Debat Kedua Lebih Berkualitas
Debat kedua pemilihan presiden pada Pemilu 2019 lebih baik daripada debat perdana. Dua calon presiden sudah menyentuh isu yang dianggap publik penting kendati paparan program masih belum detail.
JAKARTA, KOMPAS Debat kedua pemilihan presiden, Minggu (17/2/2019), sudah lebih berkualitas dibandingkan dengan debat perdana. Para calon presiden menyentuh isu-isu yang dianggap penting oleh masyarakat kendati belum optimal mengeksplorasi gagasan dan menawarkan inovasi untuk menjawab persoalan tersebut.
Debat calon presiden antara capres Joko Widodo dan Prabowo Subianto, kemarin, mengangkat tema energi, pangan, infrastruktur, sumber daya alam, dan lingkungan hidup.
Saat debat, kedua capres sempat saling melontarkan apresiasi. Mereka juga banyak menyentuh isu yang ingin diketahui publik. Dalam jajak pendapat Litbang Kompas, 13-14 Februari 2019, yang melibatkan 620 responden di 17 kota besar di Indonesia, 51,8 persen responden menantikan elaborasi di bidang pangan, khususnya terkait keterjangkauan harga dan ketersediaan pangan.
Isu lain yang paling ditunggu berturut-turut ialah infrastruktur, sumber daya alam, lingkungan, dan energi.
Di sela-sela debat sempat terdengar ledakan di area Parkir Timur Senayan, Jakarta. Sekitar 100 meter dari lokasi ledakan adalah tempat pendukung kedua capres menonton debat melalui layar lebar.
Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Gatot Eddy Pramono mengatakan, ledakan itu dari petasan, bukan bom. Tak ada korban dalam kejadian tersebut. Ledakan itu juga tidak mengganggu jalannya debat.
Lebih cair
Terkait sektor pangan, dalam debat, Jokowi dan Prabowo sama-sama menyoroti isu ketahanan pangan. Keduanya sempat memperdebatkan dampak dari Revolusi Industri 4.0 terhadap pelaku di sektor pertanian, perikanan, serta peternakan yang umumnya berbasis tradisional dan berskala kecil.
Jokowi mendorong pentingnya pembangunan sumber daya manusia untuk mempersiapkan para pelaku menyambut revolusi industri.
Sementara Prabowo mengatakan, tantangan revolusi industri sulit dicapai jika pemerintah belum bisa menjamin kesejahteraan petani dan menjamin harga pangan terjangkau.
Di bidang infrastruktur, Jokowi menyampaikan capaian pemerintah, seperti pembangunan tol dan jalan di perdesaan untuk mendorong konektivitas antardaerah.
Sementara itu, Prabowo mengkritik proyek infrastruktur yang disebutnya tidak efisien, tanpa kajian yang tepat, serta tidak memperhatikan aspek kepentingan rakyat.
Dibandingkan dengan debat pertama, debat kali ini lebih cair dan spontan. Mekanisme debat yang lebih fleksibel dan tanpa kisi-kisi pertanyaan membuat capres spontan beradu argumentasi. Keduanya tampak lebih siap.
”Dihapusnya pembagian kisi-kisi dan sesi tanya-jawab yang lebih leluasa memang terlihat memengaruhi perubahan strategi dan gaya komunikasi kandidat,” kata peneliti Centre for Strategic and International Studies, Arya Fernandes.
Wakil Presiden Jusuf Kalla, seusai menonton debat di kediamannya, juga menuturkan debat kali ini lebih terbuka dan santai.
Belum mendetail
Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Lampung Bustanul Arifin menilai, hal-hal yang disampaikan kedua calon presiden di bidang pangan masih umum. Ia mencontohkan, Jokowi, antara lain, menyampaikan prestasinya dalam meningkatkan produksi jagung. Namun, Jokowi tak menyinggung produksi beras.
Sementara Prabowo menyampaikan visi untuk swasembada pangan dan menyediakan pupuk bagi petani. Namun, belum jelas dengan apa penyediaan pupuk bagi petani akan dilakukan.
Di sektor infrastruktur, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance Enny Sri Hartati menuturkan, salah satu yang menarik ialah perdebatan pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan daya saing dan menurunkan biaya logistik.
”Petahana menjawab butuh waktu dan proses untuk mengubah budaya masyarakat. Padahal, yang ditunggu langkah atau cara bagaimana pembangunan infrastruktur bisa meningkatkan efisiensi dan daya saing,” katanya.
Di sisi lain, menurut Enny, capres Prabowo sempat menyinggung pembangunan infrastruktur yang inklusif. Hal itu dinilai baru, tetapi hal itu tak dijelaskan lebih lanjut.
Direktur Eksekutif Pusat Kajian Politik FISIP Universitas Indonesia Aditya Perdana menilai, kurang optimalnya eksplorasi topik di debat kedua disebabkan topik yang terlalu banyak sehingga beberapa isu yang sebenarnya menarik tidak banyak dielaborasi.
Seusai debat, Ketua Harian Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf, Moeldoko, menuturkan, Jokowi memberi solusi persoalan bangsa di empat bidang yang diangkat di debat. Sementara Direktur Materi dan Debat Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga, Sudirman Said, menyayangkan hadirnya data yang tidak valid dari Jokowi. (AGE/SAN/APO/NAD/ FER/E17/NTA)