Duel Dua Kekuatan Lama
Pertemuan tim putra BNI 46 dan Samator di final Proliga 2019 menjadi puncak rivalitas panjang kedua tim yang tak pernah absen selama 18 musim.
MALANG, KOMPAS - Partai puncak Proliga 2019 di kategori putra akhirnya mempertemukan dua kekuatan lama dalam pergelaran kompetisi bola voli Proliga, yakni Jakarta BNI 46 dan Surabaya Bhayangkara Samator.
Hasil ini diperoleh setelah pada laga terakhir babak empat besar di GOR Ken Arok, Malang, Minggu (17/2/2019), Samator menundukkan Palembang Bank SumselBabel, 3-0 (25-21, 25-20, 25-23).
Samator pun menyusul BNI yang lebih dulu memastikan lolos ke final. Adapun BNI gagal melakukan sapu bersih putaran kedua babak empat besar setelah pada laga terakhir menyerah kepada Jakarta Pertamina Energi, 0-3 (23-25, 20-25, 21-25).
Pertemuan BNI dan Samator di final Proliga 2019 menjadi puncak rivalitas panjang kedua tim. Kedua tim putra ini tidak pernah absen selama 18 musim penyelenggaraan Proliga sejak pertama kali diinisiasi pada 2002. Mereka juga menjadi dua tim yang paling banyak lolos ke final dan paling banyak meraih gelar juara.
Final Proliga 2019 ini menjadi yang ke-12 kalinya untuk Samator, yang telah mengoleksi enam gelar juara. Adapun BNI untuk ke-10 kalinya maju ke partai puncak, dengan lima gelar juara.
Tak heran, keduanya menjadi tim yang paling banyak bertemu di final. Laga yang akan berlangsung di Yogyakarta pada 24 Februari akan menjadi yang keenam kalinya bagi BNI dan Samator bertemu di partai puncak, setelah 2003, 2006, 2007, 2010, dan 2016. Dari lima pertemuan ini, BNI unggul 3-2. Namun, Samator memenangi pertemuan terakhir.
Pelatih BNI Samsul Jais mengatakan, kedua tim telah saling mengenal. Pada empat pertemuan di musim ini, masing-masing dua pertemuan di babak reguler dan dua di babak empat besar, Samator memenangi laga putaran pertama babak reguler, sedangkan BNI unggul di tiga laga tersisa.
”Namun, tidak berarti final akan kami menangkan begitu saja. Mereka punya strategi, kami juga punya strategi. Yang pasti kami akan mempersiapkan diri sebaik mungkin,” ujar Samsul.
Setter BNI, Dio Zulfikri, menambahkan, dia dan rekan-rekannya harus siap karena Samator pasti akan belajar dari tiga kekalahan terakhir.
”Kami harus segera membaca jika mereka melakukan perubahan. Secara kualitas, hampir semua pemain Samator adalah pemain nasional sehingga kualitas mereka juga di atas rata-rata tim lain,” tuturnya.
Sementara itu, Pelatih Samator Ibarsjah Djanu Tjahjono mengatakan, meski kondisi timnya sempat naik turun, mereka berhasil memenuhi target awal untuk kembali ke final.
”Sejak hasil kurang memuaskan di Kediri, saya minta anak-anak menganggap setiap laga pada putaran kedua sebagai final sehingga fokus pada tiap pertandingan,” ujarnya.
Ibarsjah memuji anak asuhnya yang tampil penuh semangat, dengan persentase keberhasilan spike yang mencapai sekitar 60 persen. "Setelah ini kami akan bersiap untuk final melawan BNI. Yang pasti, anak-anak punya mental juara, dan kami telah membuktikannya," ujarnya.
Samator lolos ke final dari posisi terdesak, karena setelah dikalahkan BNI pada laga pertama Malang, mereka wajib memenangi dua laga terakhir melawan Pertamina dan Bank SumselBabel. Adapun Bank SumselBabel datang ke Malang hanya membutuhkan satu kemenangan, namun gagal di tangan Pertamina dan BNI. Karena itu, dua tim finalis Proliga musim lalu itu, harus saling mengalahkan untuk bisa lolos ke final.
Laga pun berlangsung dengan tensi tinggi. Beberapa kali para pemain Bank SumselBabel menggugat keputusan wasit yang dianggap merugikan. Sebaliknya, Samator terlihat penuh semangat dengan dukungan mayoritas dari 4.000 penonton yang memenuhi GOR Ken Arok. Setelah melewati laga yang sengit, Samator yang dimotori dua spiker tim nasional, Rendy Tamamilang dan Rivan Nurmulki, akhirnya memenangi laga dalam tiga set langsung.
Kategori putri
Di bagian putri, dua tim yang telah lolos ke final, Jakarta Pertamina Energi dan Jakarta PGN Popsivo Polwan, sama-sama menurunkan tim kedua saat berhadapan pada laga terakhir yang tidak menentukan. Pertamina yang telah memastikan sebagai juara empat besar, mempertahankan rekor tak terkalahkan dengan mengalahkan Popsivo, 3-1 (16-25, 20-25, 23-25, 11-25).
Kedua pelatih, M Anshori (Pertamina) dan Chamnan Dokmai (Popsivo), membangku cadangkan pemain asing mereka untuk mencoba kekuatan para pemain pengganti. Dokmai bahkan menarik keluar pemain utama pada set terakhir, sehingga timnya tertinggal cukup jauh.
“Kekuatan pemain lapis kedua kami memang kalah dari Pertamina. Kami akan mencari jalan keluar untuk tampil dengan kekuatan penuh pada final nanti,” ujar Dokmai.