanker darah (leukimia) dan kanker jaringan padat yang lebih dikenal dengan tumor antara lain seperti tumor otak, kelenjar getah bening, dan tumor hati.
Menurut Firman, penyebab pasti kanker tidak diketahui. Hanya saja, menurut dia ada beberapa hal yang mencetus kanker seperti zat-zat kimia, limbah pabrik, makanan yang tidak sehat, pengawet, termasuk infeksi virus.
Oleh karena itu, menurut Firman, pencetus kanker sebaiknya dihindari. “Tetapi sekali lagi, yang terpenting adalah mengetahui kondisi anak sejak dini. Kalau sudah diketahui, bisa dirawat dengan standar operasional prosedur yang berlaku. Kemungkinan untuk sembuh lebih besar dibanding dia datang dengan kondisi kanker dengan stadium lanjut,” kata Firman.