Tertundanya Masa Depan Cerah Barcelona
Barcelona memutuskan untuk memperpanjang kontrak pelatih saat ini, Ernesto Valverde. Perpanjangan kontrak itu tampaknya menunda masa depan cerah Barcelona. Mengapa begitu? Bukannya pelatih asal Spanyol itu telah memberikan tiga trofi pada musim lalu?
Tim asal Catalonia itu resmi memperpanjang kontrak Valverde yang seharusnya berakhir pada akhir musim ini. Kontrak Valverde bertambah satu musim sehingga baru akan berakhir pada akhir musim 2019/2020. Dalam klausul terdapat opsi penambahan satu musim jelang kontrak berakhir.
Sebagai pelatih debutan pada musim lalu, prestasi Valverde cukup menjanjikan. Dia meraih trofi La Liga dan Copa Del Rey serta satu trofi minor Piala Super Spanyol dalam musim pertamanya. Musim ini juga berjalan cukup baik. Lionel Messi dan rekan-rekan masih memuncaki klasemen La Liga, berada di semifinal Copa Del Rey, dan babak 16 besar Liga Champions.
Rekor kemenangannya selama melatih Barcelona mencapai 67 persen. Total menang 65 menang, 22 imbang, dan 9 kalah dari 96 laga dengan mencetak 233 gol dan kemasukan 78 gol.
”Kita tahu sepak bola seperti apa, bahwa hasil yang menentukan. Yang terpenting adalah terus menang dan meraih piala. Hanya itu cara saya bisa melanjutkan kontrak lagi dengan Barcelona,” kata Valverde kepada Bleacher Report.
Namun, kemenangan bukanlah segalanya di tim raksasa seperti Barcelona.
Dengan sejarah panjang filosofi bermain total football ala Johan Cruyff ataupun tiki-taka ala Josep Guardiola, filosofi menjadi salah satu kebutuhan utama rival Real Madrid ini.
Hal tersebut yang hingga kini belum terlihat dari Valverde. Filosofi bermainnya hanya mengutamakan keseimbangan menyerang dan bertahan. Setelah bermain aman dengan kualitas pemain penuh bintang, dia menyerahkan semua beban meraih kemenangan kepada Messi.
Kebutuhan Barcelona terhadap Messi sangat akut sejak kedatangan Valverde. Terutama musim ini, mereka seperti tidak mampu memenangi pertandingan tanpa kehadiran ”La Pulga”.
Baca juga: Memikat Perhatian Pemandu Bakat Klub Profesional
Contohnya, dalam satu bulan terakhir, saat Messi dicadangkan, Barcelona kalah dua kali, dari Sevilla dan Levante, di laga pertama Copa Del Rey serta satu kali imbang menghadapi El Real.
Messi kembali menjadi penentu saat menang tipis 1-0 melawan Real Valadollid, Minggu (17/2/2019) dini hari WIB, di Stadion Camp Nou. Penalti dari peraih lima gelar Ballon D’or itu memastikan kemenangan ”La Blaugrana”.
Di bawah Valverde, Messi menjadi pencetak gol dan asis terbanyak (74 gol, 32 asis). Sementara itu, pemain lain jauh tertinggal dari Messi, di antaranya Luis Suarez (47 gol, 25 asis) dan Philippe Coutinho (18 gol).
Ciri khas penguasaan bola Barcelona pun semakin memudar. Musim ini, mereka rata-rata hanya menguasai 61,9 persen. Saat laga dini hari tadi, mereka hanya unggul 60 persen penguasaan bola dari Valladolid, peringkat ke-15 La Liga.
Sementara saat dilatih Luis Enrique dan Pep, mereka bisa menguasai pertandingan hingga 70 persen ketika menghadapi tim menengah ke bawah.
Bahkan, pada Desember 2018, saat Messi dicadangkan, Barcelona untuk pertama kali dalam 12 tahun terakhir kalah penguasaan bola di Liga Champions. Mereka hanya menghasilkan 48 persen penguasaan di kandang saat melawan Tottenham Hotspurs.
Masa depan cerah
Kondisi-kondisi tersebut memperlihatkan, Barcelona terlihat kurang baik di tangan Valverde. Di sisi lain, calon pengganti Valverde sebenarnya sudah disiapkan. Dia adalah Pelatih Real Betis Quique Setien.
Baca juga: Keindahan ”Nomor 10” yang Mulai Dilupakan
Masa depan cerah diyakini menanti Barcelona bersama Setien. Dia adalah pengagum sepak bola menyerang ala Cruyff. Pelatih asal Spanyol itu telah menerapkannya di Betis sejak bergabung pada musim 2017.
”Ketika tim saya bermain, saya ingin selalu mendapatkan bola, mengoper, dan mendapatkannya lagi. Itu yang selalu ditanamkan kepada pemain saat mereka berpikir ingin mengumpan lambung,” kata mantan pelatih klub divisi dua Liga Spanyol, UD Las Palmas, kepada ESPN.com.
Barcelona musim ini menjadi korban dari gaya menyerang Betis. Di Camp Nou, November 2018, tim tuan rumah ditumbangkan 3-4 oleh Betis. Bagi tim lain, menyerang di kandang Barcelona adalah sebuah bunuh diri. Namun, keberanian Setien berbuah manis.
Menurut Setien, hobinya adalah menonton sepak bola. Karena itu, dia membenci permainan bertahan.
”Saya adalah seorang penonton. Dan, saya tidak membeli tiket untuk menonton tim saya bertahan dan mengandalkan serangan balik untuk mendapatkan hasil 0-0,” ucapnya.
”Jika kami bermain buruk dan kalah, kamu tidak meninggalkan apa pun. Tetapi, jika kamu kalah dan bermain baik, kami memiliki harapan. Harapan untuk membangun sesuatu dari penampilan tersebut,” lanjutnya.
Sejak kedatangannya, Setien mengubah Betis menjadi tim papan tengah. Musim lalu, mereka finis di peringkat ke-6, masuk ke zona Liga Eropa. Sebelumnya, pada musim 2016/2017, Betis finis di peringkat ke-15.
Musim ini, dengan pemain gaek seperti Joaquin Sanchez dan Andres Guardado, Betis pun terbilang sukses hingga tengah musim. Mereka berada di peringkat ke-8 La Liga serta masih menjalani semifinal Copa Del Rey dan babak 32 besar Liga Eropa.
Baca juga: Perebutan Tiket Liga Champions Menjadi Fokus
Mungkin Setien belum berjodoh dengan Barcelona. Mungkin dia ditakdirkan sebagai pelatih selanjutnya setelah Valverde. Mungkin juga Barcelona akan gigit jari karena Setien direbut klub lain. Semua masih sebatas kemungkinan. Yang pasti dan sudah terjadi, Barcelona menunda masa depan cerah.