Menyiapkan Langkah Mendongkrak Partisipasi Pemilih Luar Negeri
Oleh
Andy Riza Hidayat
·3 menit baca
Komisi Pemilihan Umum menaruh perhatian lebih pada rendahnya angka partisipasi pemilih di luar negeri. Tidak muluk-muluk, angka itu diupayakan mampu mencapai 50 persen. Langkah ini disiapkan karena angka partisipasi pemilih di luar negeri masih sangat rendah.
Pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 tercatat ada 2.038.711 pemilih. Akan tetapi, partisipasi pada pemilihan presiden (pilpres) hanya 34 persen. Partisipasi pada pemilihan legislatif lebih rendah lagi, hanya 22,19 persen. Artinya, sekitar 600.000 pemilih menggunakan hak suaranya untuk pilpres dan 400.000 pemilih untuk pileg.
Pemilih di luar negeri terdiri dari pelajar, pekerja, ataupun rumah tangga yang berstatus warga negara Indonesia (WNI). Mereka berhak mengikuti pilpres dan pileg untuk daerah pemilihan DKI Jakarta 2. Pada pemilu kali ini, jumlahnya mencapai 2.058.191 pemilih yang tersebar di 130 perwakilan.
Ketua KPU Arief Budiman, ditemui dalam distribusi perdana logistik Pemilu 2019 kepada Panitia Pemilihan Luar Negeri, Minggu (17/2/2019) pagi, menyebutkan, pemilu di luar negeri akan disesuaikan dengan waktu pemilih dan lebih awal. Adapun waktunya ditentukan pada 8-14 April. Tahapan penghitungan suara tetap bersamaan dengan di dalam negeri. Disediakan 783 tempat pemungutan suara (TPS), 2.340 kotak suara keliling (KSK), dan 429 pengiriman pos.
Selain itu, setiap perwakilan di luar negeri dapat menerapkan tiga metode pemungutan suara sesuai kebutuhan di tiap-tiap wilayah. Jika pemilih dekat dengan KBRI, digunakan tempat pemungutan suara. Komunitas tertentu akan disambangi kotak suara keliling dan pemilih yang tersebar luas melalui pengiriman pos. Cara itu juga dapat ditentukan pemilih sendiri.
Menyambangi pemilih
Kelompok kerja Panitia Pemilihan Luar Negeri berupaya meningkatkan akurasi data serta menyambangi pemilih untuk mendorong partisipasi WNI dalam pemilu. Ketua Kelompok Kerja Panitia Pemilihan Luar Negeri Wajid Fauzi mengatakan, pihaknya berupaya meningkatkan partisipasi pemilih di luar negeri. Caranya dengan meningkatkan akurasi dan kualitas data pemilih.
”Jangan sampai orang yang didata tidak ada. Sejak penyusunan daftar pemilih sementara sampai daftar pemilih tetap, terus dilakukan pengecekan serta perbaikan dengan cara pencocokan data. Itu dilakukan mulai dari April 2018,” ucapnya. Ia berharap data yang akurat akan berimbas pada naiknya partisipasi.
Selain itu, disiapkan petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara yang akan membawa KSK. KSK akan dibawa oleh petugas dengan menyambangi pemilih. KSK menggantikan drop box yang dinilai kurang efektif pada Pemilu 2014 lantaran hanya diantar lalu diambil setelah pemungutan suara tuntas.
”Kami tidak berandai-andai, sekiranya berbagai upaya ataupun pemilu serentak dapat meningkatkan partisipasi pemilih lebih dari 50 persen,” katanya. Selain itu, WNI di luar negeri diimbau serta diharapkan bersedia mendaftar atau didaftarkan dalam pemilu. Syaratnya, harus punya KTP-el atau paspor. (FRANSISKUS WISNU WARDHANA DHANY)