Laboratorium Seni Budaya Jadi Panggung Ekspresi Bagi Kaum Muda
Oleh
Aloysius Budi Kurniawan
·4 menit baca
SANGGAU, KOMPAS - Sejak 2014, Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah membangun 60 laboratorium seni budaya di 60 sekolah menengah atas atau kejuruan, termasuk di daerah-daerah perbatasan. Ketersediaan ruang ekspresi yang memenuhi standar dasar pertunjukan sangat dibutuhkan bagi siswa dan komunitas seni.
Pembangunan laboratorium seni budaya yang mulai dilakukan sejak Juni 2014, dari awalnya 21 laboratorium menjadi 60 laboratorium tahun ini. Diharapkan ke depan semua SMA/SMK memiliki laboratorium seni budaya, berdampingan dengan laboratorium bahasa dan ilmu pengetahuan alam yang ada selama ini.
Pembangunan laboratorium seni budaya yang mulai dilakukan sejak Juni 2014, dari awalnya 21 laboratorium menjadi 60 laboratorium tahun ini.
Laboratorium seni budaya diperuntukkan sebagai tempat berekspresi, berkesenian, mengasah bakat serta wawasan di bidang seni budaya. Di sana siswa-siswi bisa berlatih teater, tari, musik, hingga memproduksi film karena gedung ini memang dibangun dengan konsep seperti mini theater.
“Selain dimanfaatkan siswa-siswi sekolah, laboratorium ini juga bisa digunakan oleh komunitas-komunitas seni di sekitar lingkungan sekolah. Dengan standar ruang pertunjukan dan fasilitas panggung yang jelas, mereka bisa berlatih dengan lebih serius sehingga nanti siap untuk tampil di panggung pertunjukan dengan skala yang lebih besar,” kata Direktur Kesenian, Ditjen Kebudayaan Kemdikbud Restu Gunawan saat meresmikan Laboratorium Seni Budaya di SMAN 1 Sekayam, Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Sabtu (16/2/2019).
Memperkuat karakter
Selain di Sekayam yang hanya berjarak beberapa kilometer dari Pos Lintas Batas Entikong dengan Malaysia, Kemdikbud juga membangun laboratorium seni budaya di beberapa daerah perbatasan, seperti Natuna dan Merauke. “Melalui seni budaya, anak-anak bisa belajar memperkuat karakter, kerja sama, dan gotong-royong untuk menampilkan pertunjukan bersama-sama. Dengan berlatih kesenian, mereka bisa melatih olah rasa,” kata Restu.
Agar seluruh peralatan di laboratorium seni budaya bisa dimanfaatkan secara optimal, Kemdikbud akan mengirim juga instruktur untuk melatih pengoperasian peralatan di 60 laboratorium seni budaya yang kini sudah beroperasi. Tahun 2019 ini, akan dibangun lagi 10 laboratorium seni budaya di beberapa provinsi.
Dibangun bersama
Sistem pembangunan laboratorium seni budaya dilakukan dengan berbagi tanggungjawab antara pemerintah pusat dengan pihak sekolah dan masyarakat sekitar. Untuk membangun laboratorium seni budaya, Kemdikbud menyediakan dana sebesar Rp 750 juta per sekolah. Pengadaan tanah diupayakan oleh masing-masing sekolah atau pemerintah daerah setempat.
Untuk membangun laboratorium seni budaya, Kemdikbud menyediakan dana sebesar Rp 750 juta per sekolah.
Ukuran standar laboratorium seni budaya 10 meter x 15 meter dengan daya tampung sekitar 80 orang. Sekolah diperbolehkan membangun laboratorium yang lebih luas dengan catatan bersedia menanggung biaya tambahan pembangunan.
Untuk mendapatkan fasilitas bantuan pembangunan laboratorium seni budaya, setiap sekolah bisa mengajukan proposal ke Direktorat Kesenian Ditjen Kebudayaan Kemdikbud.
Saat ini, pemberian fasilitas laboratorium seni budaya diprioritaskan untuk sekolah-sekolah yang mempunyai potensi lebih dalam kegiatan-kegiatan seni budaya maupun perfilman, tetapi sangat terbatas untuk bisa mengakses sarana-sarana kegiatan seni budaya, dan perfilman.
Tak dipungkiri, selama ini pengadaan laboratorium di sekolah-sekolah lebih banyak untuk bidang-bidang eksakta, seperti laboratorium kimia, fisika, maupun biologi. Keberadaan laboratorium seni budaya justru nyaris terabaikan meski di sekolah-sekolah banyak bermunculan bakat-bakat unggulan di bidang seni budaya.
Salah satu sekolah yang lolos dalam mengajukan proposal pengadaan laboratorium seni budaya adalah SMAN 1 Sekayam, Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Peresmian laboratorium seni budaya sekolah dengan 700-an murid tersebut digelar dengan menyuguhkan atraksi-atraksi seni oleh murid- murid berupa tari-tarian kolaborasi lintas etnis, teater dan pertunjukan musik Sape khas Dayak.
“Kami senang sekali akhirnya bisa memiliki laboratorium seni budaya dengan fasilitas memadai. Keberadaan laboratorium ini memberikan semangat kepada anak-anak untuk berlatih lebih serius dalam berkesenian. Laboratorium ini juga bisa dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan lain di luar SMAN 1 Sekayam,” kata Kepala Sekolah SMAN 1 Sekayam Joko Priyanto.
Laboratorium Seni Budaya SMAN 1 Sekayam dibangun selama empat bulan dengan dana Rp 750 juta dan ditambah dana bantuan dari masyarakat sebesar Rp 100 juta. Di Kalimantan Barat, baru ada dua SMA yang memiliki laboratorium seni budaya seperti yang dimiliki SMAN 1 Sekayam.
Laboratorium Seni Budaya SMAN 1 Sekayam dibangun selama empat bulan dengan dana Rp 750 juta dan ditambah dana bantuan dari masyarakat sebesar Rp 100 juta.
Munculnya dana sharing dari masyarakat sekitar SMAN 1 Sekayam dalam membangun laboratorium seni budaya diharapkan meningkatkan rasa kepemilikan siswa dan masyarakat terhadap fasilitas laboratorium.